Kamis, 28 April 2011

TANGGAPAN TERHADAP AJARAN ROMO PDT. DR. PAULUS TRIBRATA, BR.M.TH,MM TENTANG KETETAPAN MASA KEDATANGAN TUHAN YESUS YANG KEDUA MENURUT KITAB WAHYU


By: Pdt. Esra Alfred Soru


PENDAHULUAN

Selama 3 hari ini (18-20 April 2011), di Kota Kupang (Aula Eltari) diselenggarakan seminar tentang ‘KETETAPAN MASA KEDATANGAN TUHAN YESUS YANG KEDUA MENURUT KITAB WAHYU’ dengan pembicara ROMO PDT. DR. PAULUS TRIBRATA, BR.M.TH,MM (dari Jogjakarta) yang mengajarkan bahwa Yesus Kristus akan datang kembali pada tahun 2029. Ajaran ini menuai kontroversi dan protes keras dari kalangan peserta seminar karena Pdt. Paulus Tribrata tidak bersedia melayani sesi tanya jawab atau dialog seperti layaknya seminar di mana-mana dan mengklaim bahwa ajarannya adalah ajaran dari Tuhan dan karena itu tidak perlu diperdebatkan/dibantah. Karena itu saya memutuskan untuk membuat tanggapan tertulis ini agar setiap peserta bisa mengetahui apakah ajarannya adalah ajaran benar atau palsu.

Saya akan menanggapi beberapa hal yang dipakai oleh Paulus Tribrata sebagai dasar ajarannya :


1. TENTANG GENESIS/PENCIPTAAN.

PT mengungkapkan fakta-fakta tentang penciptaan yakni :

  • Langit dan bumi seisinya dicipta oleh Allah = 6 hari.
  • Pada hari ke-6 = sepasang mempelai dicipta Allah (Adam & Hawa) --> mempelai I.
  • Pada hari ke-7 = selesai sempurna pekerjaan Allah mencipta ---> Hari Sabath.

Selanjutnya ia menghubungkan hari-hari ini dengan 2 Pet 3:1-13 khususnya ayat 8 yang mengatakan  bahwa 1 hari = 1000 tahun.

2 Pet 3:8 – Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.



Atas dasar ini maka ia meloncat ke Peta Zaman dari WH. Offiler yang lalu menghitung setiap hari penciptaan itu sebagai 1000 tahun sehingga 6 hari penciptaan = 6000 tahun + 1 hari perhentian = 1000 tahun yang merujuk pada Kerajaan 1000 tahun sehingga dengan demikian kita saat ini sudah berada pada hari ke 6 (zaman Bapa 2000 tahun : Adam – Abraham ; zaman Anak 2000 tahun : Abraham – Yesus ; zaman Gereja 2000 tahun : Tuhan Yesus – Sekarang).



Ini berarti hari-hari penciptaan itu sudah hampir berakhir dan akan segera masuk ke dalam Kerajaan 1000 tahun yang akan terjadi setelah kedatangan Yesus yang kedua. Jadi berarti Yesus diprediksikan akan datang dalam waktu yang sangat singkat ini.

Tanggapan Esra Soru :

1] Adalah benar bahwa dunia ini diciptakan dalam 6 hari dan ada 1 hari perhentian setelah penciptaan itu selesai. Adalah benar juga bahwa menurut surat 2 Petrus 3 :8, 1 hari sama dengan 1000 tahun di mata Tuhan. Tetapi yang menjadi persoalannya adalah, atas dasar apa hari-hari penciptaan itu harus ditafsirkan secara non hurufiah dan dikaitkan dengan 2 Pet 3 :8 sehingga masing-masing hari itu harus dianggap/dihitung sebagai 1000 tahun ?

Hanya bahwa di mata Tuhan 1 hari = 1000 tahun tidak berarti bahwa seadanya hari di dalam Kitab Suci harus diartikan sebagai 1000 tahun. Misalnya :

  • Yunus berada dalam perut ikan 3 hari. Apakah mau dikatakan bahwa karena 1 hari = 1000 tahun jadi  berarti Yunus ada di dalam perut ikan selama 3000 tahun ?    
  • Yesus berada dalam kubur selama 3 hari. Apakah mau dikatakan bahwa karena 1 hari = 1000 tahun jadi berarti Yesus ada dalam kuburan selama 3000 tahun ?   
  • Bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun. Apakah mau dikatakan bahwa karena 1 hari = 1000 tahun jadi berarti mereka mengembara selama 40.000 tahun ?    
  • Yesus, Musa, Elia berpuasa selama 40 hari. Apakah mau dikatakan bahwa karena 1 hari = 1000 tahun jadi berarti mereka berpuasa selama 40.000 tahun ?    
  • Hujan lebat pada zaman Nuh turun selama 40 hari. Apakah mau dikatakan bahwa karena 1 hari = 1000 tahun jadi berarti hujat turun selama 40.000 tahun ?    
  • Yesus setelah kebangkitan-Nya menampakkan diri selama 40 hari. Apakah mau dikatakan bahwa karena 1 hari = 1000 tahun jadi berarti Ia menampakkan diri selama 40.000 tahun ?    
  • dll
Ini jelas penafsiran yang konyol dan tak masuk di akal !

2] Dilihat dari konteksnya, 2 Pet 3 :10 tidak berarti bahwa 1 hari persis = 1000 tahun secara hurufiah. Konteks ayat tersebut adalah untuk menjelaskan mengapa hari Tuhan yang katanya sudah akan tiba tapi sampai saat ini belum terjadi juga.
 

2 Pet 3:3-4,8-9 – (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.”

Menghadapi tuduhan seperti ini, Petrus lalu berkata bahwa bagi Tuhan 1 hari = 1000 tahun dan 1000 tahun = hari.

2 Pet 3:8-9 - (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
Petrus pasti mengutip Maz 90:4 :

Maz 90:4 Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.

tapi ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk memberikan sebuah penjabaran secara matematis bahwa 1 hari memang sama dengan 1000 tahun dalam artian yang sesungguhnya.

Ayat ini tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah bahwa satu hari adalah 1000 tahun, karena anak kalimat selanjutnya mengatakan sebaliknya.

2 Pet 3:8 - Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.

Jadi, artinya hanyalah bahwa Allah tidak terbatas oleh waktu. Ia ada di atas waktu. Ini sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan. Karena Allah ada di atas waktu, maka belum terjadinya janji kedatangan Kristus yang keduakalinya itu tidak berarti bahwa Allah lalai menepati janji-Nya. Bagi manusia sudah lama, tetapi bagi Allah, waktu yang lama itu tidak ada artinya.

Perhatikan komentar sejumlah penafsir berikut ini :

Adam Clarke : Semua waktu tidak berlaku bagi Dia, karena segala yang di dalam Allah bersifat kekal, tidak ada panjang, tidak ada pendek bagi-Nya, tidak ada selang zaman yang merusak tujuan-Nya, ataupun perlu Ia menunggu suatu kenyamanan untuk melaksanakan tujuan itu. Dan ketika periode terpanjang dalam waktu telah berlalu, itu hanyalah sebagai momen atau titik kecil dibandingkan keabadian.  Pemikiran ini juga diungkapkan oleh Plutarch, Consol, juga Apoll : "Jika kita membandingkan waktu hidup dengan kekekalan, kita akan menemukan tidak ada perbedaan antara panjang dan pendek.

Matthew Henry : Kebenaran yang ditegaskan oleh Sang rasul adalah bahwa bagi Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Padahal bagi manusia ada banyak perbedaan antara hari dan tahun, antara satu hari dan seribu tahun, namun bagi Allah yang mendiami kekekalan, semua itu tidak ada perbedaan, karena segala sesuatu, masa lalu, sekarang, dan masa depan, tidak berlaku bagi Dia. Dan keterlambatan seribu tahun tidak bisa dianggap sebagai sebuah penundaan seperti kita menunda 1 hari atau 1 jam.

Jamieson Fausett and Brown : Kekekalan-Nya melebihi semua langkah dari waktu: pengetahuan ilahi-Nya ada atas segala sesuatu di masa depan, kuasa-Nya tidak memerlukan penundaan untuk pelaksanaan pekerjaan-Nya:…Bagi Dia satu hari dan seribu tahun itu sama. Dia bisa melakukan pekerjaan seribu tahun dalam satu hari: sehingga dalam 2 Pet 3: 9 dikatakan, "Ia tidak lalai," yaitu, "lambat" dalam menepati janji-Nya. Dia selalu berkuasa untuk memenuhi-Nya.

3] Dengan perhitungan semacam ini maka Paulus Tribrata berpendapat bahwa Kerajaan 1000 tahun itu bersifat hurufiah dan itu akan terjadi setelah kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Sayangnya adalah bahwa apa yang dipercaya Paulus Tribrata ini belum tentu benar demikian. Perlu diketahui bahwa di dalam dunia teologia Kristen, ada 3 aliran besar dalam hal eskatologi terkait dengan Kerajaan 1000 tahun.

a. Premillenialisme (Historis dan Dispensasional)

Percaya akan adanya Kerajaan 1000 tahun yang bersifat fisik dan hurufiah di bumi ini, dan ini akan terjadi setelah Yesus datang kali kedua.

b. Postmillenialisme

Kerajaan 1000 tahun itu adalah suatu masa di mana kekristenan mengalami masa jaya dengan tersebarnya Injil ke seluruh dunia, keadaan dunia semakin membaik, dan ini terjadi sebelum kedatangan Yesus yang kedua.

c. Amillenialisme

Tidak mempercayai adanya Kerajaan 1000 tahun sebagai sesuatu yang bersifat hurufiah. Kerajaan 1000 tahun adalah masa di antara kenaikan Yesus ke surga dan kedatangan-Nya yang kedua. Jadi kita saat ini berada dalam masa Kerajaan 1000 tahun.

Perlu dicatat bahwa ketiga macam aliran ini sama-sama mendasarkan pemahamannya pada Alkitab dan para teolog Kristen terbagi ke dalam 3 kelompok eskatologi ini. Sukar menentukan mana yang benar, tetapi dari 3 pandangan ini, Premillenialisme kelihatannya yang terlemah.

Anonim : Membaca pandangan Herman A. Hoyt, dari kelompok Dispensasional, kelihatan kelemahan dalam melakukan penggalian Alkitab. Kita melihat adanya sikap asal comot ayat saja. Karena itu, wajarlah bila G.E. Ladd dalam responnya terhadap kelompok ini menulis : "Hoyt's essay reflects the major problem in the discussion of the millenium". Demikian  juga, Hoekema dalam responnya menulis: "What makes Hoyt's essay difficult to evaluate is that he nowhere gives a specific exegesis of any Scripture passage. Most of the time he simply gives Scriptural references in parenthesis… but never does he give a detailed and argued interpretation of a passage". (Yang membuat tulisan Hoyt sulit dievaluasi adalah karena dia tidak memberikan penggalian yang spesifik dari setiap ayat yang dikutipnya. Dia sering hanya menunjukkan ayat-ayat tetapi tidak pernah memberikan penafsiran serta argumentasi yang jelas). Di pihak lain, meskipun G.E. Ladd dari kelompok Premillenium Historis, dalam artikelnya menunjukkan kemampuan menggali yang begitu baik, namun tetap ada masalah dalam pandangan kelompok ini. Beberapa pertanyaan dapat diberikan yang sungguh-sungguh menyulitkan pandangan ini. Dapatkah kita memastikan doktrin kerajaan 1000 tahun hanya dari satu fasal saja, yaitu Wahyu 20? Dan lagi, bukankah kitab Wahyu penuh dengan penglihatan? Perhatikan kata "Aku melihat" sering ditulis dalam kitab ini. Dapatkah kita memperlakukan kitab Wahyu sama dengan kitab-kitab lainnya yang tidak bersifat apokaluptik? Kita melihat kenyataan lain bahwa Hoekema yang memiliki kemampuan menggali Alkitab yang tidak kalah dengan Ladd, namun memberikan pandangan yang berbeda tentang Wahyu 20. Ini menunjukkan bahwa kebenaran doktrin tersebut masih dapat diragukan. Demikian juga dengan Guthrie, yang juga ahli Perjanjian Baru yang menulis buku-buku setebal bantal itu, dalam bukunya New Testament Theology menulis : "That a spiritual interpretation of the millenium is preferable to a literal inter-pretation becomes clear when note is taken of the exegetical difficulties which a literal interpretation faces". (Penafsiran rohani dari millenium lebih baik dari penafsiran harfiah menjadi lebih jelas ketika kita memperhatikan kesulitan-kesulitan penggalian yang dihadapi oleh jenis penafsiran harfiah). Di samping itu, Leon Morris, teolog Injili dari Australia, dalam tafsirannya yang berjudul Revelation menulis tentang Wahyu 20:4 bahwa sekalipun orang-orang literal millenium berpendapat bahwa hal itu ada di bumi, namun dia berpendapat bahwa itu ada di Sorga. Menurut Morris, kata "takhta" digunakan oleh Yohanes dalam kitab Wahyu sebanyak 47 kali. Dari ke-47 kali ini semuanya nampaknya ada di Sorga, kecuali takhta Iblis (2: 13) dan takhta binatang (13: 2). Berkenaan dengan kerajaan 1000 tahun, Morris menulis : "One thousand is the cube of ten, the numbers of completeness. We have seen it is used over and over again in this book to denote completeness of some sort, and this is surely the way we should take it here. Satan is bound for the perfect period". (Seribu tahun adalah perkalian dari 10 x 10 x 10, yang merupakan angka kesempurnaan. Kita telah melihat hal itu digunakan berulang-ulang dalam kitab ini untuk menunjukkan jenis kesempurnaan. Tentunya inilah cara yang harus kita ambil di sini. Setan telah diikat untuk periode yang sempurna). (www.sarapanpagi.org).

Anonim : Setelah melihat kedua pandangan tersebut di atas, yaitu Premillenium Dispensasional dan Historis yang kurang meyakinkan, maka tinggal pandangan Postmillenium dan Amillenium. Kedua pandangan ini lebih meyakinkan, karena keduanya mengajarkan peristiwa kebangkitan yang hanya terjadi satu kali saja pada saat kedatangan Kristus yang kedua. Pada waktu itu, akan terjadi penghakiman terakhir yang diikuti oleh adanya dunia baru. Namun dengan pandangan yang sangat optimis dari Postmillenium, nampaknya pandangan ini tidak tepat. Alkitab tidak pernah mengajarkan pandangan yang demikian. Alkitab malah mengajarkan kenyataan dunia yang semakin jahat. Rasul Paulus menulis, "Ketahuilah, bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar, manusia akan mencintai dirinya sendiri… sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat…" (2 Tim.3: 1, 13). Kata "sukar" dalam bahasa Yunani adalah ”khalepos” yang berarti menakutkan, mengerikan. Demikian juga Prof. Bloesch dengan tegas menulis : "The contention that the whole world will gradually be won for Christ and the life of all nations will, in the course of time, be transformed by the Gospel is not in harmony with the New Testament picture of the end of the age". (Anggapan bahwa dunia ini akan berangsur-angsur dimenangkan bagi Kristus dan kehidupan bangsa-bangsa pasti akan diubahkan melalui Injil tidaklah sejalan dengan gambaran PB tentang akhir zaman).  Karena itu, pandangan Amillenium lebih meyakinkan. Namun kembali kita tegaskan di sini bahwa kita tidak dapat memastikan waktu kedatangan Kristus yang kedua. Karena itu, jauhilah sikap berspekulasi tentang waktu parousia tersebut. (www.sarapanpagi.org)

DENGAN DEMIKIAN, PANDANGAN PAULUS TRIBRATA TERGOLONG KE DALAM PREMILLENIALISME YANG DIANGGAP TERLEMAH DARI 3 PANDANGAN YANG ADA. JADI BAGAIMANA MUNGKIN KITA MENERIMA PENAFSIRAN DIA SEBAGAI MUTLAK BENAR?



2. TENTANG TABERNAKEL.


Argumentasi lain dari Paulus Tribrata adalah dengan menghitung ukuran-ukuran dari Kemah Suci di mana :

  • Ukuran lebar pelataran (50 hasta) dikalikan dengan ukuran panjang pelataran (100 hasta) menghasilkan angka 5000. Ini lalu diartikan sebagai : 2000 Tahun Zaman Anak; 2000  Tahun Zaman Gereja ; 1000 Tahun Zaman Kerajaan 1000 Tahun Damai).
  • Lalu ukuran Ruang Suci yang panjang, lebar dan tingginya masing-masing 10 hasta dikalikan (20 x 10 x 10) menghasilkan angka 2000 dan ini dianggap sebagai 2000 Tahun Zaman Roh Kudus / Gereja.
  • Lalu Ruang Maha Suci yang panjang, lebar dan tingginya masing-masing 10 hasta dikalikan (10 x 10 x 10) menghasilkan angka 1000 dan ini dianggap sebagai Jaman Kerajaan 1000 Tahun damai di bumi.

Selanjutnya ia menghubungkan gambar Tabernakel ini dengan Peta Zaman dari WH. Offiler di mana bagian pelataran dianggap sebagai Zaman Anak, Ruang Suci dianggap sebagai Zaman Gereja, dan Ruang Mahasuci dianggap sebagai Kerajaan 1000 tahun.



Tanggapan Esra Soru :

  1. Atas dasar apa angka-angka ukuran tersebut harus dikalikan?
  2. Atas dasar apa jumlah perkalian angka-angka tersebut dihubungkan dengan Zaman Anak, Zaman Gereja dan Zaman Kerajaan 1000 tahun?
  3. Atas dasar apa menghubungkan tabernakel dengan gambar Peta Zaman ?
  4. Dalam bagian 1 (Tentang Genesis/Penciptaan) sudah saya jelaskan kesalahan dari penafsiran Peta Zaman. Secara otomatis penghubungan tabernakel dengannya sama sekali tidak tepat.
  5. Pemahaman bahwa Kerajaan 1000 tahun bersifat hurufiah dan terjadi setelah kedatangan Yesus yang kedua adalah pemahaman Premillenialisme yang belum tentu benar atau bahkan adalah yang terlemah dari 3 pandangan eskatologi yang ada seperti yang sudah saya jelaskan. Kalau demikian, nilai keakuratan penghubungan tabernakel dan Peta Zaman itu menjadi sangat-sangat diragukan.
Terlihat sekali bahwa Paulus Tribrata menghubungkan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya secara teologis. Ini metode penafsiran Alkitab yang sangat kacau balau yang rasanya tidak masuk akal dilakukan oleh seorang dengan gelar seperti Paulus Tribrata (Dr, MTh).


3. TENTANG TAHUN KEMERDEKAAN ISRAEL.

Dalam rangka menghitung masa kedatangan Yesus, Paulus Tribrata pun melakukan perhitungan terhadap tahun kemerdekaan Israel. Ia melakukan perhitungan tersebut melalui beberapa data :

  1.  Im 26 :18 mengatakan bahwa dosa Israel akan dihukum 7 kali lipat. Im 26:18 - Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikian pun tidak mendengarkan Daku, maka Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat karena dosamu. 
  2. 1 Tahun = 360 hari (Wahyu 11:2 ; 12:6 ; 13:5 ) 
  3. Yehezkiel 4:6  mengatakan bahwa 1 hari hukuman bagi bangsa Israel disamakan dengan 1 Tahun.

    Yeh 4:6 - Kalau engkau sudah mengakhiri waktu ini, berbaringlah engkau untuk kedua kalinya, tetapi pada sisi kananmu dan tanggunglah hukuman kaum Yehuda empat puluh hari lamanya; Aku menentukan bagimu satu hari untuk satu tahun.

    Note : Berdasarkan 3 data ini Paulus Tribrata mengadakan perhitungan :

    Jumlah hukuman atas Israel / Yehuda 7 x lipat :
    =  7 x 360 tahun = 2.520 tahun

    Dijadikan hari
    = 2.520 x 360 hari
    = 907.200 hari

4. Israel / Yehuda di hukum di Babel mulai tahun 606 s.m. Lamanya 70 tahun. (Yeremia 25:11 )

Yehuda bebas  = 606 – 70 tahun                        
= 536 s.m. (Yehuda Bebas)

Tepatnya Bulan Nisan / April Tahun 536 s.m.

5. Yehuda bebas tahun 536 s.m.

Hanya sesaat ingat Allah, lalu kembali jatuh dalam perzinahan dan pemberhalaan s/d saat ini.

Akibatnya Allah berjanji menghukum 7 x lipat (Imamat 26:18) = 2.520 tahun / 907.200 hari.

Jumlah hukuman = 907.200 hari jika dijadikan Tahun Masehi :
= 907.200 : 365 ¼ hari
= 2.483,8 Tahun


Israel kembali dari Babel ± 536,4 S.M.
Israel / Yehuda langsung jatuh lagi dalam dosa dihukum 7 x lipat.

= 2.483,8 Tahun – 536,4 Tahun
= 1947,4 Tahun + 1 Tahun (Sebab tidak ada Tahun 0 masehi, yang ada ialah tahun 1 (satu) masehi ) = 1948,4 Tahun.
0,4 Tahun = 4/10 x 12 Bulan = 5 ( Bulan Mei)

JADI SANGAT TEPAT, ISRAEL MERDEKA PADA TANGGAL 14 MEI 1948.

Tanggapan Esra Soru :

Melihat perhitungan-perhitungan yang dilakukan Paulus Tribrata ini, kelihatannya ada hubungan antara 1 data dengan data lainnya. Dengan demikian seandainya 1 data salah, maka secara otomatis seluruh perhitungan yang didasarkan pada data itu menjadi salah semua.

Saya tidak ingin memusingkan diri dengan perhitungan-perhitungan Paulus Tribrata yang ‘njilimet’ ini tetapi mari kita perhatikan salah satu data yang dipakai Paulus Tribrata yakni Yeh 4:6.

Yeh 4:6 - Kalau engkau sudah mengakhiri waktu ini, berbaringlah engkau untuk kedua kalinya, tetapi pada sisi kananmu dan tanggunglah hukuman kaum Yehuda empat puluh hari lamanya; Aku menentukan bagimu satu hari untuk satu tahun.

Berdasarkan ayat ini, Paulus Tribrata lalu melakukan perkalian angka 7 (Im 26 :18 ) dengan angka 360 (jumlah hari dalam 1 tahun berdasarkan Wahyu 11:2 ; 12:6 ; 13:5) yang menghasilkan angka 2.520 lalu dianggap sebagai jumlah tahun (2.520 tahun) karena Yeh 4:6 mengatakan bahwa 1 hari untuk 1 tahun.

Jelas ini adalah penafsiran yang sangat konyol! Bagaimana mungkin Paulus Tribrata menarik hubungan antara Yeh 4:6 dengan Im 26:18? Masalahnya adalah konteks dari Yeh 4:6 adalah Tuhan menyuruh Yehezkiel memerankan sejumlah hal yang adalah gambaran dari apa yang akan dialami bangsa Israel. (Baca Yeh 4:1-6). Secara khusus perhatikan ayat 5-6 :

Yeh 4:5-6 – (5) Beginilah Aku tentukan bagimu: Berapa tahun hukuman kaum Israel, sekian harilah engkau menanggung hukuman mereka, yaitu tiga ratus sembilan puluh hari. (6) Kalau engkau sudah mengakhiri waktu ini, berbaringlah engkau untuk kedua kalinya, tetapi pada sisi kananmu dan tanggunglah hukuman kaum Yehuda empat puluh hari lamanya; Aku menentukan bagimu satu hari untuk satu tahun.

Jadi di sini Yehezkiel disuruh memerankan hukuman yang akan dialami Israel secara khusus waktunya/berapa lama hukuman itu akan dialami. Yehezkiel disuruh berbaring 2 kali. Yang pertama (ayat 5) selama 390 hari dan yang kedua (ayat 6) selama 40 hari. Nah, setiap hari yang ditanggung Yehezkiel itu dianggap mewakili 1 tahun sehingga total Yehezkiel menanggung/memerankannya adalah 430 hari (390 + 40) yang sama dengan 430 tahun.

Note : Para penafsir mengatakan bahwa angka 390 di dalam ayat 5 itu salah karena mengacu pada manuscript yang salah. Seharusnya bukan 390 melainkan 150 karena total yang hukuman yang diperankan Yehezkiel bukan 430 hari melainkan 390 hari.

Yeh 4:9 - Selanjutnya ambillah gandum, jelai, kacang merah besar, kacang merah kecil, jawan dan sekoi dan taruhlah dalam satu periuk dan masaklah itu menjadi roti bagimu. Itulah makananmu selama engkau berbaring pada sisimu, yaitu tiga ratus sembilan puluh hari.
Jika total lamanya Yehezkiel berbaring adalah 390 hari, dan pada kali kedua ia sudah berbaring 40 hari (ayat 6), maka ia berbaring untuk pertama kali harunya adalah 150 hari bukan 390 hari. Dengan demikian total seluruh hukuman yang diperankan Yehezkiel adalah 390 hari yang sama dengan 390 tahun.

Saya tidak ingin membahas jumlah 390 tahun hukuman Israel ini tetapi di sini jelas bahwa kata-kata dalam Yeh 4:6 : “Aku menentukan bagimu satu hari untuk satu tahun” jelas harus ditafsirkan berhubungan dengan peran (tidur) yang akan dilakukan oleh nabi Yehezkiel dan bukannya dengan hukuman 7 kali lipat di Im 26 :18 sepeprti yang dilakukan Paulus Tribrata. Apa yang dilakukan Paulus Tribrata ini adalah gaya “kutu loncat” yang meloncat ke sana kemari, menghubungkan ayat-ayat yang bahkan tak ada hubungan sama sekali tanpa memperhatikan konteks dekat dan konteks jauh dari ayat-ayat tersebut. Terlihat dengan jelas bahwa metode hermeneutik Romo Pdt. Dr. Paulus Tribrata, MTh, MM sangat-sangat menyedihkan.
 

4. TENTANG AMBANG PINTU KEDATANGAN TUHAN YESUS.

Paulus Tribrata mulai menghitung tahun yang ia percaya sebagai ambang kedatangan Tuhan Yesus dengan data-data berikut :

  1. Hos 9:10 mengatakan bahwa Israel dimata Allah adalah pohon buah ara yang sulung.

    Hos 9:10 - Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara Aku melihat nenek moyangmu....
  2. Mat 24:34-35 berbicara tentang pelajaran dari perumpamaan pohon ara / Israel.

    Mat 24:32-35 – (32) Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. (33) Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. (34) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. (35) Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu
    .
    • Ayat 32 : Apabila ranting-rantingNYA sudah mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.
    • Ayat 33 : ...Waktunya / kedatanganNYA sudah Diambang Pintu


3. Pohon ara yang bertunas adalah gambaran dari Israel yang mulai sadar akan tanah air / kemerdekaannya tanggal 14 Mei 1948.


4. Matius 24:34 mengatakan bahwa angkatan ini tidak akan berlalu sebelum semuanya terjadi.

Mat 24:34 - Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi.

1 ANGKATAN / Generasi menurut Alkitab adalah 70 – 80 Tahun (Mazmur 90 : 10 ).

Maz 90:10 - Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

Berdasarkan data ini maka Paulus Tribrata melakukan penghitungan dengan menjumlahkan tahun dan bulan kemerdekaan Israel (1948,5) dengan angka untuk 1 generasi (80) sehingga menghasilkan angka 2028,5. Nah 2028,5 ini lalu dianggap sebagai bulan Mei tahun 2028 yang adalah bulan dan tahun ambang pintu kedatangan Tuhan Yesus.  

Kedatangan Tuhan diambang Pintu
= 1948,5 + 80 Tahun 
= 2028,5

(Tahun 2028,5 / Mei 2028 = Ambang Pintu Kedatangan Tuhan YESUS KRISTUS yang ke II).


Tanggapan Esra Soru :

1] Adalah benar bahwa bangsa Israel dilambangkan dengan pohon ara (Hos 9:10) tetapi ini tidak berarti bahwa setiap kali pohon ara disebutkan di dalam Alkitab selalu berarti Israel. Misalnya :

Luk 17:6 - Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."

Apakah ini berarti bahwa iman sebesar biji sesawi dapat menenggelamkan bangsa Israel ke dalam laut?

Luk 19:4 - Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.

Apakah ini berarti bahwa Zakheus memanjat bangsa Israel?

Jadi sekalipun Israel dilambangkan dengan pohon ara tidak selamanya pohon ara selalu menunjuk pada Israel. Kita harus bisa membedakan makna kata yang bersifat hurufiah, simbolik dan kiasan/figuratif.  Selain itu jika kata itu memang bermakna kiasan, harus diteliti kata itu mengkiaskan apa?

Nah, sekarang perhatikan Mat 24:32-35 yang oleh Paulus Tribrata dianggap menunjuk pada bangsa Israel.

Mat 24:32 - Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.

Di sini jelas Yesus menunjuk pada pohon ara yang hurufiah. Bahwa ini pohon ara yang hurufiah ditunjukkan lewat kalimat selanjutnya : “Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat”. Selanjutnya dari fakta pohon ara ini barulah Yesus memberikan penerapannya pada dalam ayat 33 dan 34.

Mat 24:33-34 - (33) Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. (34) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi.

Jadi dalam ayat ini Yesus sementara berbicara “KEPADA ORANG ISRAEL” bukan “TENTANG BANGSA ISRAEL”. Lalu Yesus bicara tentang apa? Akan saya jelaskan pada point 2. Dengan demikian adalah salah kalau Paulus Tribrata mengartikan kata-kata dalam Mat 24:32 ini sebagai pembicaraan tentang bangsa Israel apalagi tentang kemerdekaan mereka pada tahun 1948.

2] Berdasarkan Mat 24:33 jelas Yesus memang membicarakan tentang waktu kedatangan-Nya.

Mat 243 - Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.

Tetapi apa yang dimaksudkan dengan “jika kamu melihat semuanya ini”? Melihat apa? Nah, Paulus Tribrata menafsirkannya sebagai kemerdekaan Israel pada tahun 1948. Saya memang percaya bahwa kemerdekaan Israel 1948 semakin membuktikan bahwa kedatangan Yesus hampir tiba tetapi apakah kata-kata “jika kamu melihat semuanya ini” memang dimaksudkan kepada waktu kemerdekaan Israel? Sama sekali tidak! Mari perhatikan konteks Mat 24 ini mulai dari ayat 1 :

Mat 24: (1) Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-murid-Nya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. (2) Ia berkata kepada mereka: "Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." (3) Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" (15) "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel -- para pembaca hendaklah memperhatikannya – (32) Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. (33) Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. (36) Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri. (37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (42) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang (44) Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.

Perhatikan bahwa di bagian awal dari Mat 24 ini jelas Yesus sementara berbicara tentang kehancuran Yerusalem (ayat 1-2) tetapi di bagian tengah dan akhirnya Yesus berbicara tentang kedatangan-Nya yang kedua kali. Jadi kelihatannya bagian Yesus sementara menggabungkan pembicaraan tentang kehancuran Yerusalem dan kedatangan-Nya yang kedua. Karena itu kata-kata dalam ayat 33 : ”jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu” haris ditafsirkan bahwa jika kamu melihat kehancuran Yerusalem, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat (waktu kedatangan Yesus kedua kalinya), sudah di ambang pintu. Jadi kedatangan Yesus yang sudah diambang pintu ini dikaitkan dengan kehancuran kota Yerusalem (tahun 70 M) dan bukan dengan kemerdekaan Israel (bulan Mei tahun 1948)?

Jadi jika kita memperhatikan konteks Mat 24 dan mau mengikuti model penafsiran Paulus Tribrata maka akan jadi seperti di bawah ini :

70 (tahun kehancuran Yerusalem) + 80 tahun (1 generasi) = 150.

Jadi Ambang Pintu Kedatangan Yesus adalah tahun 150.


Kalau memang demikian maka ambang pintu kedatangan Tuhan Yesus sudah terjadi 1861 tahun yang lalu mengingat sekarang kita sudah berada di tahun 2011. Kalau ambang pintu kedatangan Tuhan Yesus adalah tahun 150 maka kacaulah seluruh argumentasi Paulus Tribrata tentang Peta Zaman karena berdasarkan perhitungan Peta Zamannya Paulus Tribrata, tahun 150 M barulah awal hari ke 6. Bagaimana Tuhan Yesus sudah hampir datang di awal hari ke 6?


3] Kalau kata-kata dalam Mat 24:33 : “jika kamu melihat semuanya ini” diartikan sebagai tahun kemerdekaan Israel, lalu bagaimana Paulus Tribrata mengartikan kata-kata dalam ayat 34?

Mat 24:34 - Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi.

Perhatikan bahwa Yesus sementara berbicara dengan para murid-Nya bukan? Dan ini berarti ia sementara berbicara dengan angkatan yang hidup pada sekitar tahun 27 M (akhir pelayanan Yesus). Kata Yunani untuk “angkatan” ini adalah “GENEA” yang selalu berarti generasi yang hidup pada saat itu. Jika kata-kata Yesus ini menunjuk pada kemerdekaan Israel tahun 1948, maka itu berarti bahwa harus ada orang-orang dari tahun 27 M yang masih ada pada tahun 1948. Itu berarti orang-orang tersebut harus mencapai umur sekitar 1921 tahun, suatu umur yang melampauai umur manusia tertua di dunia Metusalah (969 tahun). Ini kegilaan! Bagaimana mungkin Paulus Tribrata mempercayai hal ini sedangkan ia sendiri berkata bahwa 1 angkatan adalah 80 tahun dan dengan demikian orang-orang yang hidup pada tahun 27 paling-paling hidup sampai tahun 107 M (27 + 80).

Lebih masuk akal adalah tafsiran yang sesuai konteksnya yakni menunjuk pada tahun kehancuran Yerusalem yakni tahun 70 M sehingga orang-orang yang mendengar kata-kata Yesus pada tahun 27 M itu memang masih menyaksikan kehancuran Yerusalem tahun 70 karena jarak antara tahun 27 M dan tahun 70 M hanyalah 43 tahun (70 – 27) suatu jumlah yang lebih masuk akal untuk 1 generasi daripada penafsiran gila dari Paulus Tribrata.

4] Paulus Tribrata mengutip Maz 90:10 untuk menjadi dasar perhitungan 1 angkatan yakni 70-80 tahun.

Maz 90:10 - Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

Ia lalu mengambil angka 80 untuk dijumlahkan dengan angka bulan dan tahun kemerdekaan Israel (19458,5). Adalah aneh, mengapa ia harus mengambil angka 80? Bukankah ayat itu berkata 70 – 80 tahun? Mengapa bukan 70, 71,75,77 atau angka lainnya yang diambil tetapi harus yang 80? Jelas karena kalau angka lain yang dipakai akan mengacaukan hitung-menghitung dari Paulus Tribrata ini.

Angka 70-80 tahun ini jelas hanyalah suatu perkiraan saja. Umur orang untuk 1 generasi memang berkisar angka demikian sehingag tidak boleh dipatok persis 80 tahun seperti yang dilakukan Paulus Tribrata ini? Dari sini jelas terlihat bahwa Paulus Tribrata melakukan eisege dengan memaksakan ayat-ayat Alkitab supaya cocok dengan pandangannya.



5. TENTANG PENETAPAN WAKTU KEDATANGAN TUHAN YESUS.

Kelihatannya penetapan waktu kedatangan Tuhan Yesus yang dilakukan Paulus Tribrata ini lebih sederhana dari penetapan waktu ambang pintu kedatangan Yesus.

Note : Ada beberapa model perhitungan yang tidak saya pahami mengingat makalah dari Paulus Tribrata ini hanya berisi gambar-gambar dan tanpa penjelasan. Jadi sukar memahami maksudnya.

Paulus Tribrata memulai perhitungannya dengan asumsi bahwa Yesus memulai pelayanan-Nya pada tahun 26 M (dengan perhitungan bahwa Yesus lahir tahun 4 SM). Yesus melayani selama kurang lebih 3,5 tahun jadi akhir pelayanan Yesus adalah pertengahan tahun 29 M (26 + 3,5). Sejak kebangkitan Yesus, kita memasuki Zaman Gereja hingga saat ini yakni 2000 tahun. Maka Paulus Tribrata lalu menjumlahkan angka tahun permulaan pelayanan Yesus (26) dengan angka masa pelayanan Yesus (3,5) dengan angka tahun Zaman Gereja (2000). Hasil penjumlahan ini lalu ditetapkan sebagai tahun kedatangan Yesus yang kedua.


26 + 3,5 + 2000 = 2029,5

Jadi Yesus akan datang kembali sekitar pertengahan tahun 2029.



Tanggapan Esra Soru :

1] Sama sekali saya tidak mengerti jalan pikiran Paulus Tribrata ini. Bagaimana sampai ia berpikir bahwa tahun kedatangan Yesus adalah hasil penjumlahan angka tahun permulaan pelayanan Yesus dengan jumlah tahun pelayanan Yesus dengan tahun Zaman Gereja. Apa dasarnya melakukan perhitungan demikian?

2] Paulus Tribrata menetapkan tahun permulaan pelayanan Yesus yakni tahun 26 M seolah-olah itu adalah sebuah kepastian. Perlu diingat bahwa tentang masalah ini sama sekali tidak bisa dipastikan. Mayoritas penafsir dan sejarahwan tidak pernah memastikan tahun kelahiran Yesus. Mereka hanya memberikan perkiraan yakni antara tahun 6-4 SM. Tetapi saya lebih condong percaya bahwa Yesus lahir tahun 6 SM. Alasannya adalah raja Herodes Agung yang hendak membunuh Yesus mati pada tahun 4 SM dan ia memerintahkan orang untuk membunuh bayi-bayi yang berusia 2 tahun ke bawah :

Mat 2:16 - Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.

Dari sini bisa ditafsirkan bahwa berdasarkan informasi dari orang Majus, Herodes memperkirakan saat itu Yesus sudah berumur paling tinggi 2 tahun sehingga ia menetapkan usia anak-anak yang harus dibunuh. Jadi lebih mungkin bahwa Yesus dilahirkan 2 tahun sebelum tahun 4 SM (tahun kematian Herodes Agung) yakni tahun 6 SM. Nah kalau Yesus lahir tahun 6 SM berarti Ia memulai pelayanannya bukan pada tahun 26 M melainkan 24 M. Kalau ini benar, hancurlah seluruh perhitungan angka-angka dari Paulus Tribrata ini.

3] Apa yang dilakukan Paulus Tribrata ini jelas bertentangan dengan banyak ayat Alkitab yang mengatakan bahwa waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua tidak bisa diketahui.

Mat 24: 36, 44 -  (36) Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri. (44) .....Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.

1 Tes 5:2 - karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.

2 Pet 3:10 - Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.

Wah 3:3 -  Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.


6. ARGUMENTASI PAULUS TRIBRATA TENTANG AYAT-AYAT ALKITAB YANG MENGATAKAN BAHWA KEDATANGAN YESUS TIDAK BISA DIKETAHUI.

Terhadap ayat-ayat yang mengatakan bahwa kedatangan Yesus adalah seperti pencuri dan tidak bisa diketahui, Paulus Tribrata mempunyai argumentasi :

  1. Mat 24:36 mengatakan bahwa hari dan saat (jam) memang tidak bisa diketahui tetapi masa/jaman/tahunnya bisa diketahui.

    Mat 24:36 - Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri." 

    KJV - But of that day and hour (hari dan jam) knoweth no man, no, not the angels of heaven, but my Father only.

Tanggapan Esra Soru :

1] Ini tafsiran yang sama sekali salah! Karena Kata Yunani yang digunakan untuk HARI adalah “HEMERA” dan SAAT adalah “HORA” dan kata ini bisa diartikan zaman/periode. HEMERA tidak selamanya berarti hari 24 jam :

2 Tim 3:1 - Ketahuilah bahwa pada hari-hari (HEMERA) terakhir akan datang masa (KAIROS) yang sukar.

Efs 4:30 - Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari (HEMERA) penyelamatan.

Efs 5:16 - dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari (HEMERA) ini adalah jahat.

2 Pet 3:8 - Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari (HEMERA) sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.

2] Ada ayat-ayat tertentu yang memakai kata “HEMERA” tetapi langsung dikaitkan dengan “MASA” atau “ZAMAN”.

2 Pet 3:3 - Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari (HEMERA) zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.

1 Tes 5:1-2 - Tetapi tentang zaman (TIMES = CHRONOS) dan masa (SEASONS = KAIROS), saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, (2) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari (DAY = HEMERA) Tuhan datang seperti pencuri pada malam.

Strong’s Greek anda Hebrew Dictionary (tentang “HEMERA”) : Secara hurufiah ini menunjuk pada waktu di antara siang dan malam, atau menunjuk pada waktu 24 jam; secara figuratif, ini adalah suatu periode (selalu terlihat dari konteksnya)...”

3] Kata-kata Paulus Tribrata bahwa hari tidak bisa diketahui tetapi zaman bisa diketahui jelas bertentangan dengan 1 Tes 5:1-2.

1 Tes 5:1-2 - Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, (2) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.

Jadi melalui data-data ini jelas bahwa zaman dan masa dari kedatangan Tuhan Yesus pun tetap tidak bisa diketahui.



2. Kedatangan Yesus seperti pencuri itu hanya berlaku bagi orang yang tidak percaya (hidup dalam kegelapan) dan tidak berlaku bagi orang percaya (anak-anak terang).

1 Tes 5:4-5 – (4) Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, (5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.


Tanggapan Esra Soru :

1] Lagi-lagi kita melihat metode penafsiran Paulus Tribrata yang selalu mencomot ayat keluar dari konteksnya. Ia mengutip 1 Tes 5:4-5 lalu mengartikannya seolah-olah kata-kata hari Tuhan datang seperti pencuri itu tidak berlaku bagi orang percaya.

Perhatikan baik-baik bahwa pada bagian ini Paulus berbicara dengan orang-orang percaya yang ia sebut sebagai “SAUDARA-SAUDARA” atau “KAMU”.

1 Tes 5: (1)Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, (2) karena kamu sendiri tahu ....” (4) Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, (5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. ...

Sedangkan orang-orang yang tidak percaya disebut dengan “MEREKA”.

1 Tes 5:3,7 – (3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman -- maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin -- mereka pasti tidak akan luput. (7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.

Jadi :

  •  “KAMU” ---> Orang percaya
  •  MEREKA ---> Orang tidak percaya

Sekarang perhatikan ayat 1-2 :

1 Tes 5:1-2 – (1) Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, (2) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.

Jadi jelas bahwa kata-kata “hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam” ditujukan bagi “saudara-saudara” atau “kamu” yang adalah orang percaya bukan?

Kalau begitu apa maksud dari ayat 4?

1 Tes 5:4 - Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri

Maksudnya adalah biarpun hari Tuhan datang seperti pencuri, tetapi kita orang percaya sudah diberi tanda-tanda dan karena itu kita berjaga-jaga sehingga hari itu tidak mendatangkan kerugian bagi kita seperti yang akan dialami oleh orang-orang yang tidak percaya? Tafsiran ini didukung oleh konteksnya yakni ayat-ayat selanjutnya :

1 Tes 5:6-8 – (6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. (7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. (8) Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.

Jadi di sini terlihat bahwa metode penafsiran Alkitab dari Paulus Tribrata ini sangat-sangat menyedihkan apalagi untuk seorang yang bergelar Doktor dan MTh.


2] Dari banyak ayat yang membicarakan tentang kedatangan Yesus yang seperti pencuri atau tidak bisa diduga, konteksnya jelas melibatkan juga orang percaya di dalamnya.

Mat 24:42-51 – (42) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. (43) Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. (44) Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." (45) "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? (46) Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. (47) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. (48) Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: (49) Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, (50) maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, (51) dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."

Mat 25:13 - Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Note : Kata-kata “kamu”, “hamba yang setia” jelas menunjuk pada orang percaya.

2 Pet 3:10-14 – (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

Note : Kata ‘kamu’ dan ‘saudara-saudara yang kekasih’ jelas menunjuk pada orang percaya.

Wah 3:1-3 – (1) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Note : Ini adalah kata-kata untuk jemaat Sardis. Mereka memang ditegur karena dosa-dosa mereka tetap mereka tetap adalah orang percaya. Ini terlihat dari kata-kata ‘kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati’ yang tidak mungkin dikatakan pada orang yang tidak percaya.

3] Perumpamaan tentang 10 orang gadis dalam Mat 25:1-12 jelas menunjukkan bahwa 5 gadis yang bodoh adalah orang yang tidak percaya sedangkan gadis yang bijaksana adalah orang percaya. Tetapi faktanya adalah baik gadis-gadis yang bodoh itu maupun gadis-gadis yang bijaksana itu sama-sama tidak bisa tahu waktu kedatangan sang mempelai.

Mat 25:5 - Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
Ini jelas berarti bahwa baik orang tidak percaya maupun orang percaya tidak bisa athu waktu kedatangan Tuhan. Ini kesimpulannya sebagaimana yang dikatakan di akhir perumpamaan ini yakni ayat 13 :

Mat 25:13 - Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

4] Perhatikan Mat 24:36 :

Mat 24:36 - Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri."

Kalau orang percaya bisa tahu wkatu kedatangan Tuhan, itu berarti bahwa ornag percaya lebih hebat dari malaikat-malaikat bahkan lebih hebat dari Yesus sebagai manusia.

5] Kalau orang-orang percaya bisa tahu kedatangan Yesus sudah pasti orang-orang yang tidak percaya juga akan tahu. Darimana mereka tahu? Ya dari orang-orang percaya. Apa jaminan bahwa seluruh peserta yang hadir dalam seminarnya Paulus Tribrata adalah orang percaya? Jikalau ada orang tidak percaya yang hadir berarti ia jadi tahu kan? Kalaupun yang hadir semuanya orang percaya, tidak bisakah orang-orang itu lalu menceritakan pengetahuan itu kepada orang-orang tidak percaya? Jadi pada akhirnya baik orang percaya maupun orang tidak percaya jadi tahu waktu kedatangan Yesus. Ini suatu omong kosong dan kebodohan dari Paulus Tribrata.

6] Kalau tahun kedatangan Yesus bisa diketahui oleh orang percaya, mengapa sepanjang 2000 tahun ini tidak ada 1 orang percaya pun yang tahu selain Paulus Tribrata?


7. TAMBAHAN : TENTANG PENAFSIRAN YES 46:11.

Yes 46:11 - yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusan-Ku dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.

Siapa yang dimaksud dengan burung buas dari timur dalam ayat ini?

Paulus Tribrata berkata bahwa “timur” di sini berarti Indonesia. Jadi ia berkata bahwa Tuhan akan membangkitkan seorang dari Indonesia bahkan bagian timur dari Indonesia (mungkin Papua, Ambon, NTT).


Tanggapan Esra Soru :

Lagi-lagi terlihat betapa payahnya hermeneutik dari Paulus Tribrata yang bergelar Doktor dan MTh ini. Cara penafsirannya kacau balau, mencomot ayat tanpa memperhatikan konteksnya seperti orang yang tidak pernah sekolah teologia.

Dilihat dari konteks ayat ini sejak Yesaya 40-48 adalah “KESELAMATAN UNTUK BANGSA DALAM PEMBUANGAN”. Jadi ayat tersebut harus ditafsirkan dalam kaitan dengan penyelamatan bangsa Israel dalam pembuangan di Babel.

Nah, kalau “burung buas dari timur” ini adalah seorang dari Indonesia, pertanyaannya adalah apakah bangsa Indonesia sudah ada pada zaman pembuangan Israel di Babel? Apakah ada orang Indonesia yang mempunyai andil dalam pembebasan orang Israel dari pembuangan Babel? Ini jelas penafsiran yang terlalu naif dan konyol!

Sejarah mengatakan kepada kita bahwa bangsa Babel ditaklukan oleh bangsa Media-Persia dari Timur yang lalu memulangkan bangsa Israel ke tanah air mereka. Jadi “burung buas dari timur” ini harus menunjuk pada pemimpin/penguasa/raja Media-Persia waktu itu yakni raja “KORESH”. Ini benar karena bangsa Persia (Iran) yang menaklukan Babel memang secara geografis terletak di sebelah timur Babel (Irak).

Perhatikan peta berikut ini :



Karena itu nubuatan2 yang berkaitan dengan kemasyuran “burung buas dari timur” ini jelas menunjuk pada prestasi-prestasi KORESH misalnya ia adalah raja yang sangat hebat dalam bidang politik dan militer padahal usianya masih muda (di bawah 30 tahun). Ia lalu mengadakan invasi ke berbagai kerajaan di sekitarnya dan ia selalu berhasil. Ia menaklukan hampir semua kerajaan yang tersebar di wilayah itu. Pada usia 30 tahun ia telah menguasai dunia dan kerajaannya mencapai wilayah : Bagian utara Asyur, dataran Mesopotamia dan Armenia, Asia kecil (mulai dari Sungai India yang di Timur hingga ke Laut Orgeon yang di Barat).
Jadi sama sekali tidak menunjuk pada kemasyuran-kemasyuran yang akan dialami oleh orang dari timur Indonesia sebagaimana yang dikatakan Paulus Tribrata.

Bandingkan dengan komentar-komentar berikut ini :

Albert Barnes : Tidak dapat diragukan bahwa Koresh lah yang dimaksudkan di sini. (Lihat Yes 41:2; Yes 41:25. Timur di sini berarti Persia.

Genewa Bible Translation Note : Isa 46:11 – Ini adalah Koresh yang akan datang sebagai seekor burung buas dan berperang melawan Babylon.

Jamieson Fausett and Brown : ravenous bird — Cyrus so called on account of the rapidity of his marches from the distant regions of Persia to pounce on his prey (see on Isa_41:2; see on Isa_41:25; see on Jer_49:22; see on Eze_17:3). The standard of Cyrus, too, was a golden eagle on a spear (see the heathen historian, Xenophon, 7, where almost the same word is used, aetos, as here, ayit).

Adam Clarke : Calling a ravenous bird from the east “Calling from the east the eagle” - A very proper emblem for Cyrus, as in other respects, so particularly because the ensign of Cyrus was a golden eagle, ΑΕΤΟΣ χρυσους, the very word עיט  ayit, which the prophet uses here, expressed as near as may be in Greek letters. Xenoph. Cyrop. lib. 7 sub. init.

Jadi apa yang diajarkan Paulus Tribrata tentang ayat ini dengan segala penjelasannya yang panjang lebar ternyata salah sama sekali, bertentangan dengan konteks ayat tersebut dalam pasal-pasal sebelumnya. Ia bukannya melakukan eksegese melainkan eisege. Memaksakan ayat-ayat Alkitab untuk mendukung ajarannya.

Dari konteks ayatnya sama sekali tidak masuk akal dan ngawur kalau mengartikan bahwa “burung buas dari timur” ini adalah dari Indonesia, apalagi dari NTT. Apa hubungannya orang dari NTT dengan pembebasan bangsa Israel dari pembuangan di Babel??????


KESIMPULAN :

Dari seluruh pembahasan yang sudah saya berikan, jelas-jelas menunjukkan bahwa ajaran Romo Pdt. Dr. Paulus Tribrata, MTh, MM adalah ajaran yang tidak Alkitabiah sekalipun untuk mendukung ajarannya ia mengutip ayat-ayat Alkitab. Ia menunjukkan kemampuan yang begitu rendah di dalam hal menafsir Alkitab dengan cara mencomot-comot dan menghubung-hubungkan ayat tanpa memperhatikan konteks dari ayat-ayat tersebut. Metode seperti ini pernah dilakukan oleh iblis ketika mencobai Yesus :

Mat 4:6 - lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."

Iblis jelas mengutip ayat Alkitab dari Maz 91 :11-12 :

Maz 91:11-12 – (11) sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. (12) Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.

Jelas iblis mencomot ayat tersebut dari konteksnya di Maz 91 dan diterapkan secara salah kepada Yesus. Metode seperti inilah yang secara berulang-ulang dilakukan oleh Paulus Tribrata seperti yang sudah saya tunjukkan.

Berkaitan dengan tahun kedatangan Yesus yang oleh Paulus Tribrata adalah tahun 2029, sudah saya tunjukkan bahwa ini adalah penafsiran yang salah dan tidak masuk di akal dan karena itu harus disimpulkan bahwa ajaran Paulus Tribrata tentang penetapan waktu kedatangan Yesus adalah ajaran palsu yang menyesatkan !-

PESAN-PESAN

Untuk Pdt. Paulus Tribrata :
  1. Saya tunjukkan bahwa penafsiran anda begitu fatal dan banyak masalahnya. Saya tidak tahu anda sekolah teologia di mana dan darimana anda mendapatkan gelar Doktor dan MTh, tapi kalau boleh saya sarankan sebaiknya anda mempelajari kembali dasar-dasar hermeneutika Alkitab sehingga tidak membuat tafsiran-tafsiran yang out of context.
  2. Dari apa yang sudah saya paparkan, jelas bahwa baik hari maupun tahun/zaman kedatangan Yesus tidak bisa diketahui, dan karena itu saran saya sebaiknya anda bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Daripada sibuk memberitakan tahun kedatangan Yesus, sebaiknya anda pakai waktu dan kemampuan yang ada untuk memberitakan Injil sehingga kapan pun Tuhan Yesus datang, baik anda maupun orang-orang yang percaya kepada pemberitaan anda akan akan diselamatkan.
  3. Sepertinya prinsip anda untuk tidak membuka sesi tanya jawab setiap kali anda mengajar atau membuat seminar perlu ditinggalkan. Dengan membuat seminar berarti anda sementara mengajarkan sesuatu kepada banyak orang dan ajaran anda itu harus bisa dipertanggungjawabkan jika ada orang yang mau bertanya atau bahkan mempertanyakannya.
    1 Pet 3:15 - Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
  4. Jangan sekali-kali anda menutupi kelemahan anda di dalam berargumentasi dengan memakai tameng “Dalam Nama Yesus” seperti ketika anda menghardik atau berteriak pada saya “Dalam Nama Yesus!!!!!” dengan sangat keras menggunakan microphone (19 April 2011 di Aula Eltari). Ingatlah bahwa jika ajaran saya yang benar, berarti ajaran anda yang palsu/sesat sehingga Nama Yesus yang anda gunakan untuk mengusir saya sama sekali tidak ada artinya bagi saya.  Walaupun demikian saya beritahu pada anda, saya sama sekali tidak membenci anda karena hal itu. Saya mengasihi anda dan berharap anda bisa bertobat dari ajaran dan cara-cara seperti itu.
Untuk Panitia.

Sebagaimana yang sudah saya buktikan bahwa ternyata ajaran Paulus Tribrata sama sekali bukan ajaran Alkitab walaupun ia banyak mengutip Alkitab. Ajarannya jelas adalah ajaran palsu/sesat. Kalau demikian maka tanpa saudara sadari bahwa saudara sudah menjadi alat penyebaran ajaran sesat. Saya percaya bahwa ini semua ini saudara lakukan tanpa saudara pahami. Saudara mungkin mempunyai motivasi yang tulus untuk melayani Tuhan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Karena itu saya sarankan agar anda semua memohon ampun kepada Tuhan Yesus dan berhati-hatilah di dalam mengundang pembicara-pembicara karena tidak semua pembicara pasti adalah nabi benar.

Mat 7:15 - "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Mat 24:11 - Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.

Luk 21:8 - Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.

2 Pet 2:1 - Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.

Saudara-saudara, Firman Tuhan memberikan janji bahwa kita tidak akan kehilangan upah jika kita melakukan pekerjaan Tuhan.

1 Kor 15:58 - Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Mat 10:42 - Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."

Tetapi bagaimana kalau ternyata setelah suadara berjerih lelah, mengbiskan banyak waktu, tenaga dan uang, ternyata yang saudara lakukan bukanlah pekerjaan Tuhan? Saudara bukan hanya mendapatkan upah tetapi bisa mendapatkan hukuman.

Mark 9:42 - "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. 


3. Untuk Jemaat/Peserta Seminar

1. Saya kira seminar kali ini dapat menjadi pelajaran berarti bagi kita untuk tidak dengan mudah menerima suatu ajaran baru tanpa mengeceknya dari seluruh Alkitab. Kita seharusnya belajar dari jemaat Berea :

Kis 17:11 - Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.

Di sini Paulus justru memuji jemaat Berea yang tidak hanya menelan mentah-mentah ajarannya. Ia justru senang kalau jemaat mau mengecek ajarannya, apakah sesuai dengan Kitab Suci atau tidak. Sikap Rasul Paulus ini jelas berbeda dengan sikap Paulus Tribrata walaupun namanya sama-sama Paulus.

Tetapi bagaimana kita bisa mengecek suatu ajaran benar atau tidak ? Saudara tidak akan bisa mengetahui uang palsu kalau saudara tidak pernah tahu uang asli bagaimana. Demikian juga saudara tidak akan bisa tahu ajaran palsu yang mana jika saudara tidak pernah tahu ajaran yang benar itu bagaimana. Karena itu ini menuntut kita untuk lebih giat belajar Firman Tuhan.

2. Alkitab berkata bahwa menjelang akhir zaman akan muncul banyak nabi palsu atau penyesatan. Dan saudara akan dengan mudah disesatkan kecuali saudara dijaga dengan baik oleh Sang Gembala yakni Tuhan sendiri. Tetapi untuk bisa dijaga Sang Gembala, saudara sendiri harus menjadi domba yakni orang percaya. Tanpa itu tidak ada jaminan bahwa Tuhan akan menjaga saudara. Saudara adalah kambing dan bukan domba. Karena itu bagi saudara yang belum percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, percayalah sekarang juga !!!


                                                                  - AMIN -

Sabtu, 16 April 2011

TANGGAPAN ATAS BUKU FRANS DONALD: MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL

Oleh: Albert Rumampuk




Awal bulan September 2007 yang lalu, saya pergi ke salah satu toko buku di kota Palu. Ketika sedang mencari-cari buku yang disukai, tiba-tiba mata saya melihat salah satu buku yang berjudul ‘Allah dalam Alkitab dan Al-Quran’ yang ditulis oleh Frans Donald, salah seorang penganut sekte sesat Unitarian atau yang di Indonesia juga dikenal dengan sebutan ‘Kristen Tauhid’. Saat itu saya tertarik dan membeli buku tersebut. Malam harinya saya mulai membaca dan melihat salah satu pointnya yang membahas soal keilahian Yesus Kristus. Jujur, saat membaca buku itu, ada 2 pernyataannya yang tidak bisa saya jawab:


Pertama, saat di surga, Yesus bukanlah Allah karena dalam Wahyu 3:2 dan 12, dia menyebut ‘Allahku’, berarti  Yesus memiliki Allah, dia bukan Allah yang sejati (hal. 38-39). Yang kedua, dalam buku itu penulisnya membahas arti dari Yoh 1:1 yang ditinjau dari teks aslinya (bahasa Yunani) dan dikatakan bahwa Yesus bukan Allah yang sejati (hal. 45-46).

Saya tak bisa menjawab kedua hal ini karena saat itu saya memahami bahwa saat Yesus bangkit dan naik ke surga, Dia bukan lagi manusia 100% namun hanya Allah 100%. Disamping itu, saya juga sama sekali tidak mengerti bahasa Yunani. Menghadapi kenyataan seperti ini, saya kemudian berusaha untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang Yesus Kristus, membaca buku-buku dan bertanya kepada para hamba Tuhan / pendeta. Beberapa waktu kemudian, saya membeli buku Frans Donald yang lain yang berjudul ‘MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL’. Rupanya lewat buku-bukunya itu, Donald semakin dikenal dan menjadi ‘naik daun’ / populer. Sebagai seorang yang tadinya tidak mengerti dengan baik soal keilahian Yesus dan hampir saja terpengaruh dengan kesesatan Frans Donald, saya merasa tertantang untuk menjawab buku tersebut, sekalipun buku itu sendiri sudah beredar lama. Tanggapan yang saya buat ini, bukan hanya bertujuan agar Frans Donald bertobat (sekalipun saya tahu, mungkin itu sesuatu yang mustahil), namun juga agar orang-orang Kristen yang belum mengenal pribadi Yesus dengan benar, bisa mempelajari dan memahaminya sehingga tak mudah dipengaruhi oleh berbagai ajaran sesat yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Jawaban ini akan dimulai dari bagian ‘Pendahuluan’ halaman XIX dan seterusnya sampai bagian ‘Kesaksian Alkitab’ halaman 1-16, yang membahas soal Yohanes 1:1.

Frans Donald:

PENDAHULUAN
Apakah Doktrin Tritunggal/Trinitas Diajarkan
Dalam Kitab Perjanjian Lama
Dan Perjanjian Baru?

Dalam Perjanjian Lama?

The Encyclopedia of Religion menuliskan : “Para teolog dewasa ini setuju bahwa Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) tidak memuat doktrin Tritunggal”.

New Chatholic Encyclopedia mengikuti : “Doktrin Tritunggal tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama”.

Imam Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The Triune God juga mengakui : “Perjanjian Lama …. Tidak secara tegas ataupun samar-samar memberi tahu kepada kita mengenai Allah Tiga serangkai yang adalah Allah, Anak dan Roh Kudus … Bahkan mencari di dalam “Perjanjian Lama” kesan-kesan atau gambaran di muka atau tanda-tanda terselubung mengenai trinitas dari pribadi-pribadi, berarti melampaui kata-kata dan tujuan dari para penulis tulisan-tulisan suci”.

Tanggapan saya:
Doktrin Tritunggal memang tak bisa ditemukan dalam satu ayat saja, tapi merupakan ajaran yang didapati / dirangkum dari banyak ayat dalam seluruh Alkitab. Di Perjanjian Lama, ajaran ini memang masih ‘samar-samar’ / tidak terlihat dengan jelas, tapi bukan berarti tidak diajarkan! Bandingkan dengan beberapa kutipan berikut.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: “Kendati ajaran ini tidak ‘berkibar’ dalam PL, Trinitas itu sudah tersirat dalam penyataan diri Allah sejak masa paling dini Tapi selaras dengan sifat historis penyataan Allah, maka ajaran ini mula-mula dikemukakan hanya dalam bentuk yang sangat bersifat bayangan saja. Ajaran ini tersirat bukan hanya dalam bagian-bagian tersendiri, tapi terajut disepanjang bentangan ‘kain’ penyataan PL…” (Hal. 490).

The Moody Handbook Of Theology: “Memang tidak ada pernyataan yang pasti dan eksplisit di PL mengonfirmasikan Trinitas, namun tidaklah salah untuk mengatakan bahwa beberapa ayat di PL menyetujui Trinitas dan mengimplikasikan bahwa Allah adalah keberadaan yang Tritunggal” (Paul Enns, Hal. 246).

Dr. Henry C. Thiessen: “Sekalipun hal yang terutama ditekankan dalam Perjanjian Lama adalah keesaan Allah, namun tidak kurang isyarat mengenai adanya berbagai pribadi dalam ke-Allahan, demikian juga tidak kurang isyarat bahwa pribadi-pribadi ini merupakan satu ketritunggalan”. (Teologi Sistematika, hal. 139).

Dr. Charles C. Ryrie: “Tak diragukan lagi Perjanjian Lama menekankan keesaan Allah. Bagaimanapun juga, ada kesan-kesan yang jelas bahwa terdapat pribadi-pribadi di dalam keallahan. Oleh karena itu, orang bisa berkata bahwa Perjanjian Lama berisi isyarat-isyarat yang mengizinkan bagi wahyu selanjutnya tentang ketritunggalan Allah”. (Teologi dasar 1, hal. 74).

Dari empat kutipan diatas, terlihat jelas bahwa doktrin Tritunggal memang tidak secara eksplisit / jelas ditekankankan dalam Perjanjian Lama. Hal ini tidaklah berarti bahwa ajarannya memang tidak ada. Petunjuk-petunjuk mengenai hal itu (‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah), ternyata juga terlihat dalam sepanjang PL. Sebagai contoh: Adanya kata ganti orang bentuk jamak dalam Kej 1:26; 3:22; 11:7 dan Yes 6:8.

Kejadian 1:26 – “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…’”

The Wycliffe Bible Commentary (Tentang Kej 1:26): “Saat utama dari penciptaan tiba ketika Allah menciptakan manusia. Narasi menggambarkan Allah sebagai meminta dewan surgawi atau kedua anggota Tritunggal lainnya untuk memusatkan perhatian mereka pada peristiwa ini” (Hal. 29).

Kata ‘Kita’ dalam ayat tersebut, adalah kata ganti orang bentuk jamak yang menunjuk pada sang pencipta (Allah) itu sendiri. Frans Donald di halaman 37-38 dari bukunya, menjawab persoalan ini dengan lucunya dengan mengatakan bahwa itu tidak menunjuk pada ‘lebih dari satu pribadi’ dengan alasan bahwa Allah yang sejati (Bapa) memang tidak seorang diri ketika mencipta, tetapi Anak (Yesus) juga ikut aktif dalam penciptaan (Yoh 1:3; Kol 1:15-17). Bukankah alasan Frans ini justru membuktikan kebenaran tentang adanya semacam ‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah saat Dia mencipta? Frans Donald lalu mencari-cari alasan dengan mengubah kata ‘oleh’ (Yunani = ‘DIA’) dalam Yoh 1:1 dan Kol 1:16 menjadi ‘melalui’ / ‘through’, jadi Allah mencipta segala sesuatu melalui perantaraan Anak. Memang, kata Yunani ‘DIA’, bisa diterjemahkan ‘oleh’, tetapi juga bisa diterjemahkan ‘melalui’, namun alasan ini sungguh mengada-ada, karena dalam Ibrani 1:10, Yesus dinyatakan sebagai pencipta dan ayat ini tidak menggunakan kata Yunani ‘DIA’.

Ibr 1:10 – “Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu’”.

Konteks ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa Yesus adalah pencipta, tapi juga menunjukkan bahwa Yesus betul-betul TUHAN / ALLAH dalam arti yang setinggi-tingginya! Hal ini membuktikan bahwa Yesus bukan hanya sebagai penyalur kuasa / perantara Allah (Bapa) dalam mencipta, tetapi Dia adalah sumber dari kuasa itu.

Namun ada hal yang lebih lucu lagi, dimana saat saya diskusi dengan Pdt. Teguh Hindarto M.Th (penganut sekte YHWH-isme) tentang ayat ini, dia berkata bahwa kata ‘Kita’ / ‘Kami’ itu menunjuk pada Yahweh, Firman, Roh-Nya beserta para malaikatnya. Benar-benar klaim yang sangat menggelikan! Penciptaan adalah suatu tindakan ilahi yang hanya bisa dilakukan oleh Allah yang sejati. Alkitab mencatat bahwa yang menciptakan alam semesta dan segala isinya adalah Allah / YHWH. Bandingkan dengan ayat-ayat berikut ini:

Kis 17:24 “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia”

Yes 42:5 “Beginilah firman Allah, TUHAN (YHWH), yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya”

Sangat tidak masuk akal jika Yesus yang hanya manusia biasa saja (menurut anggapan Islam) atau seorang malaikat (menurut anggapan Frans Donald), bisa mencipta manusia dan alam semesta! Fakta bahwa Yesus adalah pencipta alam semesta, membuktikan bahwa Dia sesungguhnya adalah Allah / YHWH itu sendiri!

Frans Donald:

Dalam Perjanjian Baru?

The Encyclopedia Of Religion Mengatakan : “Para teolog setuju bahwa Perjanjian Baru juga tidak memuat doktrin yang jelas mengenal Tritunggal”.

Imam Jesuit Fortman menegaskan : “Para Penulis perjanjian Baru … tidak memberi kita doktrin Tritunggal yang resmi atau dirumuskan, juga tidak ajaran yang jelas bahwa dalam satu Allah terdapat tiga ribadi ilahi secara setara. … Dimana pun kita tidak menemukan doktrin tritunggal dari tiga subyek kehidupan dan kegiatan ilahi yang berbeda dalam Keilahian yang sama”.

The New Encyclopedia Britannica mengatakan : “Kata Tritunggal atau doktrinnya yang jelas tidak terdapat dalam Perjanjian Baru”.

Bernhard Lohse dalam A Short History of Christian Doctrine menegaskan : sejauh ini menyangkut Perjanjian baru, seseorang tidak menemukan di dalamnya doktrin Tritunggal yang actual”.

The New International Dictionary of New Testamen Theology dan teolog protestan Karl Barth mengatakan : “Perjanjian Baru tidak memuat doktrin Tritunggal yang diperkembangkan.” Alkitab tidak memuat deklarasi yang terus terang bahwa Bapa, ANak dan roh Kudus adalah dari zat yang sama”.

Profesor E. Washburn Hopkins dari Universitas Yale menekankan “Bagi Yesus dan Paulus doktrin tritunggal jelas tidak dikenal; … mereka tidak mengatakan apa-apa mengenai itu” (Origin and evolution of Religion).

Sejarawan Arthur Weigall mengatakan : “Yesus Kristus tidak pernah menyebutkan perwujudan demikian, dan dimanapun dalam Perjanjian Baru tidak terdapat kata Tritunggal. Gagasannya baru diterima oleh Gereja tiga ratus tahun setelah Kematian Tuan Kita”. (The Paganism in Our Christianity).

Perjanjian Lama tegas Monoteistik. Allah adalah pribadi tunggal (bukan tritunggal)…. Tentang hal ini tidak ada pemisah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ajaran Monoteistik terus berlanjut, dan Yesus lahir sebagai orang Yahudi. Ajarannya memiliki inti Yahudi (Allah Tunggal); Benar dia mengajarkan sebuah Injil baru tetapi bukan sebuah teologi baru (L,L Paine, A Critical History of the Evolution Trinitarianism, Boston, 1902:4).

Jadi, dari ke-39 Kitab Ibrani Perjanjian Lama, maupun ke-27 Kitab Yunani Kristen Perjanjian Baru, seluruh pasal dan ayat-ayat Alkitab sama sekali tidak ada yang memuat ajaran yang jelas mengenai Doktrin Tritunggal/Trinitas!

Tanggapan saya:
Berbeda dengan Perjanjian Lama yang tidak mengajarkan secara eksplisit, maka dalam Perjanjian Baru, doktrin Tritunggal justru terlihat dengan jelas! Memang, kata ‘Tritunggal’ tak ada dalam Alkitab, tapi mengapa kita tak boleh menggunakan istilah itu? Saya Tanya: apakah istilah ‘Alkitab’ ada dalam Alkitab? Jika tak ada, lalu mengapa Frans Donald menggunakannya? Apakah hanya karena istilah ‘Tritunggal’ tak ada dalam Alkitab maka ajarannya sudah pasti salah? Lalu apakah Frans Donald berani membuang seluruh ajaran / tulisan dalam Alkitab hanya karena istilah ‘Alkitab’ itu tak ada? Misalnya istilah ‘sakramen’, kata itu sendiri memang tak ada dalam Alkitab, tapi bukan berarti kita tak boleh menggunakannya. ‘Sakramen’ adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang peraturan / upacara Gereja yang terdiri dari baptisan dan perjamuan kudus yang diperintahkan / diajarkan dalam Kitab Suci. Sama seperti istilah ‘Sakramen’, maka istilah-istilah ‘Tritunggal’, ‘pribadi’, ‘hakekat’, ‘Allah Bapa’, ‘Allah Anak’, dsb, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan / merangkum ajaran yang ada dalam Alkitab. Tak ada yang salah dengan hal itu!

Tentang penggunaan istilah yang tidak terdapat dalam Alkitab, yang seringkali dikritik oleh para penyesat, John Calvin dalam ‘Institutes of the Christian Religion’, I xiii 2 mengatakan bahwa: “Tetapi, supaya tak ada yang membayangkan suatu Allah yang tiga serangkai, atau yang mengira bahwa hakikat Allah yang tunggal itu dibagi-bagi dan disobek-sobek menjadi tiga oknum, maka kita disini harus mencari suatu rumus yang pendek dan mudah, yang menghindarkan kita dari kesalahan apapun juga”. Di bagian lain (I xiii 3) Calvin juga berkata: “Para bidat mencerca kata ‘persona’ itu, dan oknum-oknum picik tertentu berteriak memprotes diterimanya istilah yang ditemukan oleh akal manusia. Namun, jahat sekali untuk menolak kata-kata yang tidak lain hanya menjelaskan kesaksian yang ditegaskan dalam Alkitab!” (‘Institutio’, Pengajaran agama Kristen. Hal 34-34).

The Moody Handbook Of Theology: “Meskipun kata itu sendiri (Tritunggal - pen) tidak ditemukan di Kitab Suci, doktrin itu secara gamblang diajarkan di Kitab Suci” [Paul Enns Hal. 243].

Berikut beberapa kutipan dari para ahli teologia / teolog tentang ke-Tritunggalan Allah yang juga ada / diajarkan dalam Perjanjian Baru.

Louis Berkhof: “Perjanjian Baru membawa wahyu yang lebih jelas akan perbedaan-perbedaan dalam diri Allah Tritunggal”. (Systematic Theology, hal. 149)

Dr. Henry C. Thiessen: “Ajaran tentang trinitas diuraikan dengan lebih jelas dalam Perjanjian Baru dari pada dalam Perjanjian Lama”. (Teologi Sistematika, hal.141)

Dr. Paul Enns: “Ada dua hal yang utama yang harus dikukuhkan untuk mendemonstrasikan bahwa Kitab Suci (Perjanjian Baru – pen) mengajar Trinitas: bahwa hanya ada satu Allah, dan bahwa ketiga pribadi disebut Allah”. (The Moody Handbook Of Theology, hal.247).

Dr. Charles C. Ryrie: “Meskipun Perjanjian Baru berisi pernyataan yang tidak tegas tentang doktrin Allah esa yang berpribadi tiga…, tetapi mengandung sejumlah besar bukti. Bukti itu terletak pada dua jalur: yang satu menekankan bahwa hanya ada satu Allah yang benar, dan yang lain menyajikan manusia Yesus dan Roh Kudus, keduanya dinyatakan sebagai Allah”. (Teologi dasar 1, hal.76).

Full Life Study Bible: “Baptisan Yesus merupakan perwujudan yang sangat baik untuk menunjukkan keberadaan tentang Trinitas…Jadi, kita mempunyai tiga oknum ilahi; adalah bertentangan dengan seluruh Alkitab bila kita menafsirkan peristiwa ini dengan cara yang lain…” (Hal. 1501).

Yang mana yang benar, doktrin Tritunggal di ajarkan dalam Perjanjian Baru, atau tidak? Matius 28:19 adalah salah satu ayat yang bisa dijadikan dasar dari doktrin ini, yang menyatakan baik ‘ketunggalan’ maupun ‘ketigaan tertentu’ dalam diri Allah.

Mat 28:19 – “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

Perhatikan 2 komentar dari pakar Alkitab berikut ini:

Dr. Paul Enns: “Pada waktu pemuridan, Yesus memerintahkan para rasul untuk membaptis murid baru ‘dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus’ (Mat 28:18). Terlihat jelas bahwa kesetaraan dan kesatuan dari ketiga pribadi itu termaksud didalamnya” (The Moody Handbook Of Theology, hal.247).

Dr. Charles C. Ryrie: “Mat 28:19, dengan cara yang paling baik, menyatakan baik keesaan maupun ketigaan dengan menyatukan sepadan ketiga pribadi itu dan mengesahkannya di dalam satu nama tunggal”. (Teologi dasar 1, hal. 78)

Kata ‘nama’ (Yunani = ONOMA) di ayat ini, bukan berada dalam bentuk yang jamak / plural, namun merupakan bentuk tunggal / singular. Berbagai Alkitab versi Inggris menuliskan ‘Name’ bukan ‘Names’ (KJV, NASB, NIV, RSV, NJB, dsb). Tetapi sekalipun demikian, tetap saja disebutkan 3 buah nama: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Hal ini menunjukkan adanya tiga pribadi yang setingkat / setara dan sekaligus menyatakan kesatuannya!

Untuk lebih memastikan kebenaran dari ajaran doktrin Tritunggal ini, dibawah akan saya tunjukkan berdasarkan ayat-ayat KITAB SUCI yang lain dan membuktikan bahwa tuduhan Frans Donald yang menganggap bahwa seluruh kitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak memuat ajaran Tritunggal, hanyalah klaim kosong belaka!



Frans Donald:
Apakah Doktrin Tritunggal/Trinitas Diajarkan oleh
Orang-Orang Kristen Mula-Mula?

Komentar dari para sejarahwan dan teolog :

“Kekristenan yang mula-mula tidak mempunyai doktrin Tritunggal seperti yang setelah itu dirinci dalam kredo-kredo”. The new International Dictionary of New Testament Theology.

“Namun orang-orang Kristen yang pertama pada awal mula tidak pernah mempunyai pikiran untuk menerapkan gagasan (Tritunggal) kepada kepercayaan mereka sendiri. Mereka memberikan pengabdian mereka kepada Allah Bapa dan Kepada Yesus Kristus, Anak Allah, dan mereka mengakui … Roh Kudus, tetapi tidak ada buah fikiran bahwa ketiga pribadi ini adalah suatu Tritunggal, setara dan dipersatukan dalam satu”. The Paganism in Our Christianity.

“Pada mulanya kepercayaan Kristen bukan kepada Allah Tiga Serangkai… Halnya tidak demikian pada zaman rasul-rasul atau sebelumnya, seperti diperlihatkan dalam Perjanjian Baru dan tulisan-tulisan Kristen yang awal lainnya.” Encyclopedia of Religion and Ethics.

“Perumusan ‘satu Allah dalam tiga Pribadi’ tidak ditetapkan dengan tegas, dan pasti belum dibelur sepenuhnya ke dalam kehidupan Kristen dan pengakuan imannya, sebelum akhir abad ke-4 Di antara Bapa-Bapa Rasuli, tidak pernah bahkan sedikit pun ada yang mendekati sikap atau pandangan seperti itu.” New Catholic Encylopedia.

“Kepercayaan tentang Allah yang terdiri dari beberapa pribadi (Tritunggal) keluar dari konsep Allah Yang Esa …”. Chief Rabbi J.H. Herzt, Pentateuch and Haftorahs, London, 1996 : 770.

Tanggapan saya:
Alkitab jelas mengajarkan doktrin Tritunggal. Dan karena itu, jika ada orang yang tidak mengakuinya, itu sama dengan menolak ajaran Kitab Suci! Sekalipun pada tahun 325 M (dalam sidang Gereja Nicea) ajaran Tritunggal itu dirumuskan, tetapi adalah omong kosong jika ajaran Tritunggal baru ada pada abad ke-4, apalagi dengan mengatakan bahwa para Bapa-bapa Rasuli / bapa Gereja tidak mengakuinya! Perhatikan kata-kata Philip Schaff (seorang ahli sejarah) berikut ini.

Philip Schaff: “dogma gereja tentang Tritunggal muncul; dan itu secara langsung atau tidak langsung menguasai bahkan theologia sebelum Nicea, sekalipun itu belum mencapai definisinya yang tetap sampai pada jaman Nicea” – (‘History of the Christian Church’, vol II, hal 565). 

Kemudian dalam buku Nelson’s Illustrated Encyclopedia of Bible Fact, juga dikatakan bahwa: “Orang-orang Kristen mula-mula mengaku bahwa mereka mengenal Allah dalam tiga oknum – Bapa, Anak dan Roh Kudus – dan ketiganya sepenuhnya mengambil bagian bersama dalam satu sifat ilahi”. (By: J.I. Packer, Merrill C. Tenney dan William White, Jr. Hal. 1132).

Ternyata, sekalipun ajaran Tritunggal baru dirumuskan pada abad ke 4, namun orang-orang Kristen yang hidup jauh sebelum konsili itu diadakan, sudah mengakui / menerima kebenaran dari ajaran tersebut. Misalnya saja Theophilus dari Antiokhia (wafat tahun 181 M), dia adalah orang yang pertama yang menggunakan istilah ‘trias’ untuk tritunggal yang kudus. Tertulianus (wafat +/- tahun 220 M) juga adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah ‘trinitas’.

Henry C. Thiessen: “Sekalipun istilah ‘trinitas’ tidak ada dalam Alkitab, tetapi istilah ini dipakai sejak awal di dalam gereja. Bentuk Yunaninya trias, nampaknya pertama kali dipakai oleh Theofilus dari Antiokhia (wafat tahun 181 M), sedangkan bentuk Latinnya, trinitas, pertama kali dipakai oleh Tertulianus (wafat +/- tahun 220 M)”. (‘Teologi Sistematika’, hal. 138).

Seorang bapa Gereja yang bernama Irenaeus (150-202) berkata: “gereja beriman kepada satu Allah Bapa pencipta surga, bumi, laut dan segala sesuatu yang ada didalamnya, dan kepada Yesus Kristus Allah dan Tuhan kita yang telah menjadi manusia untuk menyelamatkan kita, dan didalam Roh Kudus yang diproklamirkan melalui nabi-nabi” (Robert M. Bauman Jr; 1990: 29-30).
Bernhard Lohse, seorang guru besar dalam bidang sejarah gereja dan sejarah Teologi pada Universitas Hamburg, Jerman Barat, berkata: “Irenaeus mempunyai pendapat yang sama dengan kaum apologis dari gereja purba, khususnya Theofilus dari Antiokhia, ketika ia mengajarkan bahwa Allah sejak dari kekal telah bersama-sama dengan Firman dan hikmat-Nya. Inilah yang disebut hypostatis. Ia melahirkan Firman dan Hikmat-Nya sebelum segala sesuatu dijadikan. Anak dilahirkan sebelum adanya waktu. Irenaeus menolak setiap spekulasi yang mencoba untuk menembus misteri mengenai kelahiran Anak ini”. (Hal. 55).

Melito dari Sardis (abad ke 2 M), adalah bapa gereja yang memuja / menyembah Kristus dan percaya Yesus sebagai Allah yang kekal (Philip Schaff - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 738)

.
Dionysius dari Roma (tahun 262 M), dalam perdebatan dengan Dionysius dari Alexandria, mempertahankan sekaligus kesatuan hakekat dan perbedaan yang bersifat pribadi yang nyata dari ketiga anggota-anggota dari triad / tritunggal ilahi, dan menghindari ajaran tentang tiga Allah (Philip Schaff - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 570).

Gregory Thaumaturgus (Mati tahun 270 M), menurut Encyclopedia Britannica 2000, adalah rasul Kristen dari Asia Romawi pembela ajaran Tritunggal (sifat / hakekat dari Allah) yang menyatakan argumentasinya terhadap para penyesat dan merupakan penyiap jalan bagi pengakuan iman Nicea yang akan muncul pada awal abad ke 4.

Dari seluruh kutipan ini, kita mendapati bahwa para bapa gereja / jemaat awal, juga mengakui / percaya pada ajaran Tritunggal. Frans Donald rupanya hanya asal nyontek / kutip tulisan orang tanpa mempelajari / menelitinya sendiri!

Frans Donald:

APA KATA PARA PAKAR ALKITAB DAN
TEOLOG SOSIAL KEILAHIAN YESUS?
(Ditulis berdasar Seminar 28 April 07 di Semarang)

“Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak,
dan Allah Roh Kudus. Yang benar Bapa itu Allah,
Yesus itu jalan menuju Allah”

Tanggapan saya:
Bukankah karena Bapa itu Allah maka kita bisa menyebut Bapa dengan istilah ‘Allah Bapa’? Saya beri contoh: Frans adalah seorang manusia, lalu apakah kita tak boleh menyebut Frans dengan istilah ‘manusia Frans’? Harimau adalah seekor binatang, apakah tak boleh menyebutnya dengan istilah ‘binatang Harimau’? Yesus memang adalah satu-satunya jalan menuju Allah / surga (Yoh 14:6), mengapa? Karena Dia adalah Allah itu sendiri (Yoh 1:1). Adalah ketololan tingkat tinggi jika Yesus yang dianggap hanya seorang manusia biasa saja (atau malaikat), bisa membawa manusia yang beriman pada-Nya untuk masuk surga!

“Yesus menegaskan monotheisme.
Rumusan 100% Allah dan 100% manusia tidak tepat!
Ini rumusan Kalkedon, bukan kitab suci!”

Tanggapan saya:
Yesus memang mengakui bahwa Allah itu Esa (Mrk 12:29), tapi Dia juga mengakui bahwa diri-Nya dengan Bapa adalah SATU / setara (Yoh 10:30). Hal ini jelas menekankan keilahian-Nya dan sekaligus mengisyaratkan adanya ‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah. Karena Kitab Suci mencatat bahwa Yesus adalah Allah sejati dan juga manusia sejati, maka tak salah jika dirumuskan sebagai 100% Allah dan 100% manusia. Itu bukan rumus hasil ciptaan manusia (pendapat pribadi), tetapi ajarannya sangat jelas tertera dalam Alkitab!

“Rumusan Konsili Nakaia (325) inilah yang menjadikan
Yesus sebagai Allah Anak.
Yesus bukan Allah! Tapi jalan menuju Allah.
Daripada bahasa dogma, saya lebih memilih Bahasa Alkitab!”

Tanggapan saya:
Lagi-lagi hanya asal bicara saja! Alkitab mencatat bahwa Yesus adalah Allah (Misalnya Yes 9:5; Yoh 1:1; Roma 9:5; Fil 2:5b-7; Titus 2:13; Ibr 1:8; 2Pet 1:1; 1Yoh 5:20, dsb), lalu bagaimana mungkin mengatakan bahwa hal itu baru muncul tahun 325 M??? Ke-Allah-an Yesus bukan baru ada saat konsili di Nicea, tapi itu adalah kata-kata / ‘bahasa Alkitab’.

“Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah.
Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah!
Perjanjian Baru Berbicara Yesus sebagai Anak Allah
Dan tidak pernah Allah Anak”.

Tanggapan saya:
Benar, Yesus memang tidak pernah menyatakan diri-Nya sebagai ‘Allah’, tapi Dia mengakui bahwa diri-Nya adalah ‘Anak Allah’ dan istilah itu jelas sama dengan / setara dengan Allah (Yoh 5:18; 10:33, 36). Paulus tak pernah menyebut Yesus sebagai Allah? Ini adalah omong kosong, karena dalam Roma 9:5; Filipi 2:5-6 dan Titus 2:13, Paulus jelas menekankan keilahian dan menyebut-Nya sebagai Allah! Apakah kata-kata / tulisan Paulus itu harus dibuang??

Frans Donald:
Itulah beberapa kalimat-kalimat tegas dan berani yang telah dikemukakan oleh para teolog dan pakar Alkitab pada acara seminar dan Diskusi Interaktif KEILAHIAN YESUS KRISTUS DARI PERSKEPTIF ALKITAB, yang diselenggarakan oleh Yayasan Gema Kasih dan Majalan Rohani lintas denominasi Crescendo pada Sabtu, 28 April 2007 Pk. 10.00 – 16.00 di Alam Indah Resto Semarang, dengan mengundang empat orang narasumber yang ahli dalam teologi Alkitab, yaitu : Pdt. Drie S. Barotosudarmo, M.Th. (Dosen Kristiologi UKSW Salatiga), Profesor JB. Banawiratma (Dosen UKDW, Yogya), Romo Tom Jacobs (Guru besar Emeritus Tafsir Kitab Suci, Sanata Dharma, Yogyakarta), Hortensius F. Mandaru, SSL (Perwakilan dari Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta). Sebagai Moderator pemimpin acara adalah Hanna Li dari Majalah Rohani Crescendo.


Tanggapan saya:
Menurut saya, kalimat-kalimat itu sangat jelas merupakan kata-kata yang dilontarkan oleh para ‘teolog’ dan ‘pakar Alkitab’ jadi-jadian / gadungan! Sungguh sangat disayangkan jika Yayasan Gema Kasih dan Majalah Rohani Crescendo mengundang orang-orang sesat seperti itu!

Frans Donald:
Acara yang dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai denominasi gereja itu diperuntukkan kepada para aktivis gereja, pendeta, peminat teologi, mahasiswa teologi, dan dosen-dosen teologi. Diadakan untuk mengupas ‘tuntas’ sosok Yesus Kristus berdasarkan Alkitab.

Tanggapan saya:
Semoga ke – 150 orang itu tak bisa dipengaruhi oleh para ‘teolog’ asal-asalan itu! Tak benar jika dikatakan bahwa acara itu untuk ‘mengupas tuntas’ diri Yesus Kristus menurut Alkitab, yang benar adalah mengupas tuntas sosok Yesus Kristus berdasarkan pikiran / ajaran pribadi.

Frans Donald:
Mana yang benar, Yesus Kristus itu Anak Allah atau Allah Anak atau keduanya atau apa??? Itulah pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Crescendo (seperti tertulis dalam Crescendo edisi 323, 2007), dan pertanyaan controversial itu dijawab oleh para narasumber melalui makalah dan presentasi yang disampaikan di acara ‘langka tersebut. Masing-masing pembicara membawa makalah selama 20 menit dan dilanjutkan dengan diskusi Tanya jawab interaktif dengan para hadirin.

Tanggapan saya:
Sepertinya penyelenggara hanya memilih-milih pembicara yang sesuai dengan pandangan / ajarannya agar dapat mempengaruhi orang Kristen. Saya mengusulkan untuk mengundang seorang pembicara dari pihak Trinitarian yang telah terbukti kwalitas keilmuannya / ‘kehebatannya’. Kalau saya ditanya: “Mana yang benar, Yesus Kristus itu Anak Allah atau Allah Anak atau keduanya atau apa???” Maka saya akan menjawab dengan tegas: “Dua-duanya”!!!

Frans Donald:
Sebagai pembicara pertama, Pdt. Drie S. Brotosudarmo, M.Th.Dengan Suaranya yang lantang, beliau menyampaikan, “Yesus adalah Anak Allah, bukan Allah Anak, ini saya tegaskan”. Dalam Kesempatan berikutnya pembicara asal Salatiga itu menekankan pula bahwa “Di dalam Yesus kita dapat mengenal Allah”, jelasnya. Tetapi di pertengahan acara, beliau sempat pula berkata bahwa Yesus itu 100% Allah, dan 100% manusia. Sebuah statement yang sangat berbeda dengan ketiga pembicara yang lainnya.

Tanggapan saya:
Mungkin maksudnya bahwa dalam Alkitab, istilah ‘Allah Anak’ itu tidak tertulis, tapi hanya tertulis ‘Anak Allah’. Namun bukan berarti Yesus itu bukan Allah. Buktinya dia mengatakan bahwa Yesus itu adalah 100% Allah dan 100% manusia. Sebuah statement yang sangat bagus dan mantap!

Frans Donald:
Pembicara kedua, Prof. J.B Binawiratma meyampaikan, “Saya tidak mengatakan Yesus itu Allah”. Professor yang tahun 1980 memperoleh gelar doctoral teologi dari Universitas Insbruck Austria ini menyatakan bahwa dogma Yesus sebagai Allah itu adalah hasil rumusan Konsili Nikaia (325). “Konsili Nikaia inilah yang menjadikan Yesus sebagai Allah Anak” begitulah katanya. Beliau menegaskan pula bahwa konsili-konsili itu tidak Alkitabiah, ungkapnya “Kesalahannya adalah dogma teologi dianggap bisa memberikan kesimpulan (tentang trinitas, pen.) yang terjangkau, padahal tidak, Saya asing (maksudnya: tidak setuju) dengan bahasa dogma, saya lebih memilih yang sederhana yaitu bahasa Alkitab”, lanjutnya, “Yesus bukan Allah tapi Yesus jalan menuju Allah”. Beliau menekankan pula bahwa memang saat ini jemaat-jemaat sudah punya tradisi bahwa Yesus itu adalah Allah. “Gereja sangat sulit mengubah teks liturgis yang bernada dogmatis”, begitu ungkapnya. Beliau sempat mengungkapkan juga bahwa jika andaikata gereja-gereja memang berani sepakat untuk merombak dogma liturgis (mungkin maksudnya soal Trinitas, Pen.) ya silakan saja.

Tanggapan saya:
700 tahun sebelum kelahiran-Nya, nabi Yesaya telah menubuatkan bahwa Yesus akan disebut sebagai El Gibbor / Allah yang perkasa (Yes 9:5)! Rasul Yohanes juga menuliskan bahwa Sang Firman yang adalah Yesus itu, adalah Allah (Yoh 1:1). Paulus yang menulis Kitab Titus sekitar tahun 60-an M juga katakan bahwa Yesus adalah ‘ALLAH YANG MAHA BESAR’ (Titus 2:13). Lalu dari mana kesimpulan sang Professor bahwa Yesus sebagai Allah adalah hasil dari konsili tahun 325 yang tidak Alkitabiah? Saya anjurkan agar pak Binawiratma sebaiknya copot saja gelar ‘Doktor teologi’ yang disandangnya itu!
Jemaat-jemaat / gereja mengakui Yesus sebagai Allah bukan karena ‘tradisi’ yang diciptakan manusia, tapi itu adalah ‘tradisi Alkitab’. Hanya Gereja-Gereja tolol yang mau merombak doktrin Tritunggal yang jelas-jelas diajarkan dalam Kitab Suci!

Frans Donald:
Pembicara ke tiga, Romo Tom Jacobs. Guru Besar Ahli dogma lulusan Roma ini telah menyampaikan pendapat-pendapat yang sangat ‘tajam’ dan ‘berani’. Cara berbicara Romo Tom yang khas tenang tetapi tajam berwibawa dan tutur katanya enak didengar, tetapi berkali-kali apa yang disampaikannya tampak mengagetkan para hadirin yang mendengarnya, juga diantara hadirin ada seorang pendeta yang sempat terkesan seperti emosi ketika mendengar penjelasan-penjelasan Romo Tom. Beberapa perkataan Romo Tom yang lembut, tenang, tetapi ‘berani’ diantaranya: “Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus”, “Yesus itu jalan menuju Allah. Rumusan 100% Allah, 100% manusia itu tidak tepat”. “Rumusan 100% Allah, 100% Manusia ini hasil Kalkedon, bukan kitab suci”(di Alkitab) Yesus tidak pernah disebut sebagai Allah sejati”. Dan ketika ada salah seorang yang menanyakan Yohanes 1:1 (frase: ‘Firman itu adalah Allah’), Romo Tom menegaskan: “Yohanes justru menekankan bahwa Firman tidak sama dengan Allah, tapi bersama-sama dengan Allah”. Pendapat Romo Tom tersebut dikuatkan pula oleh Prof. B.J. Banawiratma dan Hortensius F. Mandaru, SSL. Dari LAI.

Tanggapan saya:
Soal istilah ‘Allah Bapa’, 100% Allah, dsb, sudah dijelaskan diatas. Inilah ‘kehebatan’ para bidat: selalu mempermasalahkan penggunaan suatu istilah dan bukan pada substansinya!
Lalu soal Yoh 1:1, Romo Tom menegaskan bahwa: “Yohanes justru menekankan bahwa Firman tidak sama dengan Allah, tapi bersama-sama dengan Allah”. Ini adalah benar-benar omong kosong! Kata-kata ‘pada mulanya’ dalam ayat itu, dalam bahasa Yunaninya menjelaskan tentang masa lampau yang tak terbatas. Sang Firman (Yesus) adalah pribadi yang kekal bukan hanya pada masa depan, tapi juga masa lampau. Juga ayat 3 dikatakan bahwa Sang Firman (Yesus) adalah pencipta segala sesuatu, lalu bagaimana mungkin Sang Firman itu bukan / tidak sama dengan Allah? Kata-kata ‘bersama-sama dengan Allah’ menunjukkan bahwa Yesus dan Allah (Bapa) adalah 2 pribadi yang berbeda dan bukan bukti bahwa Yesus bukan Allah! Oleh karenanya, tak salah jika rasul Yohanes menegaskan bahwa Sang Firman yang adalah Yesus itu adalah Allah!

Frans Donald: 
Pembicara ke empat, Hortensius Florimond Mandaru, seperti di catat majalah Crescendo, beliau menyelesaikan studi filsafat (S1) di Sekolah TInggi Filsafat “Driyarkara”- Jakarta (1989), S1 Teologi “Wedabhakti” Yogyakarta (1993) dan mendapat gelar Scred Scripture Licenciate (SSL) dari Pontifical Biblical Institute, Rima (1999). Beliau pernah menjadi Dosen Tafsir PB di STF Driyarkara Jakarta (1999-2002), Dosen Kitab Suci di Fakultas Pendidikan dan Keguruan Unika Atmajaya-Jakarta (2002-2003) dan sejak tahun 2004 menjadi Pembina Penerjemahan di Departemen Penerjemahan LAI-Bogor sampai sekarang. Dalam seminar 28 April 2007 soal keilahian Yesus itu, beliau mengungkapkan pula hal-hal yang senada dengan yang telah disampaikan kedua pembicara yang lain, diantaranya : “Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah”;”Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah”. Hortensius yang sangat paham bahasa Ibrani dan Yunani itu menegaskan pula : “Harus ditegaskan bahwa dalam Perjanjian Baru tidak pernah ada rumusan Yesus adalah Allah”.

Tanggapan saya:
Yesus memang tak pernah mengatakan dari mulut bibirnya sendiri bahwa Dia adalah Allah, tapi Dia menerima penyembahan manusia (Matius 8:2; 14:33, dsb). Hal itu justru membuktikan bahwa Dia adalah Allah! Lalu soal Paulus yang katanya tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah, silahkan lihat ayat ini:

Titus 2:13 – “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”

Rasul Paulus menyatakan dengan jelas bahwa Yesus Kristus adalah ALLAH YANG BESAR! Dan sekalipun ayat ini ditinjau dari sisi bahasa aslinya, hal ini cocok / sesuai dengan gramatika / hukum tata bahasa Yunani yang menunjuk pada satu pribadi. Rupanya gelar ‘sangat paham bahasa Ibrani dan Yunani’ yang diberikan untuk Hortensius seorang sarjana Teologi ini, hanyalah julukan yang asal jadi saja! Kemudian, apakah Hortensius hanya menyoroti kata-kata Paulus saja? Bagaimana dengan kata-kata Yohanes yang mengakui bahwa Yesus adalah Allah (Yoh 1:1), Petrus yang mengakui Yesus sebagai Allah (2 Pet 1:1) dan bahkan Allah (Bapa) sendiri yang menyebut Yesus sebagai Allah dan Tuhan (Ibr 1:8,10)? Jadi Perjanjian Baru tidak pernah ada rumusan Yesus adalah Allah? Nonsense!

Jika diatas Frans Donald telah memberi kutipan dari beberapa ‘pakar Alkitab jadi-jadian’ soal keilahian Yesus, maka disini saya akan memberi kutipan dari beberapa Teolog yang betul-betul ahli dalam Kitab Suci.

Dr. Henry Clarence Thiessen, mengajar di Dallas Theological Seminary dan menjabat ketua dewan pengurus pada Graduate School di Wheaton College. Beliau juga menulis Introduction to the New Testament. Buku Systematic Theology karangannya, telah dipakai sebagai buku acuan standar diberbagai sekolah Alkitab, perguruan tinggi dan seminari di Amerika Serikat dan di Negara-negara lain yang berbahasa Inggris. Soal keilahian Yesus, dia berkata: “Ajaran tentang keilahian Kristus sangat penting bagi iman Kristen… Memang Yesus adalah manusia yang paling luhur, namun Ia jelas jauh lebih besar dari pada manusia biasa. Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Dia adalah Allah dengan berbagai cara” (hal. 142). “…namun dalam Yohanes 5:18; 10:33, 36 pernyataan Yesus bahwa Ia Anak Allah jelas dimaksudkan untuk menunjuk kepada keilahian” (hal. 146)…”.

Dr. Paul P. Enss (B. R. E., Winnipeg Bible College; Th. M., Th. D., Dallas Theological Seminary) adalah dosen Teologi Sistematik di Dallas Theological Seminary dan Direktur dari The Tampa Extension. Dia dulunya adalah dekan di Tampa Bay Theological Seminary, the graduate school of Trinity College of Florida. Juga mengajar di North Western College di Minneapolis, Dallas Theological Seminaries dan Talbot Theological Seminaries. Dia juga menulis 4 jilid dari the Bible Commentary series: Joshua, Judges, Ruth, and Ezekiel. Dalam bukunya The Moody Handbook Of Theology, dia berkata: “Untuk meneguhkan bahwa Kristus adalah Allah tidaklah berarti hanya mengatakan bahwa Ia ‘seperti Allah’. Kristus secara mutlak setara dengan Bapa dalam pribadi dan karya-Nya. Kristus adalah ilahi yang tidak dapat dikurangi”. (Hal. 275).

B. B. Warfield, seorang teolog kenamaan lainnya, saat mengomentari frasa “(Kristus) ada dalam wujud Allah” di Filipi 2:6, berkata: “Ia mendeklarasikan, dalam ekspresi yang paling mungkin, untuk menjadi Allah sebagaimana adanya, untuk memiliki keutuhan atribut untuk menjadikan Allah adalah Allah”. (‘The Person and Work of Christ’ [Philadelphia: Presbyterian and Reformed, 1950], hal. 39).

Charles C. Ryrie, Th.D., Ph.D., Ketua Departemen Teologi Sistematika, Dekan pendidikan tingkat Sarjana, Dallas Theological Seminary, Dallas, Tex. Mengatakan: “Doktrin tentang pribadi Kristus teramat penting bagi iman Kristen. Hal ini mendasari Soteriologi (Doktrin keselamatan – pen), karena jika Tuhan kita tidak sesuai seperti apa yang telah menjadi pengakuan-Nya (bahwa Dia kekal, setara dengan Allah, dsb – pen), maka penebusan-Nya adalah pembayaran yang kurang sempurna, tidak cukup untuk melunasi hutang dosa”. (‘Teologi Dasar 1’, hal. 351-352). “Akan tetapi kematian bagi seorang manusia biasa tak dapat melunasi dosa yang abadi, sehingga Juruselamat tersebut juga harus Allah. Kita harus memiliki seorang Juruselamat manusia – Allah dan kita memilikinya dalam Tuhan kita (Ibr 10:1-10). [Hal. 363].

Thomas Schultz dalam disertasi ‘The Doctrine of the Person of Christ with an Emphasis upon the Hypostatic Union’ mengatakan: “Tidak seorangpun pemimpin agama yang diakui, apakah dia Musa, Paulus, dan lain-lainnya, yang pernah mengaku dirinya sebagai Tuhan; begitulah, kecuali Yesus Kristus. Kristus adalah satu-satunya pemimpin agama yang pernah mengakui keilahian-Nya dan telah meyakinkan sebagian besar umat manusia bahwa Dia adalah Allah”. (Dallas Theological Seminary, Mei 1961. Hal. 209).

Catatan: Yang saya maksud dengan istilah ‘ahli dalam Kitab Suci’, bukan dilihat dari jabatan atau gelar kesarjanaan yang disandangnya, tetapi karena pandangannya sesuai dengan Alkitab / Firman Tuhan!

Frans Donald:
Ketika ada peserta yang menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan teori dogma Trinitas bahwa Allah itu tiga pribadi tapi satu/esa, apakah kata Esa atau Echad di dalam Alkitab berarti ‘satu-tunggal’ secara numeric atau bisa diartikan ‘kesatuan/himpunan’? Hortensius dan Romo Tom bergantian menjawab dengan jawaban tegas yang senada : “Esa Echad itu betul-betul satu-tunggal, satu dalam numeric bukan kesatuan!”. Argumen tersebut sesuai juga dengan ayat 1 Timotius 2:5 dan Yosua 12 :9-24, yang berbicara tentang ke-Esa-an dalam arti numeric.

Tanggapan saya:
Lagi-lagi Hortensius dan Romo Tom hanya asal omong saja! Kata ‘Esa’ / ‘Echad’ itu, tidak harus selalu berarti ‘satu yang tunggal mutlak’. Sebagai contoh, kita bisa melihatnya dalam ayat dibawah ini.

Kej 2:24 – “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”.

Kata ‘satu’ dalam ayat diatas berasal dari kata Ibrani ‘Echad’. Jelas ‘Echad’ yang dimaksud tak bermakna satu yang semutlak-mutlaknya, tapi berarti ‘satu gabungan’. 1 Tim 2:5, juga Ul 6:4, dsb, menjelaskan tentang ketunggalan Allah, tetapi ayat-ayat seperti Kej 1:26; Yes 6:8; Yoh 1:1, dsb, adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang ‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah. Menekankan ‘ketunggalan Allah’ tetapi membuang ‘kejamakan-Nya’ akan menjadi Unitarianisme. Menerima ‘kejamakan tertentu dalam diri Allah’ dan membuang ‘ketunggalan-Nya’ akan menjadi Tritheisme / Polytheisme. Kedua bagian ayat ini harus digabungkan, dan dari situlah lalu muncullah doktrin Allah Tritunggal. Hanya orang yang tidak menghormati Kitab Suci yang hanya mau menerima salah satu bagian dari dua kelompok ayat itu!

Frans Donald:
Diujung acara seminar tersebut, salah satu hal yang sangat mengesankan (Mungkin mengagetkan bagi beberapa orang) adalah ketika ada seorang yang bertanya pada Romo Tom tentang bagaimana pengalamannya selama menjadi pengikut Yesus! Demikianlah Romo Tom menjawab dan menceritakan : “Itu adalah sebuah pertanyaan yang sangat bagus” jawab beliau sebelum kemudian melanjutkan, “Dulu sebelum tahun 1974, kehidupan saya tidaklah baik, dan saat itu sebelum 1974, saya yakin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, … tetapi, setelah tahun 1974 sampai sekarang, saya tidak lagi berdoa kepada Yesus, tapi saya berdoa kepada Allah, bersama-sama Yesus dengan dorongan Roh Kudus…… saya lebih Kristiani sejak percaya Yesus bukan Allah daripada sebelumnya (dulu ketika masih percaya Yesus Allah)…..” itulah ungkapan pengalaman hidup yang sempat disampaikan Romo Tom Jacobs.

Tanggapan saya:
Jadi Romo Tom Jacobs, si ‘Guru Besar Ahli dogma’ lulusan Roma ini tak mau lagi berdoa kepada Yesus? Hebat! Silahkan lihat ayat-ayat ini:

Kis 7:59-60 – “ Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku’. Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia”.

2 Kor 12: 8-9 “ Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”.

1 Kor 1:2 – “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”.

Kitab Suci mencatat dengan jelas bahwa para rasul dan orang disegala tempat BERDOA kepada Yesus Kristus, bahkan Yesus sendiri memerintahkan orang percaya untuk berdoa kepada-Nya (Yoh 14:14), lalu mengapa gerangan sang ‘Guru besar Emeritus Tafsir Kitab Suci’ ini tak mau berdoa kepada Yesus??? Apa dia merasa lebih hebat dari para rasul? Doa yang ditujukan kepada Yesus, membuktikan bahwa Dia adalah Allah itu sendiri! Anehnya, sang ‘ahli tafsir’ ini menganggap dirinya semakin ‘Kristiani’ semenjak percaya bahwa Yesus bukan Allah. Sungguh aneh bin ajaib!

Frans Donald:
Kesimpulan dan jawaban dari pertanyaan ‘Siapakah Yesus menurut Alkitab, apakah dia Allah Sejati atau bukan?’,Tiga hari empat narasumber (Prof. Banawiratma, Romo Tom dan Hortensius dari LAI) tampak sekali sepakat : Yesus itu bukan Allah sejati, Allah adalah Bapa dan Yesus itu utusan Allah yang menjadi jalan bagi manusia untuk menuju pada Allah. Titik.

Tanggapan saya:
Saya setuju bahwa Bapa itu adalah Allah dan Yesus juga adalah utusan Allah yang menjadi satu-satunya jalan / juruselamat (1 Yoh 4:9; Yoh 14:6). Tetapi dengan mengatakan bahwa Yesus bukan Allah sejati, ini jelas merupakan kesimpulan dan jawaban yang mengada-ada dan bertentangan dengan seluruh Alkitab! Sebetulnya pertanyaannya salah, bukan ‘Siapakah Yesus menurut Alkitab…?’, tetapi ‘Siapakah Yesus menurut para bidat…?’ Titik!

Frans Donald:
Arus utama Kekristenan yang mengimani rumusan konsili-konsili gereja menyatakan Yesus adalah pribadi kedua dari Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus). Mungkin banyak orang mengira bahwa dogma Trinitas (yang mengatakan Yesus adalah Allah Sejati) tentu saja diimani oleh setiap teolog dan pakar-pakar Alkitab, namun ternyata perkiraan itu tidak tepat karena kini terbukti ada beberapa pakar Alkitab dan teolog banyak yang tegas menyatakan bahwa Yesus itu bukanlah Allah sejati. Apakah ini artinya bahwa dogma Trinitas yang ‘lahir; dari hasil rumusan konsili-konsili gereja yang sarat intrik politik demi perebutan takhta kekuasaan ribuan tahun yang lalu itu kini sudah waktunya untuk betul-betul ditinjau ulang, atau dirombak, atau bahkan ditinggalkan sama sekali?

Tanggapan saya:
Lagi-lagi Frans Donald hanya asal nyontek pandangan orang tanpa mempelajarinya sendiri! Di bukunya yang lain (‘Allah dalam Alkitab dan Al-Quran’, hal. 25), dikatakan bahwa: “Yesus Kristus bagi sebagian umat kristen di zaman ini telah dipercayai sebagai Allah yang telah menjelma menjadi manusia. Pemahaman tersebut berasal dari dogma Kristen, dikenal sebagai dogma Trinitas, sebuah dogma yang telah diwariskan sejak abad ke 4”. Ini bukan hanya pandangan yang bertentangan dengan sejarah, tapi juga merupakan fitnah terhadap keKristenan! Doktrin Trinitas bukan baru ada sejak abad ke 4, tapi jauh sebelumnya, ajaran tentang hal itu telah ada (itu diakui oleh jemaat awal / para Bapa Gereja). Bahkan, Perjanjian Lama-pun sebetulnya menyiratkan hal tersebut!
Siapa yang mengatakan bahwa dogma Trinitas diimani oleh setiap / semua teolog dan pakar-pakar Alkitab? Saya tahu, jaman sekarang banyak nabi palsu (termasuk teolog palsu) sedang berkeliaran mencari ‘mangsanya’ untuk ditelan. Mereka memang menggunakan Alkitab sebagai dasarnya (termasuk para bidat Saksi Yehovah dan Unitarian), tetapi ayat-ayatnya telah disalahtafsirkan dan diputarbalikkan semaunya sendiri!

1 Yoh 4:1 – “ Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.

2 Pe 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

Kitab Suci memerintahkan kita untuk menguji setiap roh (termasuk setiap ajaran) yang muncul. Para nabi / guru palsu yang memberikan pengajaran-pengajaran sesat yang bertentangan dengan Kitab Suci, pasti akan binasa! Jangan terpesona dengan nabi / guru-guru palsu yg menguasai bahasa Ibrani dan Yunani. Perhatikan nasib orang – orang Yahudi yang menolak Tuhan Yesus & Firman-Nya , bagaimana akhir dari nasib mereka? Bukankah orang Yahudi itu menguasai bahasa Ibrani dan Yunani? Tapi toh mereka tetap saja dibuang ke NERAKA!

Hal yang sama juga sebaiknya diperhatikan oleh tiga pembicara dalam seminar yang diselenggarakan oleh Yayasan Gema Kasih dan majalah Crescendo yang bergelar ‘Profesor, Doktor Teologi’, dsb. Segeralah bertobat sebelum terlambat!

Soal Allah Tritunggal, saya akan mengutip kata-kata John Calvin seorang tokoh reformasi Gereja, teolog papan atas yang buku / tulisannya tetap menjadi ‘The Best’ hingga saat ini, dia berkata: “Allah menyatakan diri-Nya Esa dengan pengertian bahwa Dia hendak direnungi sebagai tiga pribadi yang berbeda-beda. Jika kita tidak berpegang pada yang Tiga itu, maka didalam benak kita hanya akan mengambang nama Allah yang hampa tidak berisi”. (‘Institutes of the Christian Religion’, I xiii 2).



Frans Donald:

KESAKSIAN ALKITAB
Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman’ Firman ituBersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”

KLAIM TRINITARIAN: pada Frase terakhir ayat ini menyatakan bahwa Firman (yang mengacu pada Yesus) itu adalah Allah. Bukanlah itu berarti Yesus sama dengan Allah?

JAWAB: Istilah kata “Allah/allah” dalam Alkitab merupakan padanan pada Elohiym (Ibrani), Theos (Yunani), God (Inggris). Sebagai catatan : dalam bahasa Ibrani [teks asli Alkitab, Perjanjian Lama] tidak ada pembedaan huruf besar-kecil. Jadi Allah dan allah sama saja, tidak ada bedanya. Istilah “allah” [elohiym/theos] dalam Alkitab bisa berarti dua macam makna.

Pertama, “allah” menunjuk pada ‘allah sejati’ [the True God] yaitu Bapa/Yahweh, satu-satunya Allah yang benar (Yohanes 17:3).

Kedua, “allah” yang tertulis dalam Alkitab juga bisa berarti ‘makhluk-makhluk ilahi/sorgawi’ atau divinity (bukan menunjuk pada Allah sejati). Seperti halnya kata theos di Yohanes 1:1 yang oleh LAI diterjemahkan sebagai “allah” (Firman itu adalah Allah) tidak dengan sendirinya menunjuk kepada Allah sejati, karena kata “allah” (elohiym/theos) di Alkitab digunakan secara umum dalam pengertian makhluk ilahi/sorgawi, atau bahkan nabi dan raja yang secara fungsional menjadi utusan Allah sejati juga bisa disebut sebagai “Allah”, sebagaimana tertulis dalam :

Keluaran 7:1. Musa, sebagai nabi/juru bicara/utusan dari Allah Sejati, dia juga disebut ‘allah” [elohiym].

Mazmur 82:6. Makhluk-makhluk sorgawi juga disebut sebagai “allah”[elohiym].

Tanggapan saya:
Memang, dalam Alkitab kata ‘Allah’ yang dalam Ibrani disebut Elohim atau Theos (Yunani), juga kata ‘Tuhan’ yang dalam Ibrani disebut Adonay atau Kurios (Yunani), itu bisa menunjuk pada Allah yang sejati atau juga bisa menunjuk pada yang bukan Allah sejati. Tetapi jika kata ‘Allah’ itu ditujukan kepada yang bukan Allah sejati, maka Alkitab selalu menunjukkan bahwa orang tersebut bukanlah Allah dalam arti yang sebenarnya / setinggi-tingginya. Misalnya dalam ayat-ayat dibawah ini:

1) Keluaran 7:1 "Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 'Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (ELOHIM) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu'".

Tuhan tidak memaksudkan untuk menjadikan Musa (seorang manusia) menjadi Allah (sekalipun ayat ini memang menyebut Musa sebagai 'Allah'), tetapi ada penjelasan lebih lanjut ‘bagi Firaun’. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Musa bukanlah Allah dalam arti yang sesungguhnya. Kita juga bisa melihat ayat-ayat selanjutnya:

Keluaran 7:2-5 – [7:2] Engkau harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel itu pergi dari negerinya. [ 7:3] Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir. [7:4] Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang berat. [ 7:5] Dan orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari tengah-tengah mereka."

Ketika Musa diangkat sebagai ‘Allah’, maksudnya Allah ingin agar Musa menjadi wakil-Nya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya bagi Firaun. Jadi, Musa punya kuasa / kewenangan atas Firaun dan kuasa itu diberikan oleh Allah.

2) Keluaran 20:3 "Jangan ada padamu allah (ELOHIM) lain dihadapan-Ku."

Kata ‘allah’ pada ayat ini jelas bukan menunjuk pada Allah yang sejati, karena merupakan allah yang lain (bukan Yahweh).

3) Mazmur 82:1-8 "(1) Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (ELOHIM) Ia menghakimi: (2) 'Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4) Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik! (5) Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman: 'Kamu adalah allah (ELOHIM), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. (7) Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.' (8) Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa".

Ada penafsir yang mengatakan bahwa kata ‘para Allah’ (ELOHIM) diayat 1 dan 6 ini, menunjuk pada para malaikat (atau yang disebut Frans Donald dengan istilah ‘mahluk-mahluk sorgawi’). Tetapi menurut Prof. Kyle M. Yates, Jr., Th.D, hal ini menunjuk pada para hakim sehingga merujuk kepada penguasa-penguasa yang tidak adil (‘The Wycliffe Bible Commentary’, hal. 203). Pdt. Budi Asali, M.Div, dalam tanggapannya atas ajaran Saksi Yehovah berkata: “Sekalipun mereka disebut 'allah-allah' (ELOHIM), tetapi mereka jelas bukan Allah dalam arti yang sesungguhnya, dan itu terlihat dari: mereka ini bukan satu orang tetapi sekelompok orang, sehingga tidak mungkin mereka adalah Allah semua, karena akan menimbulkan polythiesme. Mereka dihakimi oleh Allah (ay 1). Mereka menghakimi dengan tidak adil (ay 2-4), dan hidup dalam kegelapan (ay 5). Mereka akan mati sebagai manusia (ay 7).”

Jadi, kata 'Allah', jika itu digunakan untuk menunjuk kepada yang bukan Allah, maka Kitab Suci selalu memberi penjelasan yang jelas bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sejati / sungguh-sungguh.
Lalu bagaimana dengan kata ‘Allah’ yang dikenakan bagi Yesus? Apakah itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sejati atau bukan? Perhatikan sanggahan saya atas omong kosong Frans Donald berikut ini:

Frans Donald:
Ibrani 1:8 yang MENGUNTIP Mazmur 45:7-8 yang berbicara tentang pernikahan raja (“….. Tahtamu ya Allah …..”) dalam Perjanjian Lama, raja juga disebut “allah/elohiym” (dalam arti ‘hakim’ atau orang yang diagungkan/sangat dihormati).

Tanggapan saya:
Perhatikan ayatnya baik-baik:

Ibrani 1:8 – “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.’

Konteks Ibrani 1:8 jelas bicara tentang Yesus yang adalah Tuhan dan Allah dalam arti yang setinggi-tingginya, hal ini bisa dilihat di ayatnya yang ke 6, 10, 11 dan 12:

Ibr 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’…(10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan."

Ayat 6 menunjukkan bahwa semua malaikat harus menyembah Yesus (bdk. Mat 4:10). Lalu ayat 10 yang menegaskan bahwa Yesus adalah pencipta alam semesta (bdk Yoh 1:3 dan Kol 1:16). kemudian ayat 11-12 yang menegaskan ketidakberubahan dari Yesus. Segala sesuatu yang termasuk ciptaan akan berubah (ayat 10-12), tetapi berbeda dengan Yesus, Dia tetap sama / tidak berubah (bdk Ibr 13:8). Donald dan Elen Kristi (penulis buku ‘Bukan Allah tapi Tuhan’) sesumbar bahwa Yesus Pra-inkarnasi adalah malaikat, tetapi jelas, pribadi Anak / Yesus dan malaikat dalam ayat-ayat ini sangat dikontraskan! Ayat 6 menjelaskan bahwa semua malaikat harus menyembah Yesus. Jika Yesus pra-eksistensinya adalah malaikat, lalu apakah berarti malaikat menyembah malaikat? Bisakah malaikat disembah? Itu akan bertentangan dengan ayat 7 yang menegaskan bahwa malaikat hanyalah ‘pelayan’ dan bukan obyek yang harus disembah. Juga bertentangan dengan Mat 4:10 yang memerintahkan penyembahan yang hanya / harus ditujukan pada Allah saja. Konteks Ibr 1:8 memberi kita 3 point penting: 1]. Yesus adalah pribadi yang disembah, 2]. Yesus adalah pencipta alam semesta, 3]. Yesus tidak berubah. Tiga hal ini merupakan bukti kuat bahwa Yesus bukan hanya sekedar mahluk sorgawi / malaikat atau ciptaan Allah, tapi Dia adalah Allah itu sendiri.

Frans mengatakan bahwa Ibr 1:8 itu mengutip Mzm 45:7-8 yang bicara tentang ‘pernikahan Raja’. Hal itu memang benar, disini digambarkan tentang seorang Raja yang mempunyai takhta / pemerintahan, dsb. Tetapi, tak ada orang yang dapat mengidentifikasi siapakah raja itu selain menunjuk pada sang Mesias / Kristus.

TheWycliffe Bible Commentary: “Tiada harapan untuk mengidentifikasi raja tersebut atau masa hidupnya dalam sejarah, memberikan arti yang lebih ideal padanya. Penerjemah-penerjemah Yahudi yang belakangan menganggapnya mazmur Mesianis, sebagaimana penulis Kristen mula-mula (bdg. Ibr 1:8, 9). [Hal. 165-166]

Mzm 45 juga menjelaskan hal yang sama dengan Ibrani pasal 1.

Mzm 45:7-8 – “Takhtamu [kepunyaan] Allah (ELOHIM), tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”

Kata 'kepunyaan' pada ayat diatas sebetulnya tak ada. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah (ELOHIM) mempunyai takhta, tetapi jika ini menunjuk pada manusia atau malaikat, jelas tidak mungkin karena raja manusia bisa saja punya takhta didunia tapi pemerintahannya tak akan bisa berlangsung terus-menerus / kekal. Ini juga tak bisa menunjuk pada malaikat, karena Alkitab menjelaskan bahwa Allah-lah yang empunya takhta (bdk. Yes 66:1; Kis 7:49). Jika Donald mengartikan kata ‘Allah’ sebagai menunjuk pada ‘hakim’ atau orang yang dihormati (yang bukan Allah / YHWH), maka akan menentang konteks ayat ini dan juga bertentangan dengan Ibr 1:6-12. Bagaimana mungkin kedua bagian ayat dalam Kitab Suci ini bisa bertentangan satu dengan yang lainnya? Jadi, kata ‘Allah’ (ELOHIM) pada Mzm 45:7 atau kata ‘Allah’ (Theos) pada Ibr 1:8, jelas berarti Allah dalam arti yang sesungguhnya.

Frans Donald:
Yesaya 9:5, “Seorang anak telah lahir… namanya disebutkan orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, ….” Ayat ini berbicara mengenai anak raja Ahaz dan juga bisa ditafsirkan sebagai nubuatan yang mengacu kepada Yesus. Anak Ahaz disebut orang sebagai Allah yang Perkasa (karena di dalam anak itu Allah-Yahweh menyatakan kehadiran dan pertolongan-Nya).

Tanggapan saya:
Ahas pada waktu itu adalah raja Yehuda dan Tuhan melalui nabi Yesaya berbicara padanya tentang suatu pertanda dilahirkannya seorang anak laki-laki. Tetapi apa dasarnya mengatakan bahwa Yes 9:5 bicara tentang anak raja Ahas? Disini Donald sama sekali tidak memberi dasar argumentasi / alasan mengapa ayat ini berbicara soal anak raja Ahas (demikian juga saat dia membahas ayat ini di halaman 67), namun hanya asal ngoceh saja! Coba kita melihat latar belakang ayat ini mulai pasal 7. Disitu diceritakan bahwa raja Israel dan raja Aram menyerang Yehuda (sekitar tahun 735 SM), [ayat 1]. Yesaya diperintahkan Tuhan untuk menasehati Ahas agar percaya pada Allah yang akan memberi kelepasan. Kemudian Allah menawarkan Ahas untuk meminta suatu pertanda, namun itu ditolaknya. Sekalipun demikian Allah tetap memberi tanda dengan kelahiran sang Imanuel [ayat 14]. Pertanyaannya adalah, siapakah Imanuel itu? Hal yang pertama yang harus diketahui adalah, sang Imanuel dilahirkan oleh seorang ‘perempuan muda’ (Ibrani = ALMAH). Kata Ibrani ini berarti ‘perawan’ atau ‘seorang wanita muda sebelum nikah’ (‘Full Life Study Bible’, hal. 1051). Jika itu adalah anak Ahas, apakah itu diperolehnya dari seorang ‘perawan’? Tentunya Ini hanya cocok bagi Maria ibu Yesus yang tetap ‘perawan’ hingga Yesus lahir (Mat 1:18,25). Disamping itu, perawan Maria juga melahirkan anak yang akan diberi nama ‘Imanuel’ yang jelas menunjuk pada Yesus (Mat 1:23).

Mat 1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita.”

Kedua, Yes 9:5 adalah nubuatan Yesaya terhadap kelahiran seorang Anak dengan cara yang luar biasa. Ada 4 hal yang menjadi penekanannya: 1] Dia akan disebut ‘Penasehat Ajaib’ (Ibr = PELE). “Kata Ibrani pele hanya dipakai untuk Allah, tidak pernah untuk manusia atau pekerjaannya; bd. 28:29” (‘Full Life Study Bible’, hal. 1057). 2] ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani = EL GIBBOR). Ini adalah kata yang juga digunakan untuk TUHAN / YHWH! “Sebagai Allah yang Perkasa (kata yang jelas dipakai untuk TUHAN dalam Ul. 10:17; Yes 10:21; Yer 32:18)…” (‘The Wycliffe Bible Commentary’, hal. 464-465). 3] ‘Bapa yang kekal’ (Ibrani = ABI AD), seharusnya dipahami ‘Bapa dari kekekalan’ atau ‘Bapa pemilik kekekalan’. “Sebagai Bapa yang Kekal Dia bukan hanya menjadi Tuhan (penguasa) atas kekekalan, melainkan pencipta hidup kekal bagi orang yang ditebus.” (Wycliffe, hal. 465). 4] ‘Raja Damai’ (Ibrani = SAR SHALOM). “Dia akan memberikan ‘damai sejahtera’ seperti tersirat dalam makna lengkap dari shalom: yaitu kesehatan bagi jiwa yang sakit akibat dosa; suatu hubungan yang baik dan sehat antara orang berdosa dengan Allah, juga antara sesama orang berdosa; dan suatu keadaan yang sehat berupa kemakmuran dan keadilan universal berlaku dibumi.”(Wycliffe, hal. 465).

Jika Yes 9:5 bicara soal anak raja Ahas, dapatkah si anak itu memenuhi 4 kriteria ini? Tak ada seorang manusiapun yang dapat memenuhi hal ini selain Allah. Itu membuktikan bahwa sang Imanuel / Yesus itu benar-benar adalah Allah yang sejati!

Frans Donald:
Yohanes 10:35 menegaskan bahwa ‘penerima dan pembawa’ Firman [kepada siapa Firman itu disampaikan] bisa disebut sebagai “allah” juga.

Tanggapan saya:

Yohanes 10:34-35 – “Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”

Ini adalah jawaban Yesus pada orang Yahudi yang hendak melemparinya dengan batu karena Yesus menyatakan kesatuannya dengan Bapa (Yoh 10:30). Bagi orang-orang Yahudi, kata-kata “Aku dan Bapa adalah satu” merupakan penghujatan pada Allah. Mengapa? Karena dengan demikian, Yesus sedang menyetarakan diri-Nya dengan Allah (ayat 33). Yesus kemudian menjelaskan bahwa dalam Kitab Suci (ayat 34b adalah kutipan dari Mzm 82:6), ada orang yang disebut ‘allah’ tetapi bukanlah suatu penghujatan. Disini bukan berarti bahwa Yesus sedang menyamakan diri-Nya dengan para hakim itu yang memang bukan Allah yang sejati, tetapi Dia memaksudkan bahwa jika hakim yang adalah manusia biasa saja disebut ‘allah’ tapi bukan penghujatan, apalagi Dia / Yesus yang adalah Kristus / mesias pada waktu menyatakan diri-Nya sebagai ‘Anak Allah’, tentu bukanlah suatu penghujatan! Disini Yesus sedang menekankan bahwa Dia memang setara dengan Allah / benar-benar Allah dan itu bukan penghujatan!

Frans Donald:
Nah, dengan demikian kita bisa memahami bahwa DI DALAM ALKITAB : Musa disebut Allah, para malaikat disebut para allah, raja juga disebut allah, anak raja Ahaz juga disebut allah, Penerima dan Pembawa Firman juga disebut allah. Maka tidak masalah jika Yesus (sebagai Penerima dan Pembawa Firman, yang bergelar ho logos, sang Firman adalah Allah).
Dan bisa dipahami, bahwa sekalipun Musa, makhluk-makhluk sorgawi, raja, anak raja, dan penerima-pembawa Firman [termasuk Yesus], mereka semua bisa disebut sebagai “allah”, tetapi mereka semua tentu bukanlah Allah sejati. Musa, makhluk surgawi dan Yesus, mereka semua disebut ‘allah” tetapi bukan Allah yang benar, karena, “Satu-satunya Allah yang benar hanya Bapa/Yahweh” (Yohanes 17:3); Yahweh adalah Allah yang benar (Yeremia 10:10).

Tanggapan saya:
Diatas sudah saya buktikan bahwa ini hanyalah omong kosong yang tak bisa dipertanggungjawabkan secara Alkitabiah! Istilah ‘Allah’ memang bisa menunjuk pada manusia, malaikat dan bahkan setan! Tetapi untuk membedakan Allah yang benar (sejati) dengan yang bukan Allah, KONTEKS yang menentukannya! Saya akui bahwa Bapa adalah satu-satunya Allah yang benar. Namun hal ini tak boleh ditafsirkan bahwa Allah yang benar itu hanya Bapa saja, karena jika demikian, maka akan menentang banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan dengan eksplisit bahwa Yesus adalah Allah (Yes 9:5; Yoh 1:1; Ibr 1:8, dsb). Disamping itu, juga akan menentang ayat dibawah ini:

1 Yohanes 5:20 – “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”

Ayat ini dengan gamblang menjelaskan bahwa Yesus Kristus juga adalah Allah yang benar! Dalam hal ini kita tak boleh menafsirkan suatu ayat bertentangan dengan ayat yang lain. Mengapa? Karena Allah tak mungkin berbicara dengan lidah yang bercabang, Dia tak mungkin menentang kata-kata-Nya sendiri! Di bagian lain (Yoh 1:1) Yohanes berkata bahwa ‘Sang Firman’ yang adalah Yesus itu adalah Allah (dalam arti sebenarnya), lalu bagaimana mungkin dia tiba-tiba menyatakan bahwa hanya Bapa / YHWH saja Allah yang benar??

Frans Donald:

Dalam Yohanes 1:1 terjemahan Indonesia (LAI) kita jumpai adalah dua kata “allah”, di Frase kedua dan ketiga. Tanpa meneliti bahasa Yunaninya, maka pembacanya sering menangkap “allah” pada frase kedua dan ketiga dianggap sama. Namun, kalau kita meneliti bahasa aslinya, tampak jelas sekali bahwa “allah” pada frase “Firman itu bersama dengan Allah” mengandung perbedaan makna dengan “allah” pada Frase “Firman itu Allah”. Untuk lebih jelasnya, mari kita pahami Yohanes 1:1 dalam bahasa aslinya, Yunani :

a) “en arkhe en ho logos” (pada mulanya ada sang firman)
b) “Kai ho logos en pros ton theos” (Sang firman itu bersama-sama dengan allah/the god)
c) “kai theos en ho logos” (allah adalah sang firman)

Di bahasa Yunaninya, untuk “allah” pada frase b) dan frase c) tertulis berbeda : ‘ton theos’ dan ‘theos’. Yang pertama memakai kata sandang, sementara yang kedua tidak. Dengan kata sandang dan tanpa kata sandang tentu keduanya memiliki kandungan makna yang bisa berbeda.
Tampaknya bahasa Yunani “theos” bisa bermakna sebagai kata benda dan bisa juga sebagai kata sifat. Ton adalah kata sandang. Jadi ton theos (di Yohanes 1:1b) berarti The God atau Sang Allah, mengacu pada Allah sejati. Akan tetapi, tanpa kata sandang ton maka theos (di Yohanes 1:1c) bisa berarti suatu allah atau keilahian atau sifat ilahi (a god/divine).

Tanggapan saya:

Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.

Yunani: “en arkhe en ho logos kai ho logos en pros ton theon kai theos en ho logos”

Dalam Yoh 1:1, terdapat 2 kata benda; ‘ton theon’ (ada kata sandang) dan ‘theos’ (tanpa kata sandang). Apa dasarnya mengatakan ‘ton theon’ menunjuk pada Allah sejati dan ‘theos’ tidak menunjuk pada Allah yang sejati? Ini adalah pandangan yang sangat mengada-ada! Bandingkan dengan ayat ini:

2 Kor 4:4 - “Yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”. Kata ‘ilah’ di ayat itu, bahasa Yunaninya adalah ‘HO THEOS’ yang berarti ‘the God’ (menggunakan kata sandang), tetapi kata itu tidak menunjuk pada Allah sejati, namun untuk setan!

2Tesalonika 2:4 - "yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah [THEON]. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah [TOU THEOU]". Berdasar konteks, kata ‘Allah’ pada ayat ini tidak menunjuk pada Allah yang sejati, namun mungkin menunjuk kepada Antikristus.

Jika Frans Donald mengatakan bahwa kata ‘Theos’ yang diikuti dengan kata sandang itu menunjuk pada Allah yang sejati, lalu bagaimana dengan 3 ayat ini:

Titus 2:13 – “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”. Kata Allah pada ayat ini dalam bahasa Yunaninya disebut TOU THEOU (dengan kata sandang).

Ibr 1:8 – “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran’”. Kata ‘Allah’ pada ayat ini menggunakan kata sandang HO THEOS.

Wahyu 1:8 - "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." Kata ‘Allah’ di ayat ini, juga menggunakan kata sandang HO THEOS.

Ketiga ayat ini jelas berbicara tentang Yesus dan disini Dia disebut dengan istilah TOU THEOU / HO THEOS, kalau mau konsisten dengan penafsirannya, maka di bagian ini Donald harus mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Allah! Jadi, dengan atau tanpa kata sandang, belum tentu menunjuk pada Allah yang sejati. Semuanya tergantung dari konteksnya.

Frans Donald:

Sebagai perbandingan kata, sama halnya seperti si manis tidak sama artinya dengan manis. Tambahan kata sandang “si” membuat si manis bermakna sebagai kata benda, tetapi tanpa si maka manis mengacu pada kata sifat.

Tanggapan saya:
Ilustrasinya salah! ‘Manis’ adalah kata sifat, kemudian setelah diberi kata sandang ‘si’ maka kata ‘manis’ menjadi kata benda. Ini jelas sangat tidak cocok karena kata ‘theos’ (tanpa kata sandang) adalah kata benda, dan sekalipun diberi kata sandang ‘ton’ menjadi ‘ton theon’, kata ini tetap adalah kata benda. Contoh: ‘Sang raja’, ini adalah kata benda. Kalau kata sandang ‘sang’ dihilangkan, maka menjadi ‘raja’. Lalu, apakah kata ‘raja’ itu berubah menjadi kata sifat? Tidak!

Frans Donald:
Dengan pemahaman yang lazim, “theos” dalam penggalan Yohanes 1:1c (firman itu adalah allah : kai theos en ho logos) memiliki arti yang berbeda dengan “ton theos” dalam penggalan kedua (Firman itu bersama-sama dengan allah, kai ho logos en pros ton theos). Penggalan yohanes 1:1c terjemahan Indonesia yang saat ini terbaca “Firman itu adalah Allah”, tampaknya lebih tepat dipahami sebagai : “Firman itu adalah suatu allah” atau “firman itu bersifat ilahi” atau “allah/ilahi adalah sang firman”

Tanggapan saya:
Berikut akan dibuktikan lebih lanjut berdasarkan Yohanes pasal satu, bahwa Yesus adalah Allah.

Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Kata ‘Firman’ dalam ayat ini, jelas berbicara tentang Yesus (lihat ayat 14-18). Yesus Kristus, sebelum hadir didunia adalah ‘Sang Firman’, Allah yang kekal !

Dr. Chris Marantika: “Kata-kata ‘pada mulanya’ diterjemahkan dari ungkapan kata-kata bahasa Yunani ‘en’ yang berarti ‘di dalam’ atau ‘pada’ dan ‘arche’ yang berarti ‘purbakala’ (tanpa artikel), maka ini berarti purbakala itu tak terbatas (timeless existence). Ditambah pula dengan penggunaan bentuk ‘imperfect’ yaitu keterangan waktu ‘past continuous’ bagi kata ‘adalah’ (en), maka teranglah sudah yang dimaksudkan disini adalah masa lampau yang tak terbatas atau kekekalan masa lampau. Kata ‘bersama-sama dengan’ berasal dari kata ‘pros’ (face to face) yang dalam pikiran Yunani berarti satu kesatuan, menunjukkan bahwa Kristus yang adalah Firman itu bukan saja ada terus menerus di masa lampau yang tak terbatas (kekal), juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah” (‘Yesus Kristus Allah, manusia sejati’. Hal 15-16).

Jelas sekali bahwa jika ditinjau dari sisi bahasa Yunani, Yesus pra-Inkarnasi adalah pribadi yang kekal, Dia bukan hanya kekal pada masa depan, tetapi juga pada masa lampau. Dia terus menerus ada dan tidak pernah suatu saat Dia tidak ada. Kalimat ‘bersama-sama dengan Allah’ dalam bahasa Yunani disebut ‘Pros ton Theon’, secara hurufiah berarti ‘berhadapan muka dengan Allah’, ini menunjukkan bahwa saat itu ‘Firman’ dan Allah adalah 2 pribadi yang berbeda. Tetapi sekalipun demikian, mereka ada didalam satu kesatuan. Kemudian, jika kita melihat Yoh 1:3, disitu dikatakan bahwa Yesus adalah pencipta segala sesuatu. Jadi, berdasarkan konteksnya, maka kalimat “kai theos en ho logos” (Firman itu adalah Allah), jelas menunjuk pada Allah yang sejati. Donald mengklaim bahwa kata-kata itu harus dipahami sebagai “Firman itu adalah suatu allah” atau “firman itu bersifat ilahi” atau “allah/ilahi adalah sang firman”. Ini jelas kurang ajar! Karena jika dilihat dari sudut tata bahasa Yunani, kalimat itu harus diterjemahkan “Firman itu adalah Allah”!

Henry C. Thiessen: “Yesus disebut Allah sebanyak beberapa kali dalam Perjanjian Baru. Dalam Yoh 1:1 penekanannya sangat kuat dalam bahasa Yunani. Ayat itu berbunyi, ‘Dan Firman itu adalah Allah’. Ketiadaan kata sandang sebelum istilah theos menunjukkan bahwa Allah dalam kalimat ini berfungsi sebagai predikat. Yang dipertanyakan dalam ayat itu bukan siapa Allah itu, tetapi siapa logos. Ia bukan saja Anak yang tunggal, tetapi juga Allah yang tunggal (Yoh 1:18)” (‘Teologi Sistematika’, hal. 147). 

Dr. Charles C. Ryrie: “Pernyataan Yohanes yang gamblang mengatakan bahwa Kristus adalah Allah (Yoh 1:1). ‘Firman itu adalah Allah.’ Bukannya Firman itu bersifat ilahi, seperti dikatakan, Moffat dan Goodspeed, (karena dalam bahasa aslinya tertulis ‘Theos’ – Allah - ; dan bukan ‘theios’ – bersifat ilahi, seperti dalam Kis 17:29 dan 2 Ptr. 1:3) Yohanes juga tidak mengatakan bahwa Firman itu adalah suatu allah (seperti diterjemahkan oleh penganut Saksi Yehuwa). Kata benda definitif yang mendahului kata kerja biasanya bukan kata sandang definitif (lihat Leon Morris, Commentary on the Gospel of John [Grand Rapids: Eerdmans, 1971], hlm. 77n). 

Jadi, kata ‘Firman’ yang menunjuk pada Yesus dalam Yohanes 1:1 jelas adalah Allah yang sejati! 

Frans Donald:

Dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris, Yohanes 1:1c menjadi sangat jelas bahwa Firman itu adalah suatu allah (a god, bersifat ilahi) The word was a god. Namun, sayangnya sering kaum Trinitarian mengklaim bahwa yang menterjemahkan frase terakhir Yohanes 1:1 The Word was a god” itu hanyalah ALkitab New World translation milik sekte Saksi Yehuwa [yang dianggap sesat], sementara Alkitab lainnya menerjemahkan sebagai The word was God (sang firman adalah Allah sejati). Tetapi argumentasi serta penyangkalan tersebut ternyata tidaklah benar, karena ternyata Yohanes 1:1c di dalam banyak fersi Alkitab justru semakin jelas mencatat bahwa “sang firman itu adalah suatu allah/bersifat ilahi [a god/divine]”, sama sekali bukan “sang firman itu adalah Allah sejati [the god]”. Bukti-bukti akurat tersebut diantaranya tercatat dalam banyak sekali terjemahan berbagai versi Alkitab berikut ini:

1. An the word was a god I (Newcome, 1808)
2. The word was God’s (Crellius, as quoted in The New Testamen in an Improved Version)
3. And the Word was a divine being (La Bible du Centenaire, L’Evangile selon Jean, By Maurice Goguel, 1928)
4. The logos was a god (John Samuel Thompson, The Montessoran; nor The Gospel History According to the Four Evangelists, Baltimore; Published but the translator, 1829)
5. The Word was divine (Goodspeed’s An American Translation, 1939).
6. The word was a god (Revised Version-Improved and Corrected)
7. And godl-ly/-like] was the Word.(Prof. Felix Just, S.J. Loyola Marymount University).
8. The lagos was divine (Moffatt’s The Bible, 1972)
9. “the Word Was God”[ftn. Or Deity, Divine, Which is a better translation, because the Gree definite article is not present before this Greek word](International English Bible-Extreme New Testament, 2001).
10. And the Word was a god.(Reijnier Rooleeuw, M.D The New Tastment of Our Lord Jesys Christ, Translated from the Greek, 1964).
11. [A]s a god the Command was (Hermann Heinfetter, A Literal Translation of the New Testament, 1863).
12. The Word was a God (Abner Kneeland The New Testament in Greek and English, 1822)
13. [A]nd a Gpd (i.e.a Divine Being) was The Word (Robert Young, LL.D (Concise Commentaru on the Holy Bible (Grand Rapids: Baker, n.d.) 54)1885).
14. The Word was a god (Belsham N.T 1809)
15. And the logos was a god “ (Leicester Ambrose, The Final Theology, Volume 1, New York, New York; M.B Sawyer and Company, 1879).
16. The Word Was Deistic” [= The Word was Godly] (Charles A.L. Tottenm The Fospel of History, 1900).
17. ‘[A]nd was a god”(J.N Jannaris, Zeitschrift fur die Newtestameutlich Wissencraft, (German Periodical) 1901, International Bible Translators N.T. 1981)
18. “[A’] Divine Person” (Sauel Clarke, M.A., D.D., rector of ST. Jamees, Wstminster, A. Paraphrase in the Gospel of John, London)
19. “a God”(Joseph Priestley, LL.D F,R,S, [Philadelphia; Thomas Dobson, 1794]37]].
20. “a God”(Lant Carpenter, LL.D (In Unitarianism in the Gospels [London : C. Stower, 1809], 156))
21. “a God” (Andews Norton, D.D [Cambridge : Brown, Shattuck, and Company, 1833],74)
22. “a god” (paul Wernle, (In The Beginnings of Christianity, Vol. 1, The Rise of Religion [1903], 16)).
23. “and the [Marshal][Word] was a god”(21st Century Liberal)
24. “[A]nd (a) God Was the word” (George William Horner, The Coptic Version of the New Testament, 1911).
25. “[A]nd the Word was of divine nature” (ernest Findlay Scott, The Literature of the New Testament, New York Columbia University Press, 1932).
26. “[T]he Word was a God” (james L. Tomanec, The New Testament of our Lord and Savior Jesus Anointed, 1958)
27. “The Word had the same nature as God”(Philip Harner, JBL, Vol. 92, 1974)
28. “And a god(or, of a divine kind) was the Word” (Siegfried Schulz, Das Evangelium nach Johannes, 1975).
29. “and godlike sort was the logos” (Johannes Schneider, Das Evangelium Nach Johannes, 1978).
30. “the Word was a divine Being” (Scholar’s Versionb- The Five Gospels, 1993).
31. “The Divine word and wisdom was there with God, and it was what God was” (J.Madsen, New Testament A Rending, 1994).
32. “a God/god was the Logos/logos”(Jurgen Becker, Das Evangelium Nach Johannes, 1979).
33. “The Word/word was itself a divine Being/being” (Curt Stage, The New Testament, 1907).
34. “The Word was of divine kind” (Lyder Brn (Norw. Professor of NT theology), 1945).
35. “was of divine Kind/kind” (Fredrich Pfaefflin, The New Testament, 1949).
36. “godlike Being/being had the Word/word” (Albrecht, 1957)
37. “the word of the world was a divine being” (Smit, 1960)
38. “God(=godlike Being/being) was the Word/word”(mange, 1961)
39. “divine (of the category divinity) was the Logos” (Haenchen (tr. By R. Funk), 1984).
40. “And the Word was divine”(William Temple, Archbioshop of York, Readings in St. John’s Gospel, London, Macmillan dan Co., 1933)
41. “The Word of speech was a God” (John Crellius, latin form of German, The 2 Books of John Crellius Francus, Touching One God the Gather, 1631).
42. “The Word was with Alah [God] and the word was a god” (Greek Orthodox/Arabic Valendar, incorporating portions of the 4 Gospels, Greek Orthodox Patriarchy or Beirut, May, 1983.
43. “And the Word was Divine” (Ervin Edward String ellow (Prof. of NT Language and Literature/Drake University, 1943).
44. “and the Logos was divine (a divine being)”(Robert Harvey, D.D., Professor of New Testament Language and Literature, Wesminster College, Cambridge, in The Hostoric Jesus in the New Testament, London, Student Movement Christian Press 1931).
45. “The word was a devide being” (Jesuit John L, McKenzie, 1965, wrote in this Dictionary of the Bible : “Jn. 1:1 Should rigorously be translated …’ the word was a divine being”
46. “In a beginning was the Word, and the Word was with the God, and a god was the Word” (Interlineary Word for Word English Translation-Emphatic Diaglott)

Tanggapan saya:
Semua kutipan ini sama sekali tak ada gunanya! Percuma memberi banyak kutipan jika tak sesuai dengan teks bahasa aslinya. Adanya banyak versi yang menterjemahkan demikian, bukan patokan untuk menilai benar tidaknya suatu ajaran. Jika dilihat dari bahasa asli PB, kalimat terakhir itu memang harus diterjemahkan “The Word was God” bukan “The word was a god”. Bandingkan dengan berbagai versi Alkitab berikut ini:

KJV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
NAS: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
NIV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
RSV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
NJB: "In the beginning was the Word: the Word was with God and the Word was God."
YLT: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God;"
WEB: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
TNT: "In the beginnynge was the worde and the worde was with God: and the worde was God."
TNIV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
NLT: "In the beginning the Word already existed. The Word was with God, and the Word was God."
NKJ: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
ASV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God".

Frans Donald:
Kesimpulan: Frase “Firman itu adalah Allah” di dalam Yohanes 1:1c tidak bermakna bahwa Yesus itu adalah Allah sejati. Yohanes 1:1 tidak tepat untuk dijadikan dasar ayat guna membuktikan seolah-olah Yesus itu adalah Allah sejati (The true God) seperti klaim kaum Trintiarian. Yohanes 1:1 sama sekali tidak menerangkan bahwa Yesus itu adalah Allah sejati/The true God. “Firman itu Allah” (kai theos en ho logos) hanya akan tepat dipahami sebagai “sang firman itu adalah suatu allah/makhluk yang bersifat ilahi”.

Tanggapan saya:
Diatas sudah dijelaskan dengan panjang lebar, jika ditinjau dari gramatika Yunani dan konteks ayat tersebut, sangat jelas bahwa ‘Sang Firman’ / Yesus adalah benar-benar Allah dalam arti yang sesungguhnya / sejati. Kesimpulan yang anda ambil itu adalah kesimpulan yang mengada-ada dan ngawur!

Frans Donald:

Jika Yoh 1:1 (sebagai awal Injil Yohanes) ‘dipaksakan’ digunakan untuk seolah-olah membuktikan Yesus sebagai Allah Sejati, maka hal itu akan bertentangan dengan isi dan akhir dari Injil Yohanes itu sendiri, karena :
Pertama, tulis Injil Yohanes memahami kesaksian Yesus tentang dirinya sendiri sangatlah terang benderang berkali-kali mengatakan bahwa Yesus adalah UTUSAN ALLAH (bukan Allah itu sendiri). Hal itu tertulis di antaranya :

Yohanes 5:23, “… Bapa yang mengutus dia(Yesus)”
Yohanes 5:24 . “… Dia (Bapa) yang mengutus aku”.
Yohanes 5:30, “… AKu tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku”.
Yohanes 5:36, “… Bapa mengutus aku”
Yohanes 5:37, “Bapa yang mengutus aku …”
Yohanes 5:38, “Dia (Yesus) yang diutus-Nya”.
Yohanes 6:29, “Hendaklah kamu percaya kepada Dia yang diutus Allah”.
Yohanes 6:38, “AKu telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus aku”
Yohanes 6:44, “….Bapa yang mengutus aku”
Yohanes 6:57. “Bapa yang hidup mengutus aku…”
Yohanes 7:16, “Ajaranku tidak dari diriku sendiri, tetapi dari Dia yang mengutus aku”
Yohanes 7:28, “… Aku datang bukan atas kehendakku sendiri, tetapi aku diutus oleh Dia yang benar yang kamu kenal”.
Yohanes 7:29, “Aku kenal Dia sebab aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus aku”.
Yohanes 7:33, “… aku akan pergi kepada Dia yang mengutus aku”
Yohanes 17:3, kunci hidup kekal : “Mengenal satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus utusan Allah”

Dan ayat-ayat lainnya yang banyak menyebut Yesus sebagai UTUSAN!

Tanggapan saya:
Tak ada yang aneh dengan istilah ‘utusan’ yang ditujukan pada Yesus, Dia memang utusan Allah. Ada yang menafsirkan bahwa ayat-ayat ini bicara tentang sisi kemanusiaan Yesus, sebagai manusia / utusan, Dia memang lebih rendah dari yang mengutusnya (bdk. Yoh 13:16). Tetapi jika kita melihat ayat-ayat yang lain (mis. 1 Yoh 4:9; Yoh 3:17; 6:38; 8:42; 10:36; 17:18, dsb), disitu dijelaskan bahwa Yesus diutus Allah (Bapa) bahkan sejak sebelum Dia berinkarnasi.

1 Yoh 4:9 “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.

Yoh 3:17 “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

Kalimat yang saya garis bawahi itu, menunjukkan bahwa Yesus sudah adalah ‘Anak’ bahkan sebelum kehadirannya didunia. Kata-kata ‘Anak-Nya yang tunggal’ / ‘Anak-Nya’ jelas menunjuk pada keilahian Yesus (Bdk. dengan istilah ‘Anak Allah’ di Yoh 5:18 dan 19:7). Jika ditinjau dari sudut ini, maka sebetulnya yang benar adalah ‘Allah mengutus Allah’. Pengutusan Bapa terhadap Anak-Nya bukan menunjukkan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, itu hanyalah demi keteraturan. Misalnya dalam suatu keluarga, ada Ayah, ibu dan anak. Dihadapan Allah, ketiga orang / pribadi itu sama / setara. Mereka adalah ‘anak Allah’ (orang-orang yang beriman pada Yesus). Tetapi demi keteraturan, maka ibu harus taat / tunduk pada suami, anak-anak harus tunduk pada ibu dan bapak. Demikian pula halnya dengan ketiga pribadi Allah (Bapa, Anak dan Roh Kudus). Adanya ‘Bapa mengutus Anak’, lalu ‘Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus’ (Yoh 14:26; 15:26), menunjukkan bahwa ‘Bapa’, ‘Anak’ dan ‘Roh Kudus’ adalah 3 pribadi yang berbeda dan bukan bicara soal perbedaan posisi / kedudukan mereka. Hal ini lagi-lagi membuktikan kebenaran ajaran Tritunggal! Jika memang Yesus adalah utusan dalam arti bahwa posisinya lebih rendah dari Bapa, maka itu akan menentang banyak ayat yang menyatakan keilahian dan kesetaraan-Nya dengan Bapa (Yoh 10:30; Fil 2:5-6).

Frans Donald:
Kedua, berdasar bagian akhir Injil Yohanes, menurut kesaksian Penulisnya (di Yohanes 20:31), secara terus terang menegaskan bahwa : SEMUA Hal yang dicatat dalam Injil Yohanes adalah bukan supaya orang percaya bahwa Yesus itu Allah sejati atau Allah itu Tritunggal, tidak!, melainkan supaya orang percaya bahwa Yesus adalah MESIAS, Anak Allah! Injil Yohanes tegas tidak mengatakan : Yesus sebagai Allah Anak/Allah sejati sebagaimana klaim Trinitarian, melainkan Yesus adalah Mesias [yang diurapi oleh Allah/utusan Allah]. Satu-satunya Allah yang benar hanya Bapa saja (Yohanes 17:3). Maka secara keseluruhan dari sejak awal isi sampai akhir Injil Yohanes secara utuh menjelaskan bahwa Yesus adalah MESIAS/UTUSAN YANG DIURAPI OLEH ALLAH.

Tanggapan saya:
Aneh, Frans Donald justru menggunakan ayat yang menjelaskan keilahian Yesus!

Yoh 20:31 “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”

Ayat ini menjelaskan maksud dari Injil ini dicatat: supaya manusia percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah! Apakah yang dimaksud dengan istilah ‘Anak Allah’ itu? Dalam mengartikan suatu istilah dalam Kitab suci, maka kita harus mengartikan sesuai dengan jaman / penulisnya. Jaman sekarang, Anak Allah berarti mulanya Allah cuma satu, lalu waktu muncul Yesus, sekarang Allahnya jadi 2. Itu salah! Kalau ingin mengartikannya, maka kita harus kembali pada 2000 tahun yang lalu ketika istilah itu di munculkan. Pada saat itu, pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai Anak Allah, semua orang Yahudi tahu bahwa Ia memaksudkan diriNya sebagai Allah, atau dengan kata lain bahwa Ia adalah Allah sendiri.

Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: sesungguhnya Engkau Anak Allah”. 

Orang-orang yang ada di kapal ini adalah orang Yahudi yang Monotheisme. Kalau Anak Allah bukan Allah, lalu kenapa di sembah? Ingat dalam Mat 4:10, Yesus melarang berbakti dan menyembah pada siapapun juga selain pada Allah. Makanya ketika Petrus di sembah (Kis 10:25-26), Paulus / para rasul di sembah (Kis 14:14-18), dan Rasul Yohanes menyembah malaikat, itu di tolak dan di alihkan pada Allah. Beda dengan Yesus, waktu Dia di sembah, Dia tidak menolaknya tetapi justru menerimanya. Itu membuktikan bahwa Dia adalah Allah sendiri. 

Yoh 5:17,18- “ Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga’. Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah”.

NIV : “. . . Making himself equal with God” (‘menyetarakan diri-Nya’).

Saat Yesus menyatakan bahwa Ia Anak Allah, orang-orang Yahudi mengerti bahwa Dia menyetarakan diri-Nya dengan Allah. Karena itu mereka ingin membunuhNya.

Yoh 19:7- “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah”. Bdk. Mrk. 14:61-64.

Pengakuan Yesus sebagai ‘Anak Allah’, bagi mereka merupakan penghujatan terhadap Allah. Jelas, ‘Anak Allah’, berarti sama dengan Allah. Scotehmer menyimpulkan bahwa “Baik murid-murid maupun musuh-Nya mengerti berdasarkan latar belakang Yahudi mereka bahwa istilah ‘Anak Allah’ mempunyai arti yang ilahi. Sebanyak seratus empat kali, Kristus menyebut Allah sebagai ‘Bapa’.’” (Felder, Hilarin. Christ and the Critics. Diterjemahkan oleh John L. Stoddard. London: Burns Oates and Washburn Ltd., 1924).
Tidak benar bahwa sejak awal sampai akhir dari tulisan Yohanes, dia hanya menekankan Yesus sebagai Mesias / Anak Allah dalam arti ‘bukan Allah sejati’. Sudah dijelaskan bahwa arti dari istilah ‘Anak Allah’ jelas sama / setara dengan Allah. Disamping itu, banyak ayat-ayat dalam Injil Yohanes yang menjelaskan keilahian Yesus:

Yoh 2:24-25 “Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.

Yoh 5:23 “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.”

Yohanes 8:46 “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?”

Yoh 8:58 “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’"

Yoh 9:38 “Katanya: ‘Aku percaya, Tuhan!’ Lalu ia sujud menyembah-Nya”.

Yoh 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu."

Yoh 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.”

Yoh 14:6 “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.

Yoh 14:14 “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Yoh 14:23 “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’”.

Yoh 16:30 “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."

Yoh 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Yoh 20:28 “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’"

Sekalipun Yohanes bicara soal Bapa yang adalah Allah (Yohanes 17:3), namun dia juga sangat menekankan keilahian Yesus dan bahkan secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri (Yoh 1:1)! Dari seluruh penjelasan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tulisan Yohanes (Injil) ini ada, tujuannya adalah agar manusia percaya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN / ALLAH !!!

KESIMPULAN

Kitab Suci dengan jelas mengajarkan doktrin Allah Tritunggal; Bapa itu Allah, Yesus adalah Allah dan Roh Kudus juga adalah Allah. Mereka adalah tiga pribadi yang berbeda namun ada dalam satu esensi. Seluruh tulisan Frans Donald dalam bukunya ‘Menjawab Doktrin Tritunggal’ adalah serangan yang hanya didasari oleh pikiran pribadi (ajaran manusia) dan bukan ajaran Kitab Suci. Sekalipun dia memberi dasar Alkitab pada seluruh tulisannya, namun ayat-ayatnya di tafsirkan secara salah dan sembrono!

Karena dalam bukunya, Donald menitikberatkan pada ke-Allah-an Yesus, maka disini saya akan mengutip kata-kata dari C.S. Lewis (seorang professor dari Universitas Cambridge yang pernah menjadi seorang agnostik), saat dia bicara soal Yesus Kristus: “Disini aku berusaha untuk mencegah orang mengucapkan suatu kebodohan seperti yang sering dikatakan oleh orang-orang tentang Dia: ‘Aku sih tidak keberatan menerima Yesus sebagai pengajar moral yang hebat, tapi aku tidak bisa menerima pengakuan-Nya bahwa Dia adalah Allah.’ Ini adalah sesuatu yang tidak patut kita katakan. Seorang manusia biasa yang mengatakan hal-hal yang dikatakan Yesus tidak mungkin menjadi seorang guru moral yang hebat. Dia bisa seorang gila – sama seperti orang yang mengatakan bahwa dia adalah sebuah telur dadar – atau dia bisa seorang iblis dari neraka. Jadi anda harus memilih. Apakah menurut anda orang ini adal;ah Anak Allah, yang memang benar demikian: atau seorang gila atau yang jauh lebih buruk dari pada itu.”

C. S. Lewis menambahkan: “Saudara dapat menghardiknya sebagai seorang tolol, anda dapat meludahi dan membunuhnya sebagai iblis; atau anda dapat bersimpuh dibawah kaki-Nya dan memanggil-Nya Tuhan dan Allah. Tapi jangan membuat kesimpulan konyol dengan menganggap-Nya guru manusia yang hebat. Dia tidak memberi pilihan itu kepada kita.” (‘Apologetika’, Josh McDowell. Vol. 1. hal. 172).

Dari seluruh penjelasan tentang keilahian Yesus Kristus menurut Alkitab yang telah dipaparkan diatas, sekarang saya ingin bertanya pada para pembaca sekalian: Siapakah Yesus Kristus itu menurut anda? Sepertinya Lewis memberi 3 pilihan bagi saudara:

1] Yesus adalah seorang pendusta / orang tolol.
2] Yesus adalah orang gila.
3] Yesus betul-betul adalah Anak Allah / Allah sendiri.

Pdt. Budi Asali M.Div: “Yang mana dari ketiga pilihan di atas ini yang saudara pilih? Ingat, saudara tidak punya pilihan lain! Kalau saudara tidak mau mempercayai Yesus sebagai Allah, maka saudara tidak bisa mempercayaiNya sebagai nabi, malaikat, orang saleh, dsb, tetapi saudara harus mempercayai Dia sebagai pendusta, orang tolol, atau orang gila!”

Pilihan ada di tangan saudara!