Oleh: Albert Rumampuk
Biasanya gereja-gereja Protestan selalu mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli dalam kebaktian Minggu. Gereja kita bahkan mengucapkan hal itu disetiap minggunya. Tetapi apakah saudara memahami setiap kata-kata yang tercantum didalamnya? Apa makna/tujuan mengucapkan hal itu?
Dalam PA kali ini kita akan membahas sebuah kalimat yang terdapat dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli, yaitu kata-kata “turun ke dalam kerajaan maut.” Ada cukup banyak penafsiran terhadap kalimat ini dan jika kita adalah seorang yang kritis/jemaat yang baik, maka seharusnya kita berusaha memahami atau setidaknya mempertanyakan kata-kata tersebut.
Latar belakang kata-kata “turun ke dalam kerajaan maut”
Istilah “Pengakuan Iman Rasuli” (Latin: Symbolum Apostolorum) bukan berarti ditulis oleh para rasul/murid Yesus seperti cerita legenda dimana setiap rasul menyumbangkan satu pasal (1), tetapi bahwa isinya sesuai dgn ajaran para Rasul di Alkitab. Pada mulanya kalimat “turun ke dalam kerajaan maut” itu tidak ada. Ini baru ditambahkan pada sekitar tahun 390 M (2) Dalam bahasa Latin-nya “descendit ad inferna” seharusnya diterjemahkan “turun ke dalam neraka.” Ada yang menduga bahwa untuk menghilangkan kesan yang mengerikan, maka kalimat “turun ke dalam neraka” di ubah menjadi “turun ke dalam kerajaan maut.”
Tujuan diucapkannya Pengakuan Iman Rasuli.
Menurut konteks pada saat itu, pengakuan iman/Kredo dikutip pada saat baptisan dan biasanya dalam bentuk tanya-jawab. Lohse berkata: “... formula iman pertama-tama dimaksudkan sebagai (bahan) pengajaran bagi calon-calon baptisan... Kredo berfungsi sebagai suatu ikhtisar formal dari iman Kristen.” (3). Kredo bukannya hanya untuk dilafalkan berulang-ulang dalam gereja tanpa dimengerti maknanya. Itu bukan hanya sebagai aturan gereja untuk memenuhi rutinitas belaka. Pengakuan iman yg selalu diucapkan dalam kebaktian itu berfungsi untuk mengingatkan jemaat terhadap pokok-pokok ajaran Kristen/Alkitab dan untuk membentengi jemaat dari ajaran-ajaran sesat.
Macam-macam pandangan terhadap kalimat “turun ke dalam kerajaan maut.” (4)
- Gereja Katholik menganggap bahwa hal itu berarti setelah Kristus mati Ia pergi ke Limbus Patrum di mana orang-orang kudus Perjanjian Lama menantikan wahyu dan penerapan penebusan-Nya, memberitakan Injil kepada mereka dan membawa mereka ke surga. [Bandingkan dengan ajaran Andereas Samudera yg mengatakan bahwa saat Yesus mati diatas kayu salib, Ia pergi ke alam maut dan bahkan melakukan PI(5)]
- Lutheran menganggap bahwa Kristus yang turun ke dalam kerajaan maut adalah awal dari Kristus yang dimuliakan. Kristus turun ke bumi paling bawah untuk mengungkapkan dan mencapai penggenapan kemenangan-Nya atas iblis dan kuasa kegelapan, dan mengumumkan hukuman bagi mereka. Sebagian kaum Lutheran menempatkan perjalanan kemenangan ini antara kematian Kristus dan kebangkitan-Nya; sekelompok lain mengatakan hal ini terjadi setelah kebangkitan.
- Gereja di Inggris percaya bahwa kendatipun tubuh Kristus berada dalam kuburan, jiwa-Nya pergi ke dalam kerajaan maut, khususnya ke Firdaus, tempat tinggal jiwa-jiwa orang benar, dan memberikan kepada mereka ungkapan kebenaran yang lebih penuh.
- Calvin menafsirkannya secara metafora, menunjukkan penderitaan akhir Kristus di atas kayu salib, di mana Ia sungguh-sungguh merasakan rasa sakit dari hempasan neraka. Katekismus Heidelberg juga berpendapat demikian. Menurut pendapat Raformed yang biasa, kalimat itu bukan saja menunjuk pada penderitaan di atas salib, tetapi juga penderitaan di taman Getsemani.
Benarkah Yesus turun ke dalam Kerajaan maut/neraka?
Untuk menjawab hal ini, mari kita melihat teks berikut:
Lukas 23:43 “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”
Alkitab mencatat bahwa setelah kematian-Nya, Yesus dan penjahat itu pergi ke Firdaus. Dimanakah lokasi Firdaus itu? Ini yg menjadi perdebatan banyak kalangan. Menurut para teolog Dispensasionalisme (misalnya Henry C. Thiessen dan Charles F. Baker), Firdaus itu bukan surga tetapi sebuah tempat penantian sementara dimana orang-orang kudus di jaman PL/sebelum Kristus bangkit itu berada. Orang yg tak percaya juga ada di Hades (6)
Benarkah pandangan tersebut?
Firdaus, adalah kata dari bahasa Persia kuno (pairidaeza) yang berarti “taman yang dikelilingi tembok”. Sedangkan kata PARADEISOS (istilah Yunani), “pertama sekali dipakai oleh Xenofon untuk taman dari raja-raja Persia.” (7).
Bagaimana arti kata itu menurut Alkitab? Dalam Kitab Suci, kata Firdaus / PARADEISOS, digunakan sebanyak tiga kali, yaitu dalam Luk 23:43; 2 Kor 12:4 dan dalam Wah 2:7. Apa arti kata “Firdaus” menurut ketiga ayat itu? Sebelum membahas Luk 23:43, mari kita lihat dua ayat yang lainnya.
- 2 Kor 12:2-4. “Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. [3] Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya— [4] ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”
Para penafsir umumnya berpendapat bahwa di ayat ini, Paulus sedang membicarakan dirinya sendiri sebagai seorang Kristen yang diangkat ke sorga. Rogers berkata: “Paulus menggunakan cara dari para Rabi Yahudi yang memiliki kebiasaan dalam menggunakan kata ganti impersonal ‘seseorang’ untuk mengungkapkan dirinya sendiri. Karena itu, yang dimaksud dengan seseorang didalam Kristus yang diangkat ke sorga dalam ayat tersebut adalah Paulus sendiri.”(8) Setelah Paulus katakan bahwa “orang Kristen” itu diangkat ke “sorga”, di ayat keempat dia kemudian memperjelas bahwa orang yang diangkat ke “Firdaus” itu (disini Paulus mengganti kata “sorga” dengan “Firdaus”), sedang “mendengar kata-kata yang tak terkatakan.” Jadi, Paulus sebetulnya sedang mengidentikan kata “Firdaus” dalam ayat keempat, dengan kata “sorga” diayat kedua. Jika Firdaus bukan sorga, maka ayat kedua dan keempat menjadi saling bertentangan. - Wah 2:7 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Ini adalah teks selanjutnya yang mencatat kata “Firdaus”. Ayat ini berkata bahwa “pohon kehidupan” ada di “taman Firdaus”. Dimanakah “taman Firdaus” itu? Jika kita melihat dalam Wah 22:2;14 dan 19, maka disana terdapat kata-kata “pohon kehidupan” dan konteks menunjukkan bahwa pohon tersebut terdapat di “kota kudus / Yerusalem baru,” dimana terdapat tahta Allah, penyembahan dan pemerintahan yang kekal (Wah 22:3, 5). Tidak akan ada penderitaan di dalamnya (Wah 21:4) dan “… Hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba” yang akan masuk ke sana (Wah 21:27b). Penggambaran tentang “Yerusalem baru” ini, dikontraskan dengan “lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang” yang akan diterima bagi mereka yang tidak percaya (Wah 21:8; 20:15). Sepertinya cukup jelas, “kota kudus/Yerusalem Baru” yang dimaksudkan dalam ayat 2, 14 dan 19, menunjuk pada/di “surga”. Jadi, “taman Firdaus” yang tertulis dalam Wah 2:7, rasanya identik dengan “surga”.
Saat mengomentari Luk 23:43, Wycliffe berkata: “Firdaus merupakan istilah Persia kuno untuk sebuah taman atau tempat yang indah. Istilah itu kemudian menjadi nama untuk tempat tinggal Allah (bdg. II Kor. 12:4).”(9)
Jadi, Yesus tidak turun kemana-mana; bukan ke “tempat penantian” (seperti ajaran Katolik dan Andereas Samudera) atau ke neraka atau kemanapun juga, tetapi roh/jiwa Yesus pergi ke surga!
Dasar Kitab Suci untuk kalimat “turun ke dalam neraka/kerajaan maut”
1. Gereja Katholik menganggap bahwa hal itu berarti setelah Kristus mati Ia pergi ke Limbus Patrum di mana orang-orang kudus Perjanjian Lama menantikan wahyu dan penerapan penebusan-Nya, memberitakan Injil kepada mereka dan membawa mereka ke surga. [Bandingkan dengan ajaran Andereas Samudera yg mengatakan bahwa saat Yesus mati diatas kayu salib, Bapa mengirimnya ke alam maut untuk melepaskan tawanan yaitu orang-orang kudus di PL dan kedua, memberitakan Injil kepada orang-orang mati yang dipenjara di Hades (10)].
Kredo Rasuli versi Katolik bukan berbunyi “turun ke dalam kerajaan maut” tetapi “yang turun ke tempat penantian” Lalu dalam KGK 633 disebutkan “Kitab Suci menamakan tempat perhentian orang mati, yang dimasuki Kristus sesudah kematian-Nya “neraka”, “sheol” atau “hades” (Bdk. Flp 2:10; Kis 2:24; Why 1:18; Ef 4:9)...”
- Tanggapan saya: coba kita lihat ayatnya satu persatu:
- Fil 2:10 “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,”
Ayat ini sama sekali tidak mengatakan bahwa Yesus pergi ke ‘bawah bumi/alam maut/tempat penantian/neraka’ lalu menyatakan kuasa-Nya/memberitakan Injil sehingga mereka bertekuk lutut, tetapi itu hanya untuk menyatakan keilahian Yesus (bdk. Ayat 11). - Kis 2:24 “Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.”
Ayat ini bicara sisi kemanusiaan Yesus, dimana tubuhnya dibangkitkan dan tak mungkin dibiarkan terus dalam kuasa kematian (bdk. Ay 31). - Wah 1:18 “dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”
‘Memegang kunci maut dan kerajaan maut’ menunjukkan bahwa nasib akhir manusia tergantung dan berada sepenuhnya dalam kekuasaan Yesus. - Ef 4:9 “Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?”
Louis Berkhof: “Mereka yang mencari dukungan dari ayat ini menganggap perkataan ‘turun ke bagian bumi yang paling bawah’ sama artinya dengan ‘kerajaan maut’ Akan tetapi tafsiran semacam ini masih diragukan. Rasul Paulus berpendapat bahwa kenaikan Kristus memberikan presuposisi turun. Namun, lawan dari kenaikan Kristus ke surga adalah inkarnasi, bandingkan Yohanes 3:13. Sebagian besar para penafsir Alkitab menganggap bahwa kalimat 'bagian bumi yang paling bawah' adalah bumi itu saja. Pernyataan itu dapat diperoleh dari Mazmur 139:15 dan lebih menunjuk pada inkarnasi.” (11).
Dikatakan bahwa “Kristus mati Ia pergi ke Limbus Patrum di mana orang-orang kudus Perjanjian Lama menantikan wahyu dan penerapan penebusan-Nya, memberitakan Injil kepada mereka dan membawa mereka ke surga.” Ini menjadi tidak masuk akal karena untuk apalagi orang-orang kudus dibritakan Injil, bukankah mereka adalah orang beriman?? Jika harus dipahami bahwa Yesus turun ke “tempat penantian” yg bersifat sementara (neraka sementara?), maka itu akan menentang Luk 23:43 dan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa neraka itu bersifat kekal (Mat 3:12b; 25:41; Wah 20:10; dsb).- Andereas Samudera menggunakan 1 Ptr 3:19-20 untuk mendukung pahamnya bahwa Yesus pergi ke alam maut dan menginjil.
“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu” (1 Petrus 3:18-20).
Andereas Samudera: “Saya percaya tidak ada aliran gereja yang menolak kebenaran ini, yaitu ketika Tuhan Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya di atas kayu salib, Bapa Surgawi telah mengirim-Nya dalam keadaan Roh ke alam maut untuk melakukan 2 hal. Pertama-tama melepaskan tawanan-tawanan, yaitu orang-orang kudus sebelum Tuhan Yesus, dari tahanan mereka di alam maut dan yang kedua adalah memberitakan Injil kepada orang-orang mati, yaitu kepada orang-orang penjara di Hades.”(12)
Tanggapan saya: Pernyataan Andereas ini lucu, apakah dia telah mengadakan jajak pendapat diseluruh gereja-gereja tentang hal itu? Tahu darimana bahwa tak ada denominasi gereja yang menolak ajaran tersebut?? Setahu saya ada banyak gereja yang tak setuju dengan ajaran itu. Minimal saya, saya menolak tegas bahwa Yesus benar-benar turun secara harfiah untuk memberitakan Injil di Hades/neraka! Tak ada ayat yang mencatat bahwa Bapa mengirim Yesus pergi ke dalam kerajaan maut.
Andereas kemudian mengajarkan ada 2 hal yang dilakukan Yesus di alam maut:- Pertama, melepaskan tawanan-tawanan yaitu orang2 kudus di zaman PL. Jawab: Jika kita bicara tentang ‘orang-orang kudus’ di PL, maka itu tentu termasuk Abraham, Elia, dsb. Apakah Yesus yang turun ke alam maut itu pergi untuk membebaskan Abraham, Elia, dan orang-orang kudus lainnya? Kenyataannya, Abraham dan Elia tidak tinggal disana. Abraham jelas ada di surga (Bdk. Luk 16:22-24). Bagaimana dengan Elia? Alkitab mencatat Elia juga telah naik ke surga (2 Raj 2:11) dan Henokh pun demikian (Kej 5:24; Ibr 11:5). Saya percaya bukan hanya Abraham, Elia, Henokh yang telah ada di surga sebelum kematian Yesus, tetapi juga termasuk Ayub, Daud, dan semua orang kudus lainnya.
- Kedua, memberitakan Injil kepada orang-orang mati, yaitu kepada orang-orang penjara di Hades.
Jawab: Disini Andereas menggunakan 1 Ptr 3:19 untuk mendukung ajarannya. Tetapi haruskah teks tersebut dipahami seperti itu? Perhatikan beberapa komentar berikut ini:
Wycliffe: “Waktu dari tindakan pemberitaan ini adalah pada masa pelayanan Nuh, ketika Kristus melalui Roh memberitakan Injil melalui Nuh kepada orang-orang fasik yang belakangan sudah menjadi roh-roh yang tinggal di dunia orang mati ketika Petrus menulis. Semua ini terjadi ketika Allah tetap menanti dengan sabar, dengan menunda terjadinya air bah...” (13).
Louis Berkhof: "Ayat ini dianggap menunjuk kepada Kristus yang turun ke dalam kerajaan maut dan menyatakan tujuan tindakan itu. Roh yang disebutkan itu kemudian dianggap sebagai jiwa Kristus, dan memberitakan Injil ini dianggap terjadi antara kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi inipun sama tak mungkinnya dengan yang lain. Roh yang disebutkan bukanlah jiwa Kristus akan tetapi Roh yang mengaktifkannya, dan oleh Roh pemberi hidup yang sama itulah Kristus memberitakan Injil. Pandangan Protestan yang umum akan ayat ini adalah bahwa di dalam Roh, Kristus memberitakan Injil melalui Nuh, pada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum masa air bah. roh-roh itu ada di dalam penjara ketika Petrus menulis surat ini, oleh karena itu dapat dianggap demikian..”(14)
Saya sepakat dengan penafsiran ini. Pemberitaan itu bukan dilakukan oleh Yesus setelah kematian-Nya di salib tetapi Yesus melalui Roh-Nya yang menggunakan Nuh sendirilah yang pergi berkhotbah (Bdk. 2 Ptr 2:5 – “dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik;” Ibr 1:1-2 – “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.”).
Kata kuncinya ada pada kata-kata “roh-roh yang didalam penjara”. Apa maknanya? Ini dijelaskan dengan kalimat selanjutnya: “yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah.” Kalimat ini sebetulnya menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran pemberitaan itu adalah mereka/orang-orang yang masih hidup pada zaman Nuh, bukan saat mereka sudah mati. Mengapa disebut sebagai “roh-roh didalam penjara?” Karena pada saat Petrus menulis surat ini, mereka sudah dikubur/mati. Tetapi yang dipersoalkan Andereas disini adalah waktu dari tindakan pemberitaan. Itu dilakukan antara kematian dan kebangkitan Kristus. Jikalau memang teks tersebut harus dimaknai seperti itu, maka sekali lagi akan menentang Luk 23:43, 46. Mungkinkah ayat-ayat Alkitab bisa saling bertentangan? Jikalau pemberitaan Injil itu tetap bisa dilakukan setelah manusia mati, maka pertanyaannya adalah: Apa gunanya? Dapatkah orang yang diinjili itu bertobat??
- Orang yang di Injili di alam maut bisa bertobat.
Andereas Samudera: “Petrus menyatakan bahwa orang mati di alam roh dapat bertobat dan hidup dalam keadaan berkenan kepada Allah walaupun mereka sudah berada di alam maut: ‘Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, - karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa -, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah. Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang. Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu. Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.’ (1Petrus 4:1-6)"(15)
Tanggapan saya:- Bagaimana mungkin Yesus turun ke alam maut/penantian untuk menginjil dan akhirnya mempertobatkan orang, padahal orang-orang fasik/tak beriman sudah menanggung siksaan kekal di neraka (Lihat Yudas 1:7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota2 sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan2 yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.) Dalam teks itu dikatakan ‘telah menanggung’ bukan ‘akan menanggung’. Ini menunjukkan bahwa orang-orang fasik langsung ada di neraka kekal dan bukannya menanti di Hades/alam maut dan tidak ada kesempatan untuk bertobat.
- Untuk 1 Ptr 4:6, Berkhof berkata: “Dalam kaitan ini Petrus memperingatkan para pembaca bahwa mereka tidak boleh hidup seluruhnya dalam daging dan nafsu manusia, tetapi menurut kehendak Allah, bahkan juga jika mereka harus menentang kawan-kawan mereka yang lama dan dihina oleh mereka, sebab mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di hadapan Tuhan, yang siap menghakimi orang yang hidup dan yang mati. ‘Orang mati’ yang kepadanya Injil diberitakan sebetulnya belumlah mati ketika Injil itu diberitakan, sebab tujuan dari pemberitaan itu sebagian adalah ‘agar mereka dapat dihakimi menurut manusia dalam daging.’ Hal ini hanya dapat terjadi ketika mereka masih hidup dalam dunia. Bagaimanapun juga Petrus membicarakan roh-roh yang sama yang dipenjarakan, yang disebut dalam pasal sebelumnya.”(16)
- Maz 88:11 menunjukkan ketidakmungkinan adanya pemberitaan Injil didunia orang mati/neraka: “Dapatkah kasih-Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan?”
- Andereas Samudera menggunakan 1 Ptr 3:19-20 untuk mendukung pahamnya bahwa Yesus pergi ke alam maut dan menginjil.
- Fil 2:10 “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,”
2. Ada yang memahami bahwa kalimat “turun ke dalam kerajaan maut” bukan berarti Yesus turun ke neraka dan memberitakan Injil, tetapi turun ke neraka untuk mengumumkan kemenangan-Nya atas maut dan memenuhi hukuman neraka yang seharusnya ditanggung oleh manusia.
Tanggapan saya:
- Untuk soal proklamasi yang dilakukan Yesus dalam kerajaan maut/neraka, Andereas Samudera berkata: “Ada yang menginterpretasikan bahwa itu bukan Injil yang memberi keselamatan, tetapi sekedar proklamasi kemenangan saja. Alasannya karena dalam bahasa Grika dipakai kata ‘kerusso’, (to proclaim, to announce, atau pengumuman) dalam ayat ini, bukan ‘evangelizo’ seperti pemberitaan Injil untuk orang hidup. Apa maksud Injil proklamasi ini? Coba bayangkan kisah seperti ini:
Yesus turun di Hades, dia mengadakan KKR selama dua malam di dunia orang mati yang telah terpenjara disana beribu-ribu tahun, dan kira-kira Ia berkata begini: ‘Hai orang-orang mati yang berdosa! Aku datang kemari hendak memberitahu kamu bahwa Aku telah mengalahkan si iblis dengan ketaatan-Ku kepada perintah Allah. Sejak sekarang orang-orang di atas bumi sana yang percaya kepada-Ku akan diselamatkan dari hukuman neraka dan bahkan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Tetapi ini hanya berlaku bagi mereka yang masih hidup sekarang, tidak untuk kalian. Kalian akan tetap binasa di lautan api karena dosa-dosamu dahulu. Sekian pengumuman-Ku, selamat tinggal!!!!’
bila injil yang diberitakan tak dapat menyelamatkan orang-orang mati di alam maut, proklamasi kemenangan Yesus disana hanya akan merupakan ejekan terhadap mereka yang malang itu. masakan Yesus jauh-jauh turun ke dasar alam maut hanya untuk menyampaikan pengumuman semacam itu? Itu kurang pekerjaan namanya! Injil baru disebut Injil bila itu menyelamatkan orang!
Roma 1:16 - Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, ..................(Rom 1:16)(17)”
Saya setuju terutama dengan kalimat yang saya garis bawahi itu. Benar, jika itu hanya sekedar proklamasi/pengumuman, pertanyaannya adalah untuk apa Yesus memproklamirkan kemenangan-Nya? Supaya terlihat hebat/sakti? Apakah tindakan tersebut berguna buat orang-orang yang telah ada di neraka? Jika tak berguna, lalu apakah itu hanya buat iseng saja? Jangankan memproklamirkan, ‘turun ke neraka’ saja sudah bertentangan dengan Kitab Suci! Dan juga, katanya itu adalah sebuah “proklamasi kemenangan Kristus dari maut”? Ini aneh, bagaimana mungkin Yesus mengumumkan kemenangan dari maut/kematian sementara Dia masih ada dalam kuasa kematian itu? Kemenangan itu diperoleh saat Kristus bangkit dari kematian. Saat Dia bangkit, maut dikalahkan! Yesus memang tak akan pernah dibiarkan terus berada dalam kuasa maut itu (bdk. Maz 16:10). Kebangkitan/kemenangan Kristus dari kuasa maut merupakan jaminan kemenangan bagi kita yang percaya pada-Nya (bdk. I Kor 15:54-57). Dalam bahasa Yunani, kata ‘memberitakan’ dalam 1 Ptr 3:19 memang bisa juga berarti ‘berkhotbah’ (Bdk. KJV: preached = berkhotbah/memberitakan). Jadi itu bukan hanya sekedar sebuah pengumuman belaka. - Jikalau Yesus harus menanggung hukuman neraka lagi, setelah penderitaan-Nya di kayu salib, maka itu akan menentang perkataan Yesus sesat sebelum kematian-Nya: Yesus berkata ‘Sudah sele¬sai’ (Yoh 19:30). Ini menunjukkan seluruh karya/misi penyelamatan/penebusan-Nya telah selesai. Tak ada lagi penderitaan/siksaan yang harus ditanggung Yesus di alam maut/neraka karena semuanya sudah selesai!
- Louis Berkhof: “Alkitab sama sekali tidak pernah mengajarkan tentang Kristus yang secara harfiah turun ke dalam neraka. Lebih dari itu terdapat keberatan-keberatan yang serius terhadap pandangan ini...” (18)
3. Calvin menafsirkannya secara simbolis untuk menunjukkan penderitaan akhir Kristus di atas kayu salib, di mana Ia sungguh-sungguh merasakan rasa sakit dari hempasan neraka. Jika mula-mula Dia mengalami penderitaan secara jasmani/terlihat (menderita, disalib, mati, dikuburkan), maka selamjutnya Dia mengalami penderitaan secara rohani. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Tafsiran Calvin yg tidak memahami kalimat “turun kedalam kerajaan maut/neraka” secara hurufiah lebih bagus dari yg menghurufiahkannya. Tetapi jika dilihat secara urut-urutan penempatan kalimat itu, ternyata kalimat tersebut ada setelah kata-kata “menderita, disalibkan, mati dan dikuburkan...” Rasanya tidak pas jika kita memahami kalimat itu sebagai sebuah “penderitaan.” Kalimat itu ada setelah kematian Kristus bukan saat disalib.
4. Berbeda dengan Calvin, Charles Hodge memahaminya sebagai “... masuk ke dalam kubur, berpindah dari alam yang kelihatan ke alam yang tidak kelihatan sebagaimana terjadi pada semua orang yang meninggal.” (19).
Demikian juga dengan Berkhof, setelah membahas tafsiran-tafsiran mengenai kalimat tersebut, dia lalu menyimpulkan 2 hal: (a) Bahwa Kristus menderita sakitnya neraka sebelum kematian-Nya, di Getsemani dan di atas salib; dan (b) bahwa Ia memasuki kehinaan kematian yang terdalam (20). Jadi, kalimat itu ada hanya untuk memperjelas kematian Yesus. Tetapi jika kita harus memahami demikian, maka kata-kata dalam kredo tersebut menjadi mubazir (terjadi pengulangan-pengulangan kata).
Bagaimana sebaiknya umat Kristen memaknai kalimat tersebut?
Jika makna literal dan simbolis dari kalimat tersebut tak dapat diterima, lantas bagaimana kita harus memahaminya? Saya akan menjawab pertanyaan ini dengan mengajukan sebuah pertanyaan: Adakah dasar Kitab Suci untuk kata-kata tersebut? Jika tak ada, lalu buat apa kita berusaha memahaminya?? Sebaiknya kita berpatokan saja pada pernyataan Rasul Paulus berikut ini:
1 Kor 15:1-5 “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.”
Inilah inti dari berita Injil yang disampaikan Paulus; bahwa Kristus telah mati, dikuburkan dan bangkit pada hari yang ketiga. Paulus katakan bahwa ketiga hal ini ada/sesuai dengan Kitab Suci. Tidak ada lagi hal yang perlu ditambahkan diantara kematian dan kebangkitan-Nya. Jika Yesus memang benar-benar turun ke dalam neraka/Kerajaan maut, maka pasti sang Rasul menuliskannya. Menambahkan sesuatu yang tidak ada dalam Alkitab sebetulnya menunjukkan ketidakpuasan terhadap Kitab Suci itu sendiri!
Lalu bagaimana? Tafsiran Calvin jauh lebih baik/Alkitabiah. Tetapi menurut saya, kalimat itu diletakkan setelah kata-kata "... disalibkan..." Jadi sebaiknya seperti ini: "... disalibkan, turun ke dalam neraka, mati dan dikuburkan..."
Kesimpulan:
- Sekalipun Pengakuan Iman Rasuli itu baik untuk mengingatkan jemaat akan ajaran Kitab Suci, tetapi itu tidak diharuskan oleh Alkitab. Maka jangan mempersalahkan gereja yang tidak mengucapkan kredo tersebut dalam kebaktian Minggu.
- Kalimat “turun kedalam kerajaan maut/neraka,” hanyalah merupakan penambahan dan menurut saya tak punya dasar Kitab suci-nya jika itu dipahami bahwa setelah kematian-Nya, Yesus benar-benar turun ke dalam hades/kerajaan maut atau neraka. Jika kredo tersebut harus diucapkan dalam kebaktian, maka kalimat tersebut sebaiknya diubah posisinya.
Footnotes:
(1) Bernhard Lohse, Pengantar sejarah dogma Kristen, hal. 44-45
(2) Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.3 Doktrin Kristus, hal.87
(3) Bernhard Lohse, Pengantar sejarah dogma Kristen, hal. 43
(4) Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.3 Doktrin Kristus, hal.90-92
(5) Andereas Samudera, Dunia orang mati, hal.45
(6) Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, hal. 591, 592
(7) Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, hal. 315
(8) Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika, hal. 96-97
(9) The Wycliffe Bible Commentary, hal. 290
(10) Andereas Samudera, Dunia orang mati, hal.45
(11) Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Vol.3 Doktrin Kristus, hal.88
(12) Andereas Samudera, Dunia orang mati, hal. 45
(13) The Wycliffe Bible Commentary, vol.3, hal. 1006
(14) Teologi sistematika vol.3, Doktrin Kristus, hal.88-89
(15) Andereas Samudera, Dunia orang mati, hal. 46-47
(16) Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.3 Doktrin Kristus, hal.89-90
(17) Andereas Samudera, Dunia orang mati, hal. 45-46
(18) Teologi Sistematika, Vol.3 Doktrin Kristus, hal.91
(19) Charles Hodge, Systematic Theology Vol 2. [Grand Rapids: Eerdmans, 1993], hal 617
(20) Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.3 Doktrin Kristus, hal.91-92
Tidak ada komentar:
Posting Komentar