Selasa, 11 Januari 2011

KESESATAN SEKTE YAHWEHISME BAGIAN PERTAMA: TRINITARIAN VS SABELLIANISME

Oleh: Albert Rumampuk


Istilah "Sacred Name Movement” (gerakan nama kudus), di Indonesia biasa disebut juga dengan istilah Yahweh-isme. Ketika saya bicara tentang sekte ini, maka saya bicara tentang kelompok / komunitas yang ada di Indonesia. Apa yang diyakini oleh sekte ini selain mengharuskan nama Yahweh? Pada umumnya mereka menolak doktrin Allah Tritunggal. Saat berinteraksi / diskusi dengan 2 pentolan dari group ini, maka saya mendapati bahwa kelompok ini umumnya menganut ajaran Sabellianisme! Setidaknya, itulah yang saya dapati dari Pdt. Teguh Hindarto M.Th dan Pdt. Yakub Sulistyo STh, MA.

Berikut akan saya kutip, pandangan dari empat ‘punggawa’ pamasyhur nama Yahweh yang ada di Indonesia dan sumber-sumber lainnya.

Pdt. Teguh Hindarto: “Saya tidak menolak essensi kesetaraan dan kesehakikatan Bapa Putra Roh Kudus namun saya menolak terminologi Tritunggal yang menimbulkan bias pemahaman dan kekacauan pemahaman dalam menalar eksistensi Tuhan” (Diskusi di note Pdt. Teguh  Hindarto, “SEKTE YAHWEH?”).

Pdt. Yakub Sulistyo: “Tritunggal artinya 3 tapi 1. Kalau mau pake istilah gitu lebih tepat tunggaltri artinya 1 tapi 3 karena kita bukan politheisme tapi monotheisme (Ul 6:4).” [Diskusi via SMS tanggal 11-12 April 2008, bandingkan ajaran dari Pdt. Yakub Sulistyo yang sudah saya tanggapi disini: Tanggapan atas tulisan Pdt. Yakub Sulistyo].

Pdt. Lukas Sutrisno: “Y A H W E H Nama Tuhannya Orang Israel Zakharia 14:9 Yahweh itu ESA Ulangan 6:4; Markus 12:29, 32. Disebut Bapa karena ia sebagai Pencipta alam jagad raya.Kejadian 1:1. YAHWEH disebut sebagai Firman. Yohanes 1 : 1. Elohim (bentuk jamak dari Eloah (Gelar) karena memiliki banyak wujud dan yang jamak itu bukan YAHWEH nya, krn Yahweh itu personal yang tidak bisa dibuat jamak tetapi Maha karyanya, sehingga disebut Elohim) sedangkan YAHWEH ITU SATU/ ESA (Ulangan 6:4 ; Markus 12:29, 32 ).YAHWEH dipanggil sebagai Bapa. Matius 6:9 ; Roma 1: 7… Lalu YAHWEH itu menjelma menjadi manusia sebagai perantara (1 Tim 2:5) dengan nama YESHUA HAMASIAH”
http://www.alfa-omega.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66&Itemid=79

Prof. Kristian Sugiyarto: “Sudah sangat jelas bahwa YHWH itu Ekhad, jadi hanya Dialah yang Maha Kuasa , ....dst. Dinyatakan pula Selain Dia (Aku) tidak ada "yang lain". Terkait dengan Sabellianisme, saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan 3 perwujudan/manifestasi, yang mana ini? . . .Tanakh mencatat adanya Roh YHWH, dan YHWShuA (Yahushua) pun menyatakan bahwa Elohim itu Roh. Tentu saja Dia adalah Ruah haQodesh yang dalam PB dikenal sebagai Roh Kudus. Sejak PL dikenalkan istilah YHWH sebagai Bapa dan Israel (Daud) sebagai anak-anak-Nya. Lalu ini dipertegas oleh YHWShuA (Yesus) sendiri pula. Pemaham perihal Sang Khalik tentu saja kita sangat terbatas. Jadi gambaran sederhana di atas tidak harus dibangun menjadi aliran semacam Sabellianisme atau trinitarian yang bukan mustahil justru menjadi semakin rumit.” (Diskusi via email, Thursday, 16 December 2010 09:49:18).

Catatan: Sugiyarto jelas setuju bahwa YHWH itu Esa / 1 pribadi dan menolak Trinitarian (sekalipun juga mengatakan ‘tak setuju’ pada Sabellianisme).

QUESTIONS ABOUT THE SACRED NAME MOVEMENT (Internet): Only a very few have a Trinitarian theology. Most believe a variation of the Arian theology. A small number are Modalistic (Oneness) in their view of God.” http://www.sacrednamemovement.com/snfaq.htm

Ir Herlianto: … Sekalipun ada yang hanya ikut-ikutan menggunakan nama YHWH dan tetap mengikuti ajaran gereja lama yang trinitarian jumlahnya sangat sedikit, karena pengaruh yudaisme yang kental mendorong SNM pada umumnya menolak ajaran/doktrin Tritunggal (Allah yang Esa dengan tiga pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan disamping terpengaruh Yudaisme terpengaruh juga faham Unitarian, Binitarian, atau Arian sebagai imbas Jehovah Witnesses yan sudah lebih dahulu hadir.”(Yabina Ministry, Artikel “Sacred Name Movement”)

Menurut seorang teman saya yang sudah bertahun-tahun belajar Teologi dan berpengalaman dalam berdiskusi dengan kelompok ini, dalam kalangan mereka sendiri terdapat perbedaan teologi / kesepakatan mengenai doktrin Tritunggal ini. Tetapi, yang menjadi penekanan saya adalah pada umumnya, kelompok ini menolak doktrin Allah Tritunggal.


Berikut adalah perdebatan saya dengan Pdt. Teguh Hindarto M.Th (Kelompok Messianic-Indonesia / Yahwehisme) seputar doktrin Allah Tritunggal dan Sabellianisme.


TEGUH HINDARTO:

Mengenai tuduhan Sabelianisme, apakah Anda sudah mengerti benar apa itu Sabelianisme? Sabelianisme nama lainnya adalah Modalistik Monarkianisme. Inti pemahamannya bahwa Tuhan itu Esa dan memiliki 3 cara berada sebagai Bapa, Anak, Roh Kudus. Di zaman Perjanjian Lama Dia menyatakan diri sebagai Bapa, di zaman Perjanjian Baru Dia menyataan diri sebagai Anak dan kemudian menyatakan dalam Roh Kudus. Berikut saya ringkaskan pandangan saya mengenai Keesaan Tuhan.

Tuhan Yang Esa dengan Tiga Maha Karya:

Mencipta, dipanggil sebagai Bapa
Menyelamatkan, dipanggil sebagai Putra
Menghibur dalam diri orang percaya, disebut Roh Kudus

Mengapa digunakan istilah “Keesaan Bapa, Putra, dan Roh Kudus?”. Pertama, istilah Keesaan adalah istilah yang firmaniah dan secara literal tertulis dalam TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Ortodoksi Yudaisme, sebagai akar Kekristenan mendasarkan pada “Shema (Shema Yisrael, YHWH Eloheinu YHWH Ekhad” yang artinya, “Dengarlah Israel, YHWH itu Tuhan kita, YHWH itu Esa”,Ul 6:4) Rabbi Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan: “The Shema is declaration of faith, a pledge of allegiance to One God, an affirmation of Judaism. It is the first prayer that children are taught to say” (To Pray As A Jew, Basic Books, p.144)

Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus kembali mengutip “Shema” (Mrk 12:29). Berulang kali, dalam suratnya, Rasul Paul mengungkapkan sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus bersamaan dengan kata Esa (1 Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-6, Gal 3:20), demikian pula Rasul Yohanes menyebutkan mengenai keesaan (Yoh 5:45) serta rasul Yudas (Yud 1:25). Secara literal, istilah “Keesaan” adalah Firmaniah atau Scriptural. Kedua, makna Keesaan dalam sudut pandang Scriptural adalah bahwa orang beriman harus menyembah kepada satu-satunya Tuhan yang benar, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus serta bukan kepada Tuhan yang lain. Hanya Dia lah fokus ibadah (Ul 6:13), fokus kasih (Ul 11:1), fokus doa (Mzm 143:1), fokus pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata “Ekhad”, bukan bermakna aritmetis semata namun bermakna metafisik. Tuhan yang mengatasi ruang dan waktu dan yang satu-satunya berhak menerima penyembahan. Ketiga, baik Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah sehakikat, setara dalam kekekalan. Bapa, Putra dan Roh Kudus, keluar dari hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh 15:26).

Tuhan yang Esa, yang dalam zaman hidup nabi-nabi di Perjanjian Lama, dikenal dengan nama YHWH (Yahweh, Kel 3:15), maka dalam Perjanjian Baru telah menyatakan diri-Nya kepada manusia (Ibr 1:3), melalui Firman-Nya yang menjadi manusia (Yoh 1:1,14) serta mengambil rupa manusia (Fil 2:7) yang bernama, Yesus (Mat 1:21) serta mengajar manusia melaluii Roh-Nya yang berdiam dalam diri orang beriman (Yoh 14:16-17). YHWH disebut sebagai Bapa Surgawi (Yes 64:8, Mat 6:9) dan Pencipta Langit serta Bumi (Yes 40:28, Mzm 121:1-2). Yahshua disebut sebagai Putera Tuhan (Mat 16:16). Roh Bapa atau Roh YHWH, disebut juga Roh Kudus atau Roh kebenaran (Yoh 14:26, Yoh 15:26). Baik YHWH, Firman dan Roh bukanlah tiga melainkan satu. Karena Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan bersama YHWH (Yoh 1:1). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman keluar dan datang dari hakikat Bapa (Yoh 8:42). Demikianpula Roh keluar dari Bapa (Yoh 15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman tidak diciptakan, melainkan menciptakan dan menyebabkan adanya ciptaan (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol 1:16). Demikian pula Roh Kudus yang menyebabkan semua ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayub 34:14). Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Mengapa satu pribadi ? Bapa, Putra dan Roh Kudus (YHWH, Firman-Nya, Roh-Nya) adalah satu pribadi dalam kekekalan, karena yang satu tidak ada dan diadakan lebih dahulu oleh yang lain. Kata “satu” dalam ulasan ini bukan bermakna aritmetik melainkan ontologik, karena kita sedang membicarakan Tuhan yang mengatasi dan berada didalam segala sesuatu yang Dia ciptakan.

ALBERT RUMAMPUK:

Sabelianisme adalah ajaran yang anti Trinitarian yang percaya bahwa Tuhan itu tunggal / Esa dalam pribadi tapi menyatakan diri-Nya dalam 3 cara / perwujudan / manifestasi.

Anda menyebut Bapa sebagai pencipta, apakah anda pikir Anak / Putra tidak mencipta (Yoh 1:3)? Putra memang menyelamatkan, tapi YHWH juga disebut ‘Juruselamat’ (Yes 45:21). Roh Kudus memang tinggal dalam orang percaya dan sebagai penghibur, tetapi bukankah Anak dan Bapa juga tinggal dalam diri orang percaya (Yoh 14:23)?. Secara umum ketiga pribadi ini tak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya, dalam arti bahwa apa yang dikerjakan / dipikirkan oleh Bapa, juga merupakan tindakan / pikiran Anak dan Roh Kudus.

YHWH memang Esa (Ul 6:4), tapi bagaimana dengan ayat2 yang menunjukkan semacam ‘kejamakan tertentu’ dalam diri YHWH? Misalnya Kej 1:26- “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah KITA menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’"

Kata-kata “Allah yang Esa” dalam ayat2 di atas, menunjuk pada keEsaan secara hakikat. Tapi secara pribadi; ‘jamak’. Misalnya: Kej 1:26; Yoh 3:17; Yoh 14:23; Yoh 14:26; Ibr 1:8; Rom 8:26, dsb. Jika keEsaan Tuhan adalah tunggal secara mutlak, maka akan menentang banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan semacam ‘kejamakkan tertentu’ dalam diri Tuhan. Dari sisi Firman Tuhan, orang percaya memang harus menyembah kepada satu2nya Tuhan yang benar; Bapa, Anak dan Roh Kudus. Satu-satunya Tuhan yang benar / Esa secara substansi tapi dalam 3 pribadi.

Anda katakan yang menjadi manusia itu adalah Firman-Nya (Firman YHWH). Jadi pada awalnya Yesus prainkarnasi adalah Firman dalam arti kata-kata2 / kalimat YHWH yang kemudian jadi manusia? Dasar yang digunakan adalah Yoh 1:1, tahukah anda jika pemahaman anda seperti itu, anda justru telah menentang ayat tersebut. Yesus bukan hanya sekedar kata-kata Allah saja, tapi sejak kekekalan lampau, Dia adalah suatu pribadi (Yoh 1:1)! Yoh 8:42, bukan bicara tentang substansi keTuhanannya, tapi soal pekerjaan / pelayanannya sebagai utusan Bapa yang melakukan kehendak-Nya. Ayat-ayat yang menunjukkan adanya semacam ‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah yang sudah saya tunjukkan diatas, membuktikan bahwa Tuhan itu ada dalam 3 pribadi. Ketiga pribadi ini, bukan menunjukkan Triteisme, tapi 3 pribadi ini ada dalam 1 hakekat; TUHAN. Tuhan memang Esa / Ekhad (secara substansi) – Ul 6:4, tapi jamak secara pribadi, misalnya Kej 1:26. Catatan: Kata ‘Ekhad’ tak boleh diartikan Esa / tunggal secara mutlak.

TEGUH HINDARTO:

Tentu saja Sang Putra dalam Pra Ada sebagai Firman terlibat dalam penciptaan bahkan Dialah perantara terjadinya ciptaan (Kej 1:3, Mzm 33:6, Yoh 1:3). Namun terminologi “pribadi” yang dilekatkan pada masing-masing predikat Bapa, Anak, Roh Kudus, tentu saja dapat menyesatkan nalar mengenai adanya “tiga keilahian” dalam kekekalan. Jika memang ada “tiga keilahian”, lalu bagaimana menjelaskan ucapan Yesus sbb: “Aku keluar dan datang dari Tuhan” (Yoh 8:42). Lalu bagaimana menjelaskan pernyataan bahwa: “Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa” (Yoh 15:26). Jika “Sang Putra” dan “Sang Roh Suci” KELUAR dari Bapa, itu tandanya hanya SATU SUMBER dan SATU PRIBADI dan tidak lebih. Baik Tuhan, Firman dan Roh (Kej 1:1-3) adalah SATU bukan tiga. Rasul Paul pun mengatakan demikian: “namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Junjungan Agung saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Kor 8:6). Kata Yunani EK artinya KELUAR DARI. Jadi Bapa adalah sumber segala sesuatu. Di dalam diri Bapa yang bernama Yahweh telah ada Firman dan Roh-Nya dalam kekekalan. Sekalipun bersifat trinitaris namun Yesus dan para rasul tidak pernah menyebutkan Tuhan itu Tritunggal melainkan ESA adanya.

Kejamakan yang dimaksudkan bukan jamak bilangan (pluralis aritmaticum) melainkan jamak kemuliaan (pluralis maistaticum), dimana kata NAKHNU (Kami) menunjuk pada Tuhan, Firman, Roh dalam Kejadian 1:1-3. Kata NAKHNU (Kami) dapat pula menunjuk pada Tuhan dan para malaikat (Ayb 2:1). Apakah Anda membayangkan ada TIGA PRIBADI ILAHI bercakap-cakap satu sama lain? Ini politeisme dan bukan monoteisme dan ini tidak sejalan dengan pernyataan Yesus mengenai kesatuan diri-Nya dengan Sang Bapa (Yoh 8:42; 15:26).

Tidak disangkal, berdasarkan bukti induktif ayat-ayat Kitab Suci bahwa Tuhan yang esa bersifat trinitaris. Apa yang trinitaris? BUKAN PRIBADINYA melainkan FUNGSINYA/KARYANYA. Jika Anda bersikukuh berpendapat ada “kejamakan pribadi” dalam diri Tuhan, bagaimana Anda menjelaskan pernyataan Yesus dalam Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 bahwa Yesus dan Roh Kudus KELUAR dari Bapa? Jika ada kejamakan pribadi, seharusnya tidak dikatakan keluar dari Bapa, karena mereka masing-masing berdiri sendiri.

Dan sekalipun Tuhan yang Esa itu bersifat Trinitaris thoh Yesus dan para rasul tidak pernah menyebutkan adanya istilah TRITUNGGAL dan TIGA PRIBADI? Nah, siapa yang membuat istilah yang tidak ada dalam Kitab Suci?
Saya garis bawahi pernyataan Anda, “Yesus bukan hanya sekedar kata-kata Allah saja, tapi sejak kekekalan lampau, Dia adalah suatu pribadi (Yoh 1:1)!”. Apakah Sang Firman pernah merasa lapar? Apakah Sang Firman pernah merasa sedih? Apakah Sang Firman pernah merasa gelisah? Silahkan Anda buktikan bahwa Para Inkarnasi Yesus adalah “suatu pribadi!”. Justru Yesus adalah Pribadi yang memiliki sifat dan kepribadian sebagai manusia pada umumnya yaitu lapar, haus, sakit, gelisah, dll.

Anda menyangkal pernyataan “Aku keluar dan datang dari Bapa” (Yoh 8:42) bukan berbicara mengenai “substansi Ketuhanan-Nya” melainkan “soal pekerjaan/pelayanannya sebagai utusan Bapa”. Kata Yunani EK dalam ayat di atas sangat jelas jika kita lakukan eksegese menunjuk pada hakikat Ketuhanan Yesus yang berasal dari hakikat Bapa.

Istilah yang Anda buat, “Tuhan itu esa secara substansi dan jamak dalam pribadi”, tidak mendapatkan rujukannya dalam Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 serta Kejadian 1:1-3 serta Yohanes 1:1-3.

ALBERT RUMAMPUK:

Mengenai doktrin Tritunggal yang anda tolak itu, sepertinya akar persoalannya terletak pada "Pribadi" Tuhan itu; 3 pribadi atau 1 Pribadi.
saya akan beri dasar Kitab sucinya lagi:

Yoh 3:17 “Sebab Allah MENGUTUS Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”

Yoh 14:23- “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan KAMI akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.’”

Yoh 14:26 – “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan DIUTUS oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Rom 8:26 – “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”

Bagaimana anda menjelaskan bahwa Bapa bisa MENGUTUS Anak, lalu Roh Kudus DIUTUS oleh Bapa ? Bagaimana menjelaskan bahwa Roh Kudus BERBICARA pada Bapa?

Ini adalah dasar yang saya gunakan untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu ada dalam 3 pribadi. Silahkan di jawab!

Anda menggunakan ayat ini untuk menunjukkan bahwa Bapa adalah sumber segala sesuatu. Lihat ayatnya baik-baik:

1 Kor 8:6- "Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup."

Yang pertama, anda telah mengubah kata-kata dalam ayat itu; kata Allah (THEOS) telah anda ubah menjadi 'Tuhan'. Lalu kata Tuhan (KURIOS) diubah menjadi 'Junjungan Agung'. Saya tanya Alkitab versi apa yang anda gunakan? Versi / produk Yahweism?

Perhatikan ayat itu;

Dikatakan bahwa Bapa, "dari pada-Nya berasal segala sesuatu", berarti Bapa adalah sumber dari segala yang ada. Bandingkan dengan Yesus, "oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan". Nah jika segala sesuatu dijadikan Yesus, bukankah berarti Yesus juga adalah sumber dari segala yang ada (yang diciptakan-Nya), Bdk. Kol 1:16.

Menurut anda, apakah Yesus itu hanya Tuhan (KURIOS) dan bukan Allah (THEOS)?

TEGUH HINDARTO:

Darimana Anda bisa menyimpulkan adanya TIGA PRIBADI hanya dengan berlandaskan kata MENGUTUS? Jika Tuhan 3 pribadi, kenapa Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 memberikan keterangan bahwa Anak dan Roh datang dari satu sumber yaitu Bapa? Yang namanya pribadi ya berlainan dan berdiri sendiri. Memangnya Anda mengartikan Anak dan Roh “diutus” seperti Raja mengirim “utusan” sebagai wakil dirinya? Jika demikian adanya berarti dalam kekekalan ada tiga pribadi Tuhan sedang bercakap-cakap. Dan ini bukan monoteisme melainkan triteisme.
Anda masih berpegang pada teori lama bahwa Kurios diterjemahkan Tuhan dan Theos diterjemahkan Allah. Sementara saya berpegang bahwa Theos seharusnya diterjemahkan Tuhan dan Kurios diterjemahkan Tuan atau Junjungan Agung Yang Ilahi. Ini bukan fokus diskusi kita.

ALBERT RUMAMPUK:

Jika Mereka bukan PRIBADI yang BERBEDA, bagaimana "yang satu" bisa MENGUTUS "yang lain"?? Jika bukan pribadi yang berbeda, bagaimana mungkin "yang satu" BERBICARA pada "yang lain"?? Silahkan dijawab dan buktikan bahwa itu Triteisme!

 Diatas sudah saya buktikan bahwa berdasarkan ayat: Yoh 3:17, Yoh 14:23,26 dan Rom 8:26, maka Tuhan itu ada dalam 3 pribadi. Anda menggunakan kata 'Esa / Ekhad' melalui Ul 6:4 untuk menunjukkan Tuhan itu Tunggal. Apa dasarnya mengatakan bahwa EKHAD itu berarti SATU / TUNGGAL secara mutlak?? Tolong anda bedah kata itu berdasarkan kamus / leksikon atau berdasar seluruh konteks dalam KS bahwa kata EKHAD berarti tunggal mutlak!? Istilah Tritunggal memang tak ada di KS, tapi dengan membandingkan seluruh ayat2 dalam KS, maka muncul kesimpulan bahwa Allah itu 3 pribadi tetapi 1 dalam esensi. Dari situlah lalu muncul istilah tersebut.

TEGUH HINDARTO:

Pernyataan “pribadi yang berbeda” semakin menguatkan pemahaman Triteis Anda. Anda tidak memberikan jawaban atas sanggahan saya:

Darimana Anda bisa menyimpulkan adanya TIGA PRIBADI hanya dengan berlandaskan kata MENGUTUS? Jika Tuhan 3 pribadi, kenapa Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 memberikan keterangan bahwa Anak dan Roh datang dari satu sumber yaitu Bapa? Yang namanya pribadi ya berlainan dan berdiri sendiri. Memangnya Anda mengartikan Anak dan Roh “diutus” seperti Raja mengirim “utusan” sebagai wakil dirinya? Jika demikian adanya berarti dalam kekekalan ada tiga pribadi Tuhan sedang bercakap-cakap. Dan ini bukan monoteisme melainkan triteisme.

Coba gunakan logika Anda:

Jika Bapa, Anak, Roh Kudus TIGA PRIBADI YANG BERBEDA, kenapa yang satu keluar dari yang lain? (Yoh 8:42, Yoh 15:26)

Jika Bapa, Anak, Roh Kudus TIGA PRIBADI YANG BERBEDA, berarti ada tiga pribadi yang berdiri sendiri-sendiri dalam kekekalan, sebagaimana digambarkan lukisan-lukisan Kristen Eropa Abad Pertengahan mengenai tiga laki-laki berjenggot berdempetan?

ALBERT RUMAMPUK:

Jangan lari dari semua ayat yang telah saya berikan itu. Silahkan jawab ini:

Jika Mereka bukan PRIBADI yang BERBEDA, bagaimana "yang satu" bisa MENGUTUS "yang lain"?? Jika bukan pribadi yang berbeda, bagaimana mungkin "yang satu" BERBICARA pada "yang lain"??

Silahkan anda jelaskan, jika hanya 1 pribadi, mengapa bisa MENGUTUS dan BERBICARA pada “yang lain” ?? Apa anda pikir Tuhan mengutus DIRINYA SENDIRI? Lalu berbicara pada DIRINYA SENDIRI??? Anda pikir TUHAN itu segila anda??? Ayo dijawab dan jangan menhindar lagi!

Dalam kekekalan, 3 pribadi itu memang ‘bercakap-cakap’, misalnya: Kej 1:26; Ibr 1:8. Allah Anak merupakan pribadi yang berbeda dari Bapa (mis: Yoh 1:1). Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa kata “KITA” pada Kej 1:26, berarti: “pluralis maiestaticum” (jamak pengagungan) bukan “pluralis aritmaticum” (jamak bilangan)? Apakah “pengagungan” yang satu bisa BICARA pada “pengagungan” yang lainnya? Bagaimana anda bisa mengatakan: “Tentu saja malaikat tidak menciptakan, namun malaikat sebagai saksi atas penciptaan “? Lalu anda harus tafsirkan bagaimana kalimat: “Baiklah KITA MENJADIKAN manusia…”? Jika anda katakan itu juga menunjuk pada malaikat, berarti Malaikat juga mencipta! Itu juga membuktikan bahwa kata “KITA” yang berarti “pluralis maiestaticum”, juga termasuk malaikat! Jadi yang “pluralis” ada 4 “……”??? Itu jelas jamak ‘bilangan’, tapi bilangan “pribadinya” bukan “Hakekatnya”.

Mengenai istilah “keluar dari Allah”, sudah saya jelaskan diatas, sekarang giliran anda menjelaskan apa arti kata MENGUTUS dan BERBICARA itu! Monggo…

TEGUH HINDARTO:

YHWH, Firman dan Roh-Nya bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan bersama YHWH (Kej 1:1-3, Yoh 1:1). Bukan tiga melainkan satu, karena Firman keluar dari hakikat Bapa (Yoh 8:42) demikianpula Roh Kudus keluar dari hakikat Bapa (Yoh 15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman tidak diciptakan melainkan menyebabkan terciptanya segala sesuatu (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol 1:16), demikianpula Roh Kudus menyebabkan setiap ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayb 34:14). Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Istilah tiga pribadi, mengandaikan ada tiga realitas Tuhan yang berdiri sendiri dalam kekekalan dan memiliki pribadi yang berbeda. Pemahaman ini akan menimbulkan konsep yang triteistik yang bertentangan dengan monoteisme Yudaik (Ul 6:4-5).

Tidak disangkal bahwa Bapa memiliki kepribadian. Tidak disangkal Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah berpribadi. Demikianlah Roh Kudus pun berpribadi. Namun sebutan 3 pribadi seharusnya diredefinisi karena istilah tersebut membuat kita telah berusaha MENJUMLAHKAN masing-masing pribadi yang sebenarnya satu saja yaitu Yahweh, Firman dan Roh-Nya. Sejak kekal Yahweh telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1).

EKHAD: Muncul dalam TaNaKh sebanyak 960 kali dengan arti ”tunggal“, ”satu-satunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17), ”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel 12:49)

YAKHAD: Muncul dalam TaNaKh sebanyak 134 kali. Makna secara literal ”bersama-sama“, ”kesatuan“ (Mik 2:12)

YAKHID: Muncul sebanyak 11 kali dalam TaNaKh dan selalu menunjuk satu secara aritmetik (Am0s 8:10, Mzm 22:10)

Ketika dikatakan dalam Ulangan 6:4, ”Yahweh Eloheinu Yahweh Ekhad“ artinya ”Yahweh adalah satu-satunya Tuhan dan tiada yang lain“. Hak ini ditegaskan dalam Yesaya 45:21 sbb: ” Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Tuhan selain dari pada-Ku! ...“

Bahkan kata KAMI dalam Kejadian 1:27 tiada lain menunjuk pada Yahweh, Firman dan Roh-Nya beserta para malaikat. Kata ganti jamak ANAKHNU dalam Kejadian 1:27 bukan bermakna ada 3 pribadi Tuhan namun ada Tuhan yang Esa yang menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan menghidupkan segala sesuatu dengan Roh-Nya. Sekalipun dalam keesaan ada sifat trinitaris Tuhan namun tidak seharusnya kita menyebutnya dengan sebutan 3 pribadi.

ALBERT RUMAMPUK:

Anda katakan: "Tidak disangkal bahwa Bapa memiliki kepribadian. Tidak disangkal Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah berpribadi. Demikianlah Roh Kudus pun berpribadi. Namun sebutan 3 pribadi seharusnya diredefinisi karena istilah tersebut membuat kita telah berusaha MENJUMLAHKAN masing-masing pribadi yang sebenarnya satu saja yaitu Yahweh, Firman dan Roh-Nya. Sejak kekal Yahweh telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1)."

Lalu EKHAD bisa diartikan 'kesatuan'...Wah, bukankah jawaban anda ini membuktikan bahwa adanya semacam "kejamakan" dalam diri Tuhan itu memang benar?

Anda katakan: "Ketika dikatakan dalam Ulangan 6:4, ”Yahweh Eloheinu Yahweh Ekhad“ artinya ”Yahweh adalah satu-satunya Tuhan dan tiada yang lain“. Hak ini ditegaskan dalam Yesaya 45:21 sbb: ” Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Tuhan selain dari pada-Ku! ...“

Bukankah EKHAD itu bisa diartikan KESATUAN / GABUNGAN? Silahkan ditinjau seluruh konteks yang berhubungan dengan Bapa, Anak dan RohKudus, anda akan temukan makna sebenarnya.

Lalu dikatakan: "Bahkan kata KAMI dalam Kejadian 1:27 tiada lain menunjuk pada Yahweh, Firman dan Roh-Nya beserta para malaikat. Kata ganti jamak ANAKHNU dalam Kejadian 1:27 bukan bermakna ada 3 pribadi Tuhan namun ada Tuhan yang Esa yang menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan menghidupkan segala sesuatu dengan Roh-Nya. Sekalipun dalam keesaan ada sifat trinitaris Tuhan namun tidak seharusnya kita menyebutnya dengan sebutan 3 pribadi."

Yang saya maksudkan itu ayat 26 bukan 27.
Nah, anda sendiri sudah akui bahwa kata KAMI pada ayat itu, bicara lebih dari "satu pribadi", bukankah itu benar? Jika memang ESA itu tunggal mutlak, lalu mengapa gunakan kata KAMI? 'Kami' adalah kata ganti orang bentuk JAMAK, bagaimana mungkin anda paksakan harus tunggal mutlak?

Anda katakan kata KAMI juga termasuk malaikat? Berarti malaikat juga PENCIPTA? Wah tambah ngawur aja pak M.Th ini...

TEGUH HINDARTO:

Kata EKHAD dalam Ulangan 6:4 tidak ditujukan pada siapapun selain YHWH. Ekhad dalam Ulangan 6:4 diartikan SATU-SATUNYA YANG BERHAK DISEMBAH (setara dengan Yohanes 17:3). Bukankah saya sudah menuliskan bahwa kata EKHAD: “Muncul dalam TaNaKh sebanyak 960 kali dengan arti ”tunggal“, ”satu-satunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17), ”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel 12:49)?” Dalam konteks Ulangan 6:4 bermakna “satu-satunya yang berhak disembah”. Bagaimana saya tidak mengatakan Triteisme, karena ada 3 pribadi tuhan saling bercakap-cakap layaknya satu badan dengan tiga kepala?


ALBERT RUMAMPUK:

Anda lagi-lagi telah bicara tentang “konteks”, wah saya bersyukur ternyata metode penafsiran anda sudah mulai “bagus”. Kata EKHAD dalam Ul 6:4, jika diartikan satu yang tunggal mutlak, maka akan menentang banyak ayat-ayat lain dalam KS, seperti Kej 1:26; 11:7; Pkh 12:1 (bdk. Yoh 1:1-3); Yes 6:8; Maz 45:7-8 dan ayat-ayat lain yang sudah saya sebutkan diatas. Kita harus meninjau bukan hanya konteks dalam Ul 6, tapi juga keseluruhan konteks dalam KS. Saya anjurkan anda untuk maju selangkah lagi dan melakukan hal ini, jika tidak, maka ayat-ayat dalam Alkitab menjadi kontradiksi! Kata Ekhad sendiri menurut anda punya arti yang tunggal / satu-satunya misalnya pada Zak 14:9 dan Yes 10:17, lalu mengapa dalam Ul 6:4 seakan-akan anda juga mengartikannya seperti itu? Sebenarnya kata Ibrani YAKHID adalah kata yang menunjukkan ‘tunggal yang mutlak’ (misalnya Kej.22:2). Jika memang Musa memaksudkan bahwa YHWH itu tunggal secara mutlak, mengapa dia tidak menggunakan kata Yachid? Itu menunjukkan apa? Menunjukkan bahwa ada semacam “kejamakan” dalam diri Allah.

TEGUH HINDARTO:

Sebuah kata dan kalimat memang harus dipahami berdasarkamn konteksnya. Namun berbicara nama Tuhan dan nama manusia tidak memerlukan konteks. Itu akal-akalan Anda saja. Saya tidak mengatakan bahwa kata EKHAD dalam Ulangan 6:4 bermakna SATU MUTLAK. Saya hanya meluruskan pemahaman Anda yang selalu MENALAR TUHAN secara MATEMATIS dengan berdalih bahwa kata EKHAD menunjukkan kejamakkan. Jika hanya berbicara kejamakkan, mengapa harus 3? Mengapa tidak 4 atau 5 atau 10? Kata EKHAD tidak menunjukkan JAMAK JUMLAH. Ketika saya berkata: “Saya memiliki SATU gagasan”, apakah kata SATU dalam pernyataan saya tersebut mengindikasikan adanya jumlah? Jika ya, ada berapa jumlah gagasan yang dapat dihitung dari satu gagasan saya? Nah, kata EKHAD Ulangan 6:4 tidak ditujukan pada siapapun selain YHWH. Ekhad dalam Ulangan 6:4 diartikan SATU-SATUNYA YANG BERHAK DISEMBAH (setara dengan Yohanes 17:3). Kata EKHAD dalam Ulangan 6:4 tidak membicarakan jumlah. Jika kata EKHAD membicarakan kejamakan dalam pengertian Aritmetis, mengapa hanya nama YHWH yang disebutkan?


ALBERT RUMAMPUK:

Lagi-lagi anda mengabaikan konteks. Penafsiran macam apa itu? Jika hanya kata “nama” yang tak memerlukan konteks, lalu mengapa saat bicara tentang keselamatan karena perbuatan baik di Mat 7:15-23, anda MEMBUANG konteks?? Sungguh “luar biasa” sang ilmuan ini!

Jika anda tak mengatakan EKHAD sebagai “tunggal mutlak”, lalu mengapa katakan Allah itu SATU pribadi yang ESA? Anda katakan mengapa harus 3 pribadi dan bukan 4-10? Karena Alkitab ngomong demikian! Coba buktikan bahwa pribadi-Nya itu 4, 5 atau 10?? Jangan asal omong pak M.Th!

Jika anda tak mengartikan EKHAD pada Ul 6:4 sebagai “tunggal mutlak”, jangan gunakan itu sebagai dasar untuk membantah doktrin Tritunggal. Sekarang buktikan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak!

TEGUH HINDARTO: :

Bagaimana penilaian Anda dengan ayat berikut? “yislakh devaru we yirpaem…” (Mzm 107:20) artinya, “Dia mengutus Firman-Nya dan di sembuhkannya mereka” (Mzm 107:20). Apakah Tuhan sedang berbicara kepada Firman-Nya?

Istilah “mengutus” harus ditempatkan pada konteksnya. Kata “mengutus” artinya “menyampaikan kehendak-Nya”. Ketika kata “mengutus” diperuntukkan bagi Yesus oleh Bapa-Nya bermakna bahwa Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus diutus untuk menyampaikan kehendak Sang Bapa yang roh itu melalui seluruh ajaran, perkataan dan sikap perilaku Yesus.

Justru konsep Anda bahwa Tuhan bercakap-cakap dengan Sang Anak dan Roh Kudus adalah Avodah Zarah alias Syirk dan Triteis.

ALBERT RUMAMPUK:

Maz 107:20- TB: “Disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya v mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur”

KJV : “He sent his word, and healed them, and delivered [them] from their destructions.”

Kata “disampaikan-Nya” (Ibrani: shalach), memang bisa berarti “mengirim”, “memberikan” atau “menyampaikan”. Tetapi, kata “firman” dalam konteks ayat ini, tidak bicara tentang suatu ‘pribadi’, namun hanya sekedar ‘kata-kata’ Alah saja. Pada waktu orang berseru-seru karena kesesakan yang dialaminya (ayat 19), maka Tuhan menjawab dengan memberi / menyampaikan ‘firman-Nya’ (kata-kata-Nya) dengan menyembuhkan dan meluputkan mereka. Ini bukan berarti Tuhan sedang bicara pada ‘kata-kata-Nya’ sendiri. Saat Dia bicara, secara otomatis firman / kata-kata itu keluar TANPA perlu diperintahkan!

Ini berbeda dengan kasus dalam ayat-ayat berikut ini:

Yoh 3:17 “Sebab Allah MENGUTUS Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”

Yoh 14:26 – “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan DIUTUS oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Kata “Anak” dan “Roh Kudus” dalam ayat tersebut, adalah suatu pribadi, dan disitu, Bapa MENGUTUS pribadi Anak dan pribadi Roh Kudus.

Itu diperjelas dengan adanya kata “KAMI” pada ayat berikut ini:
Yoh 14:23- “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan KAMI akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.’”

“KAMI” adalah kata ganti orang bentuk jamak yang menunjuk pada BAPA dan ANAK. Bandingkan dengan ayat berikut:

Rom 8:26 – “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”

Ibrani 1:8 – “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran”

Disini dejelaskan Roh Kudus berdoa / BERBICARA pada Allah dan Bapa BERBICARA pada Anak!

Anda mengatakan: “Istilah ‘mengutus’ harus ditempatkan pada konteksnya. Kata ‘mengutus’ artinya ‘menyampaikan kehendak-Nya’”. Wah, rupanya anda sudah mempelajari prinsip penafsiran yang benar ya? Suatu kemajuan yang patut diapresiasi. Saya sudah menempatkan Maz 107:20 pada konteksnya dan kata “firman” disitu berarti “kata-kata” Tuhan.

Lalu anda mengatakan: “kata ‘mengutus’ diperuntukkan bagi Yesus oleh Bapa-Nya bermakna bahwa Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus diutus untuk menyampaikan kehendak Sang Bapa yang roh itu melalui seluruh ajaran, perkataan dan sikap perilaku Yesus.”

Jawab: Pertama, yang anda harus tahu bahwa Yesus sudah adalah ‘Anak’ bahkan sebelum Dia menjadi manusia (Yoh 3:17). Saat Bapa mengutus Anak-Nya, Dia mengutus suatu pribadi yang lain dan bukan berarti hanya mengutus ‘kata-kata-Nya’ sendiri! Jika anda memahami bahwa kata “Anak” disitu bicara tentang ‘kata-kata / firman’ Tuhan, maka itu sudah menentang banyak ayat dalam Alkitab, seperti Yoh 1:1, Yoh 14:23, Ibr 1:8, Rom 8:26, Kej 1:26, dsb.

Ketika Bapa, Anak dan Roh Kudus bercakap-cakap, itu tidaklah menunjuk pada Triteisme / 3 Allah. Tuhan ada dalam 3 pribadi (seperti ayat-ayat yang sudah saya tunjukkan), tetapi dalam 1 substansi (Ul 6:4). Bagaimana pak M.Th?

TEGUH HINDARTO:

Adanya Bapa berbicara kepada Anak karena Sang Anak adalah inkarnasi Firman-Nya. Dan telah saya katakan sebelumnya: Tidak disangkal Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah berpribadi. Demikianlah Roh Kudus pun berpribadi. Namun sebutan 3 pribadi seharusnya diredefinisi karena istilah tersebut membuat kita telah berusaha MENJUMLAHKAN masing-masing pribadi yang sebenarnya satu saja yaitu Yahweh, Firman dan Roh-Nya. Sejak kekal Yahweh telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1).

ALBERT RUMAMPUK

Loh, Bapa bicara pada Anak bukan nanti saat Allah Anak berinkarnasi jadi manusia, tapi sejak kekal yang lampau, misalnya Kej 1:26; 11:7 dan ayat-ayat berikut ini:

Ibrani 1:8, “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran’”.

Maz 2:7, “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”

Ibr 1:5, “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?’”

Itu membuktikan bahwa ada 2 pribadi Allah yang bercakap-cakap, karena jika tidak, maka tak mungkin sesuatu yang berpribadi bisa ngomong pada yang bukan berpribadi! Kata “KAMI” pada Yoh 14:23, jelas menunjukkan adanya kejamakan yang merupakan kata ganti orang bentuk jamak.

TEGUH HINDARTO:

Berikan pada saya bukti dari PL/TaNaKh bahwa Yesus adalah Anak Tuhan!

ALBERT RUMAMPUK:

Ini ayatnya dalam PL:

Maz 2:7, “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘ANAK-KU engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”

Sekalipun PL misalnya tak menyebut Yesus sebagai Anak Tuhan, lalu apakah anda hanya mendasari imannya hanya pada PL? Di PB, sangat explicit mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah bahkan sebelum Dia di dunia, itu sudah cukup bagi saya tanpa mempertanyakan hal yang sama dalam PL. Mengapa? Karena saya yakin seluruh KS adalah Firman Tuhan!


TEGUH HINDARTO:

Anda tidak mengerti maksud saya rupanya. Adakah ayat yang mengatakan bahwa Bapa berbicara KEPADA ANAK ? Ayat-ayat yang Anda berikan menujukkan Bapa berbicara MENGENAI ANAK yang akan berinkarnasi. Kategori ayat tersebut adalah prophetik. Apakah Kejadian 1:27 mengatakan Tuhan berbicara kepada Anak dan Roh Kudus?

Hey...jangan nglindhur! Baca pertanyaan saya sebelumnya: “Berikan pada saya bukti dari PL/TaNaKh bahwa Yesus adalah Anak Tuhan!” Saya tidak bertanya “dimana ayat yang menyebutkan mengenai Anak Tuhan dalam PL!”

Yesus adalah Nama Sang Firman yang menjadi manusia (Mat 1:21, Yoh 1:14). Pra Ada Yesus adalah Sang Firman. Maka sebutan Anak dalam PL, sebagaimana saya katakan sebelumnya bersifat profetik. YHWH berbicara MENGENAI Anak Tuhan dan bukan berbicara KEPADA Anak Tuhan. Mazmur 2:7 adalah ucapan Daud yang menuliskan secara profestis mengenai Pra Inkarnasi Yesus

ALBERT RUMAMPUK:

Maz 2:7, “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”

Ibr 1:5, “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?’”

Maz 2, sekalipun bicara tentang Yesus, juga bicara tentang raja-raja dunia (mis: Maz 2:1-3) yang menentang Tuhan / sang Mesias. Allah kemudian menaggapinya dengan tegas (ayat 4-6). Lalu dilanjutkan dengan nubuatan kehadiran Sang Mesias, Anak-Nya (ayat 7-9). Dan diakhiri dengan pembicaraan tentang raja-raja / manusia di dunia (ayat 10-12). Khusus ayat 7, perkataan Tuhan disitu jelas ditujukan bagi Sang Mesias / Anak-Nya! Bandingkan Ibr 1:5, “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?’”
Allah tak pernah mengatakan hal itu pada para malaikat yang manapun, tetapi hanya kepada Anak-Nya, sang Mesias! Menurut saya, disini Bapa bicara pada Anak.

Ibrani 1:8, “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran’”.

Maz 45:7-8, “Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”

Kata “kepunyaan” pada Maz 45:7, tak ada. Bandingkan dengan versi Inggris:

KJV: “Thy throne, O God…”
NIV: “Your throne o Gad…”

Dalam ayat ini, Bapa bicara pada Anak! Bahkan Ibr 1:8 yang mengutip Maz 7, secara eksplisit menjelaskan tentang hal itu. Yesus sudah adalah Anak bahkan sebelum inkarnasi (bdk. Yoh 3:17).

Anda jangan mengalihkan esensi yang saya bicarakan; di ayat-ayat itu, Bapa bicara pada Anak. Jika anda menolak Maz 2 dan 45, silahkan lihat Ibr 1:8.

Pertanyaannya: apakah manifestasi yang satu bisa bicara pada manifestasi yang lain??

TEGUH HINDARTO:

Arogansi Anda yang membuat Anda tetap “pede” sekalipun konsep Ketuhanan Anda kacau balau. Mari kita lihat Yohanes 3:16-17 sbb: “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Tuhan mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”

Dari kutipan ayat di atas kita melihat bahwa TUJUAN Anak Tuhan diberikan adalah agar semua yang menerima dan percaya kepada-Nya tidak binasa. Kapan secara historis Anak-Nya dikaruniakan pada dunia? Menurut catatan historis, pada masa pemerintahan Herodes (Th 4 SM) sampai masa pemerintahan Pontius Pilatus (Th 31 Ms dst). Pra Ada Yesus adalah SANG FIRMAN yang melekat, setara, sehakikat dengan YHWH Sang Bapa (Kej 1:1-3, Mzm 33:6). Ketika Sang Firman itu MENJADI (inkarnasi) Manusia Yesus, disitulah sebutan Anak Tuhan berawal sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 1:14 sbb: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”

Tidak disangkal bahwa Anak Tuhan dalam pengertian Pra Ada Yesus sebagai Sang Firman, telah ada sejak awal. Sebagaimana YHWH ada tanpa waktu, demikianlah Sang Firman dalam kekekalan telah bersama YHWH dan terlibat dalam penciptaan (Kej 1:3, Yoh 1:1-3). Dalam konteks inilah Sang Anak yang belum berinkarnasi yang lebih mengetahui isi hati YHWH, Bapa-Nya (Yoh 1:18). Namun mengatakan Yesus yang manusiawi (Firman yang berinkarnasi) sudah ada dalam kekekalan dalam wujud Yesus yang manusiawi, nampaknya harus ditinjau ulang.

Secara historis pula dikatakan bahwa anak Maria yang dikandung oleh Roh Kudus itu baru diberi nama YAHSHUA/YESHUA/YESUS pada zaman pemerintahan Herodes (Mat 1:21) dan bukan sejak kekekalan

ALBERT RUMAMPUK:

Yoh 3:16-17 adalah bukti bahwa Yesus sudah adalah Anak bahkan sebelum Dia berinkarnasi.

Anda katakan secara historis, Anak-Nya dikaruniakan pada dunia saat masa pemerintahan Herodes (Th 4 SM) sampai masa pemerintahan Pontius Pilatus (Th 31 Ms dst). Ya, jika itu ditinjau dari sisi manusianya; Sebagai manusia, Yesus memang memulai kemanusiaan-Nya sejak kelahiran-Nya di dunia. Tapi sebagai Anak Allah / TUHAN, Dia sudah ada sejak kekekalan masa lampau.

Perhatikan Yoh 3:17, “Sebab Tuhan mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa sebelum Allah mengutus Anak-Nya ke duania, Dia sudah adalah Anak (Bdk. Maz 2:7). Ingat, saya tidak pernah mengatakan bahwa manusia Yesus itu sudah ada sejak kekekalan masa lampau! Istilah “Anak Allah” itu sendiri, jelas menunjuk = Allah!

Pertanyaannya:

[1] Bukankah jika pra-Inkarnasi Yesus yang sudah adalah Anak Tuhan (yang sama dengan Allah), adalah suatu pribadi? Bukankah saat Bapa MENGUTUS Anak-Nya ke dunia, itu membuktikan bahwa Sang Anak adalah pribadi yang berbeda??

[2] Bisakah manifestasi/cara yang satu MENGUTUS manifestasi/cara yang lain?


TEGUH HINDARTO:

Apa Anda tidak membaca pernyataan saya sebelumnya: “Ketika kata “mengutus” diperuntukkan bagi Yesus oleh Bapa-Nya bermakna bahwa Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus diutus untuk menyampaikan kehendak Sang Bapa yang roh itu melalui seluruh ajaran, perkataan dan sikap perilaku Yesus”

Apa Anda tidak membaca juga bahwa sebelumnya saya sudah mengatakan: “Tidak disangkal, berdasarkan bukti induktif ayat-ayat Kitab Suci bahwa Tuhan yang esa bersifat trinitaris. Apa yang trinitaris? BUKAN PRIBADINYA melainkan FUNGSINYA/KARYANYA. Jika Anda bersikukuh berpendapat ada “kejamakan pribadi” dalam diri Tuhan, bagaimana Anda menjelaskan pernyataan Yesus dalam Yohanes 8:42 dan Yohanes 15:26 bahwa Yesus dan Roh Kudus KELUAR dari Bapa? Jika ada kejamakan pribadi, seharusnya tidak dikatakan keluar dari Bapa, karena mereka masing-masing berdiri sendiri.

Jika Anda bersikukuh menafsirkan kata “mengutus” sebagai bukti bahwa Tuhan memiliki 3 pribadi, berarti Anda bukan hanya menyatakan bahwa 3 pribadi ketuhanan saling bercakap-cakap (ini syirk/avodah zarah namanya), Anda pun mengartikan status Anak Tuhan pada diri Yesus seperti saya memiliki seorang anak biologis yang menyuruh/mengurim/mengutus dia untuk sekolah ke luar negeri. Semakin kacau saja konsep ini jika berhadapan dengan Muslim dalam perdebatan.

ALBERT RUMAMPUK:

Anda sama sekali tidak menjawab bukti adanya 3 pribadi Allah dalam Yoh 3:17 dan 14:26 yang telah saya kaitkan dengan tuduhan anda yang kacau atas Mazmur 107:20 itu. Silahkan anda mengeksposisi ayat-ayat itu, buktikan bahwa kata MENGUTUS bukan menunjukkan pada pribadi lain yang diutus dan jangan lari ke ayat-ayat yang lain. Siapa yang bilang bahwa istilah Anak Tuhan untuk Yesus artinya = anak biologis?? DUSTA lagi! Saya semakin yakin bahwa anda tak layak menyandang status Pendeta, tetapi seharusnya PENDUSTA!

TEGUH HINDARTO:

Terkait istilah “pribadi”, apa Anda juga mengabaikan penjelasan saya sebelumnya: “Dan sekalipun Tuhan yang Esa itu bersifat Trinitaris thoh Yesus dan para rasul tidak pernah menyebutkan adanya istilah TRITUNGGAL dan TIGA PRIBADI? Nah, siapa yang membuat istilah yang tidak ada dalam Kitab Suci? Tidak disangkal bahwa Bapa memiliki kepribadian. Tidak disangkal Sang Firman yang menjadi manusia bernama Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah berpribadi. Demikianlah Roh Kudus pun berpribadi. Namun sebutan 3 pribadi seharusnya diredefinisi karena istilah tersebut membuat kita telah berusaha MENJUMLAHKAN masing-masing pribadi yang sebenarnya satu saja yaitu Yahweh, Firman dan Roh-Nya. Sejak kekal Yahweh telah bersama Firman dan Roh-Nya (Kej 1:1)”

ALBERT RUMAMPUK:

Istilah Tritunggal memang tak ada dalam Alkitab, tetapi AJARANNYA ada! Anda hanya mementingkan / menyoroti pada penggunaan istilah dari pada ajarannya? Saya rasa andapun setuju jika istilah “esensi” / “hakekat” itu bisa menunjuk pada Tuhan yang jelas punya 1 substansi. Itu juga tak ada dalam KS. Dalam PL ajaran itu hanya samar-samar tapi di PB menjadi terang benderang. Anda sendiri mengakui bahwa Sang Anak, Roh Kudus dan Bapa adalah sesuatu yang berpribadi. Lalu mengapa tetap ngotot membantah bahwa Mereka hanya 1 pribadi?

Anda memberi Kejadian 1 sebagai dasar ayat yang menunjukkan bahwa Sang Firman sejak kekal sudah bersama Bapa? Ini lagi-lagi penafsiran yang kacau! Kata “firman” pada Kej 1:3, dst, bukan menunjuk pada “pribadi Anak”, tapi hanyalah “kata-kata / kalimat” Allah saja.

TEGUH HINDARTO:

Para teolog modern, berbeda pendapat menjelaskan istilah “Pribadi” (Yun : Hypostasis, Lat : Personae), secara berlainan dan tanpa penjelasan yang mendalam. Ada yang menamakan, “cara berada”, “oknum”, “pribadi (Ted Peters, God as Trinity, Westminster, John Knox Press, 1993, p.35).

Berangkat dari pluralisme pemahaman yang bertebaran disekitar istilah “Hypostasis” atau “Pribadi, maka DR. Budyanto mengusulkan suatu peninjauan kembali terhadap penggunaan istilah “Pribadi” dengan mengatakan: “Karena itu, menurut hemat penulis, kalau istilah ini pada akhirnya tidak dapat dihindarkan lagi, sebaiknya pengertian yang dipakai untuk istilah pribadi adalah, ‘suatu keberadaan sadar diri’ yang maknanya bisa menampung pengertian-pengertian tersebut (cat: “pribadi”, “Cara Berada”, “Tiga Subyektivitas dalam Unitas”, dll)… jika pengertian ‘pribadi’ itu seperti itu, maka pengertian pribadi yang dipakai sebagai bukti (ketuhanan) seperti diatas adalah tidak tepat, sebab kata pribadi itu justru dipakai untuk menunjukkan kekhususan dari sifat masing-masing, bukan kesamaan sifat” (Mempertimbangkan Ulang Ajaran tentang Trinitas, TPK, 2001, hal 63).

Sekali lagi, saya tidak sendirian dalam mempertanyakan istilah “pribadi” yang DIRUMUSKAN oleh gereja Abad IV yang sarat dengan muatan Helenisme.

ALBERT RUMAMPUK:

Ketidaksendirian anda bukan bukti bahwa ajaran anda itu benar!
Perhatikan kutipan dari Tulisan Pdt. Budi Asali mengenai pandangan para ahli teologia soal istilah “pribadi” tersebut:

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:

"And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God" (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana).

Herman Bavinck (‘Our Reasonable Faith’, p 322) mengatakan sebagai berikut:
"It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it" (= Jelaslah bahwa pengakuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infallible / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti pribadi, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya).

Bavinck melanjutkan lagi:
"There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confession. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us" (= pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / memandang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa istilah-istilah dari para penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita).


Pdt. Budi Asali: “Apa yang dikatakan Herman Bavinck ini memang tepat. Orang yang menolak istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ biasanya lalu menciptakan istilah sendiri yang ternyata jauh lebih jelek dari istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ ini.”

Saya juga tidak sendiri loh ! Saya jelaskan lagi, Istilah Tritunggal memang tak ada dalam Alkitab, tetapi AJARANNYA ada! Kami meninjau semua ayat-ayat dalam KS, ditafsirkan sedemikian rupa / dipelajari dan dari situ lalu muncullah istilah “Tritunggal” / “Pribadi”. Tuduhan anda yang memfitnah bahwa konsep Tritunggal sarat dengan muatan Helenisme, tak punya dasar KS. Saya tak mau menanggapi ajaran konyol seperti ini!

TEGUH HINDARTO:

Itulah bedanya Anda dengan saya. Anda orang beriman yang taat buta sehingga tidak membedakan antara iman dan teologia, antara teks Kitab Suci dengan tafsir. Saya TIDAK MEMPERTANYAKAN PERIHAL APAPUN MENGENAI KETUHANAN dalam Kitab Suci namun mengritisi sebagai tugas seorang rohaniawan dan ilmuwan karena istilah teologia dan istilah keagamaan yang membuat adalah manusia dan terbuka untuk dikritisi.

Tritunggal didefinisikan oleh Tertulianus sbb: UNA SUBSTANTIA TRES PERSONA atau MONO OUSIA TRES HYPOSTASIS, masihkah Anda menyangkal bahwa istilah ini bermuatan Helenisme? Para filsuf Yunani lebih tahu dari Anda perihal HYPOSTASIS dan OUSIA dan dengan bahasa yang sama, Tertulianus menggunakan terminologi itu untuk menjelaskan mengenai Bapa, Anak, Roh Kudus.

ALBERT RUMAMPUK:

Anda tak ubahnya seperti para Unitarian / Saksi Yehovah yang menggunakan Tertulianus sebagai dasar argument. Menurut ahli sejarah Philip Schaff, pencetus istilah itu (Triad) untuk Tritunggal yang kudus adalah Theophilus dari Antiokia yang mati tahun 181 M.Lagi-lagi anda hanya mempersoalkan penggunaan istilah, untuk apa? Menunjukkan anda seorang ILMUAN yang ROHANI?? Perduli amat dengan Tertulianus atau Theophilus, yang jelas ajaran Tritunggal ADA dalam KS!

TEGUH HINDARTO:

Albert: Anda memberi Kejadian 1 sebagai dasar ayat yang menunjukkan bahwa Sang Firman sejak kekal sudah bersama Bapa? Ini lagi-lagi penafsiran yang kacau! Kata “firman” pada Kej 1:3, dst, bukan menunjuk pada “pribadi Anak”, tapi hanyalah “kata-kata / kalimat” Allah saja.
--------------
Anda yang ling lung dalam menalar Tuhan khoq melempar tuduhan saya yang “kacau?” Lha memangnya yang berinkarnasi itu siapa? (Yoh 1:14) Bukankah Sang Firman? (Yoh 1:1-3) Nah, siapakah Firman itu? Bukankah Firman yang sama yang terlibat dalam penciptaan dalam Kejadian 1:3? DR. David Stern mengulas sbb: “The language echoes the first sentence of Genesis…thus the TaNaKh lays the groundwork for Yochanan’s statement that the Word was with God and was God’s (bahasa tersebut menggemakan kalimat pertama dari Kitab Kejadian…sehingga TaNaKh meletakkan dasar bagi pernyataan Yokhanan bahwa Sang Firman bersama Tuhan dan Firman adalah Tuhan) (DR. David Stern., Jewish New Testament Commentary, JNTP 1992, p.153)

ALBERT RUMAMPUK:

Yoh 1:1- “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Yunani: “En arche Ä“n ho logos kai ho logos Ä“n pros ton theon kai theos Ä“n ho logos”

Kata “Firman” dalam ayat ini, jelas berbicara tentang Yesus (lihat ayat 14-18). Yesus Kristus, sebelum hadir didunia, adalah “Sang Firman”, Allah yang kekal ! Tetapi, apakah kata “Firman” di ayat sama dengan Kej 1:1?

“Kata-kata ‘pada mulanya’ diterjemahkan dari ungkapan kata-kata bahasa Yunani ‘en’ yang berarti ‘di dalam’ atau ‘pada’ dan ‘arche’ yang berarti ‘purbakala’ (tanpa artikel), maka ini berarti purbakala itu tak terbatas (timeless existence). Ditambah pula dengan penggunaan bentuk ‘imperfect’ yaitu keterangan waktu ‘past continuous’ bagi kata ‘adalah’ (en), maka teranglah sudah yang dimaksudkan disini adalah masa lampau yang tak terbatas atau kekekalan masa lampau. Kata ‘bersama-sama dengan’ berasal dari kata ‘pros’ (face to face) yang dalam pikiran Yunani berarti satu kesatuan, menunjukkan bahwa Kristus yang adalah Firman itu bukan saja ada terus menerus di masa lampau yang tak terbatas (kekal), juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah” (Yesus Kristus Allah, manusia sejati, oleh Chris Marantika, Th.D, hal 15-16).

Kalimat “bersama-sama dengan Allah” dalam bahasa Yunani disebut “Pros ton Theon”, secara hurufiah berarti “berhadapan muka dengan Allah”, ini menunjukkan bahwa saat itu “Firman” dan “Allah” (Bapa) adalah 2 pribadi yang saling berhadapan muka.

Jadi, kata “Firman” dalam Yohanes 1:1, jelas berbicara tentang suatu pribadi yang berbeda dengan Allah (Bapa dan Roh Kudus). Itu berbeda dengan Kej 1:3 dimana kata "firman" pada ayat itu menunjuk pada "kata-kata" Allah saja. Keberadaan dari “Sang Firman”, merupakan keberadaan yang tanpa titik awal. Hal ini membuktikan bahwa “Firman” itu adalah Allah. 


SUMBER: http://www.facebook.com/notes/shem-tov/sekte-yahweh/463754383810

********

Sampai disini, Pdt. Teguh Hindarto sama sekali tak bisa membantahnya tetapi justru berkata: "Tidak ada argumentasi baru dari Albert Rumampuk selain argumentasi yang diulang-ulang plus literatur yang sudah dikritisi sebelumnya."

Saya kira, ini adalah 'amunisi' terakhir darinya, karena sudah tak bisa lagi menjawab argumentasi saya. Tentunya membuktikan betapa tidak berkwalitasnya seorang "M.Th" itu.



KESIMPULAN


Saya akan kembali memberi definisi Sabellianisme dan Doktrin Tritunggal menurut THE MOODY HANDBOOK OF THEOLOGI:

SABELLIANISME atau MODALISME: “Pengajaran ini berasal dari Sabellius (200AD), dan merupakan kesalahan yang berlawanan dengan Tri-teisme. Meskipun Sabellius berbicara tentang Bapa, Anak dan Roh Kudus, namun yang dimaksudkan adalah bahwa ketiganya itu hanya sebagai tiga bentuk eksistensi atau tiga manifestasi dari satu Allah. Pengajaran ini juga dikenal sebagai Modalisme karena pandangannya tentang satu Allah yang secara beragam memanifestasikan diri-Nya dalam tiga bentuk eksistensi: Bapa, Anak dan Roh Kudus”.

TRITUNGGAL: “Tritunggal terdiri dari tiga pribadi yang satu tanpa keterpisahan eksistensi,secara komplet bersatu untuk membentuk satu Allah. Natur ilahi hidup dalam tiga perbedaan – Bapa, Anak dan Roh Kudus.” (Paul Enns Th.M, Th.D – hal. 244).

Bandingkan dengan Ajaran Pdt. Teguh Hindarto:


“Tuhan Yang Esa dengan Tiga Maha Karya:

Mencipta, dipanggil sebagai Bapa
Menyelamatkan, dipanggil sebagai Putra
Menghibur dalam diri orang percaya, disebut Roh Kudus


Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Mengapa satu pribadi ? Bapa, Putra dan Roh Kudus (YHWH, Firman-Nya, Roh-Nya) adalah satu pribadi dalam kekekalan, karena yang satu tidak ada dan diadakan lebih dahulu oleh yang lain.”

Ajaran Pdt. Teguh Hindarto ini, jelas merupakan Sabellianisme!


Berdasarkan ajaran dari empat 'Punggawa' (Pdt. Teguh Hindarto, Pdt. Yakub Sulistyo, Pdt Lukas Sutrisno dan Prof. Kristian Sugiyarto), pengagung nama Yahweh di Indonesia, saya mendapati bahwa  sekte ini pada umumnya menolak doktrin Allah Tritunggal yang tentunya sangat bertentangan dengan seluruh Kitab Suci. Dan karena itu, Yahwehisme adalah sebuah sekte sesat.

4 komentar:

  1. Bpk Pdt, rindukah Bpk menyaksikan secara fakta dan realitas manifestasi dan impartasi Trinitas?
    Kami dapat menunjukan arti Trinitas - secara aktual bukan dengan dogma dan doktrin, yang mana pada prinsipnya tidak otomatis menjadikan kami sama dengan Allah Bapa. Kami tetap hanya Anak-Anak Allah, allah-allah kecil (mazmur 82, Ayub 1) sesuatu yang ilahi. Kapan

    BalasHapus
  2. coba kedua bapak yang diatas berdiskusi bertiga dengan Prof. Dr. Jusuf Roni. Mgkin akan dapat pencerahan. thanks

    BalasHapus
  3. bagi bpk2 yg berdiskusi,tentang tritunggal,atau YHWH,SEKARANG saya mau tanya,tolong jlaskan FIRMAN TUHAN kejadian 1;26,coba sebutkan siapa saja yg ALLAH maksud dengan kata KITA.bagi bpk2 yg pintar siapa bisa jelaskan,maka sy akan masuk kristen

    BalasHapus
  4. Satu pertanyaan sederhana,Apakah Tuhan sudah berbicara dengan bapak untukmenyatakan namaNya ygsebenarnya kpd bapak, sehingga bapakdengan berani mengatakan 'sesat' kepada hamba Tuhan yang lainnya?

    BalasHapus