Rabu, 26 Januari 2011

TANGGAPAN ATAS KLARIFIKASI DUSTA FRANS DONALD

Oleh: Ev. Esra Alfred Soru, S.Th dan Pdt. Budi Asali, M.Div


Berikut adalah tulisan Frans Donald, seorang penganut sekte sesat Unitarian yang telah menyebarkan kebohongan-kebohongan demi untuk membela / menutupi kebohongan-kebohongannya. Semua dustanya ini, akan dikupas tuntas oleh Ev. Esra Alfred Soru dan Pdt. Budi Asali. Selamat menyimak!  




(SUATU) KLARIFIKASI


FRANS DONALD MENGKLARIFIKASI

(SUATU KLARIFIKASI, MENYINGKAP TABIR DUSTA ESRA ALFRED SORU S.Th. & BUDI ASALI M. Div. BESERTA KAWAN-KAWAN SEPEMAHAMANNYA YANG KERAP MENYERANG UNITARIAN )
Oleh: Frans Donald – 081 7971 9991

Sekilas info: tujuan awal tulisan ini ditulis untuk diterbitkan di KORAN HARIAN TIMOR EXPRESS (Jawa Pos Grup) di NTT dalam rangka menanggapi serangan dan dusta-dusta Esra Alfred Soru yg gencar kepada Unitarian yg kerap dilancarkannya melalui koran yang dibaca masyarakat luas di NTT tersebut. Beberapa bagian dari tulisan ini sudah dikirimkan (pada 13-02-2009) kepada pemimpin redaksi TIMEX guna menanggapi "serangan Esra cs". Namun rupanya pihak redaksi Timor Express tidak bersedia (tidak berani, takut?) menerbitkan tulisan yg 'panas' dan telah menguak dusta-dusta besar Esra Soru cs ini.

Tanggapan Esra Soru :
Menurut informasi dari Bapak Yusak Riwu Rohi pimpinan koran Timex saat itu, alasan mengapa tidak menurunkan tulisan Frans Donald ini adalah karena dia menilai bahwa apa yang dituliskan Frans Donald adalah sebuah kebohongan mengingat Pak Yusak sendiri sudah menyaksikan DVD debat Trinitarian vs Unitarian.

Salam, bagi para pembaca.

Pembaca yang bersahaja, tulisan  ini akan cukup panjang . Yang saya sampaikan adalah berisi semacam cerita, kejadian dan hal-hal lain yang bersifat klarifikasi, serta juga berisi tulisan tentang refleksi iman Unitarian.

Sudah lebih dari setahun pasca Debat Unitarian vs Trinitarian di Surabaya tahun 2007 lalu, beberapa email dan SMS serta telpon sempat pernah saya (Frans Donald) terima dari beberapa orang yang menanyakan sekaligus meminta klarifikasi dari saya berkenaan adanya kabar yang cukup gencar (baik melalui Koran maupun internet) dari pihak Esra Alfred Soru & Budi Asali yang intinya mengabarkan bahwa:
“TIM UNITARIAN (FRANS DONALD, BENNY IRAWAN, OKTINO IRAWAN, TIRTO SUJOKO) TELAH KALAH OLEH TIM TRINITARIAN (Pdt. BUDI ASALI M. Div & ESRA ALFRED SORU S Th.) DALAM PERDEBATAN YANG BERLANGSUNG DI TAHUN 2007 DI SURABAYA

Nah, pembaca yang budiman, setelah setahun lebih berlalunya perdebatan di Surabaya, yang ternyata seiring jalannya waktu, makin banyak membuahkan ‘pencerahan’ bagi para penganut “paham Yesus Allah sejati” yang hingga kini banyak yang akhirnya telah bersaksi tegas sudah tidak lagi meyakini paham “Yesus Allah sejati” yang sebelumnya pernah mereka yakini. Dan, satu tahun lebih, lebih dari 12 bulan alias sudah lebih 365 hari, adalah waktu yang saya pandang cukup (bahkan lebih dari cukup) untuk memberi kesempatan bagi Esra Alfred Soru dan Budi Asali cs untuk kiranya ‘sadar’ dari opini-opini publiknya yang selama ini sangat miring terhadap Unitarian. Jika selama ini kami lebih banyak berdiam diri dalam menanggapi kabar-kabar miring tersebut, karena saya berpikir bisa jadi Esra Alfred Soru dan Budi Asali mungkin dahulu khilaf, dan seiring berjalannya waktu, hari demi hari, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu, bersama tambahnya usia mungkin keduanya akan menyadari kekhilafannya. Namun, ternyata yang terjadi, adalah tidak demikian.

Tanggapan Budi Asali:

Aneh juga setelah 1 tahun baru memberi tanggapan. Apa karena Frans Donald baru menemukan ‘rekan’ dari Kupang, yang menyebabkan ia besar hati dan sekarang mau cari gara-gara lagi?

Kabar dusta? Lucu sekali! Jadi, kabar benarnya bagaimana? Frans Donald dan kawan-kawan menang KO / menang telak?

Setelah kira-kira 1 tahun Frans Donald bersikap bijaksana, yaitu ‘kalah ya diam saja’, sekarang tahu-tahu ia memunculkan kebodohannya dengan menunjukkan sikap ‘berkoar-koar sekalipun kalah’! Memang pohon yang tidak baik tidak mungkin menghasilkan buah yang baik!

Amsal 17:28 - “Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya”.

Bahkan belakangan ini polah tingkahnya makin menjadi-jadi dengan menerbitkan tulisan-tulisan yang ‘lemah moral’* melalui media Koran TIMEX yang ditujukan untuk menyerang saya (Frans Donald) dan Unitarian. Esra Soru SARJANA TEOLOGI menyebut Frans Donald sebagai “pemfitnah”, “penipu ulung”, “ular beludak”, “keterlaluan dan kotornya otak si penyesat satu ini”, “dasar penyesat!!!”, “betapa liciknya”, dsbnya (termuat di TIMEX tanggal 9-12 Desember 2008).

Tanggapan Esra Soru :
Ya kalau yang saya katakan itu tidak benar maka itu memang “lemah moral” tapi bagaimana kalau yang saya katakan itu adalah fakta? Dan itu yang sudah saya buktikan dengan manipulasi-manipulasi berbagai macam kutipan yang dilakukan oleh Frans Donald. Silahkan lihat penipuan-penipuannya di sini :

Dan sempat juga melalui media lain dengan penuh kata-kata yang sangat emosional, sangat kasar, kampungan, umpatan tak bermoral, sangat memalukan dan sangat kekanak-kanakkan yang oleh Esra Soru dan Budi Asali ditujukan terhadap salah seorang rekan saya di NTT saat berpolemik tentang ke-allah-an Yesus, kata-kata “lemah moral” dari orang yang mengaku guru, gembala, pendeta Kristen tersebut di antaranya: “tolol, sesat dan tolol, ngawur, bodoh, tidak becus, bodoh dan gila, tidak punya akal sehat/logika, orang sesat, penyesat” (kata-kata itu semua termuat ‘ter-abadi-kan’ di buku POLEMIK ANTARA A. G. HADZARMAWIT NETTI DAN Pdt. BUDI ASALI, M. Div., --ESRA ALFRED SORU).

Tanggapan Esra Soru :
Kata-kata seperti itu memang kami keluarkan untuk A.G. Hadzarmawit Netti karena memang dia sesat, persis seperti yang kami katakan. Tetapi apakah kata-kata itu salah? Kata-kata semacam ini digunakan oleh Yesus dan para rasul untuk orang-orang yang memang dianggap sesat.

Perhatikan ayat2 berikut ini :

1Raja 18:26-27 - “(26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’”.

Mat 3:7-9 - “(7) Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: ‘Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? (8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (9) Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!”.

Mat 23:13-36 - “(13) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (14) (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) (15) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. (16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (19) Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? (20) Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. (21) Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. (22) Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya. (23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. (25) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (26) Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (29) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (30) dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. (31) Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. (32) Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! (33) Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? (34) Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, (35)  supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. (36) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!’”.

Luk 13:31-32 - “(31) Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: ‘Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.’ (32) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai”.

Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

Fil 3:2 - “Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu”.

2Pet 2:22 - “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”

Jadi apakah Frans Donald juga mau berkata bahwa Yesus dan rasul-rasul di sini semua adalah orang-orang yang lemah moral? Lagipula kenapa Frans tidak mencatat juga makian-makian dari A.G. Hadzarmawit Netti kepada kami yang jelas bukan makian yang alkitabiah seperti yang kami lakukan tetapi memakai makian-makian yang adalah kata-kata kotor (menyebutkan alat kelamin laki-laki dalam bahasa Kupang) kepada kami? Hanya karena dia teman anda lalu anda menutup-nutipi apa yang dia lakukan yang jelas bertentangan dengan Alkitab lalu menyalahkan kami yang memakai makian-makian yang Alkitabiah?

Kesempatan satu tahun lebih adalah waktu yang tentu sudah lebih dari cukup membiarkan polah tingkah kedua pendeta dan guru agama, guru moral yang ‘lemah moral’ itu. Maka tulisan yang cukup panjang ini adalah pernyataan serta beberapa klarifikasi dari saya (Frans Donald) seputar kabar miring (dusta) dari pihak Esra Alfred Soru dan Budi Asali cs yang intinya selama satu tahun lebih ini sudah menyiarkan kabar miring bahwa ‘Unitarian telah kalah’ serta segala opini negatif dan fitnah yang berhubungan dengan hal itu.
(* istilah “lemah moral” saya kenakan terhadap Esra Alfred Soru dan Budi Asali mengingat keduanya adalah gembala gereja, guru, penginjil, pendeta yang seyogyanya menjadi guru moral / tauladan moral yang tinggi dan penuh kasih kristiani bagi orang-orang atau masyarakat umum).

Tanggapan Esra Soru :

1) Tentang masalah yang dikatakan Frans sebagai “lemah moral” sudah saya jelaskan di atas. Justru temannya A.G. Hadzarmawit Netti itu yang lemah moral dan juga si Frans yang lemah moral, mengapa tidak menyalahkan temannya yang jelas-jelas memaki dengan kata-kata kotor semacam itu?

Frans, simpan kata-katamu ini dan berikanlah kepada temanmu Netti itu!

2) Karena kami gembala gereja, guru, penginjil, pendeta lalu tidak boleh menggunakan kata-kata seperti di atas? Lalu bagaimana dengan mereka yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari kami seperti Yesus dan rasul-rasul?

Sekilas Kronologi Debat di Surabaya

Acara debat yang berlangsung 9 kali (Maret-Nopember 2007) awalnya bermula dari Esra Alfred Soru yang pada Nopember 2006 selama 5 hari berturut-turut telah menyerang buku saya yang berjudul ALLAH DALAM ALKITAB DAN ALQURAN dengan mempublikasikan serangannya itu melalui Koran TIMEX di NTT. Kemudian Esra Soru dan juga Pimpinan Redaksi TIMEX memohon saya untuk menanggapi tulisan Esra tersebut. Sesungguhnya, semula saya (Frans Donald) samasekali tidak berminat menggubris tulisan-tulisan Esra yang saya nilai penuh pemelintiran dan kecaman itu. Tetapi oleh karena satu alasan lain (alasan yang cukup menggugah saya), yaitu ketika kabar keberadaan tulisan Esra Soru tersebut saya ceritakan pada rekan-rekan Unitarian di Semarang, kemudian saya menjadi tahu bahwa Esra Alfred Soru ternyata adalah teman baik dari kawan saya yang bernama Pendeta Teddy (Pdt. Unitarian yang dulunya adalah mantan penganut Trinitas juga, seperti Trinitas versinya Esra Soru), maka saya mulai berpikir bahwa, adalah sangat baik kalau saya dan TIM UNITARIAN bisa berjumpa / berkenalan langsung / temu darat dengan Esra agar bisa ‘duduk bareng’ alias ‘debat sehat-cerdas bersahabat’ membahas perihal perbedaan paham (soal Trinitas, ke-Allah-an Yesus) yang dipermasalahkan. Dimana saya berpikir bahwa meskipun Unitarian dan Esra Soru sangat beda paham tapi tentu tetap bisa menjadi teman, begitu harapan dan pikiran saya kala itu. Saya berpikir demikian sebab kami memang memiliki beberapa kawan dan keluarga yang beda paham dengan kami tanpa harus bermusuhan. Walau saling memiliki perbedaan doktrin secara intelektual tapi menjadi sahabat secara sosial, itu adalah baik, pikir saya. Ajakan untuk perjumpaan tatap muka / temu darat guna ‘debat terbuka’ pun saya tekankan dalam tanggapan saya menanggapi tulisan Esra tahun 2006 itu dengan mengirimkan tanggapan balik yang intinya berisi ajakan ‘debat temu darat’, dan tulisan saya sempat dimuat oleh Koran Timex pada awal 2007 (di muat 2 hari, 15-16 Januari 2007) yang kemudian ditanggapi lagi oleh Esra dengan tulisan sepanjang 5 seri / hari lagi (Timex 23-27 Januari 2007). Singkat cerita akhirnya TIM TRINITARIAN (yaitu Tim Esra yang dipimpin Pdt. Budi Asali M.Div.) sepakat bertemu dalam ‘debat terbuka’ dengan TIM UNITARIAN (Tim saya) pada bulan Maret 2007 di Surabaya. Tapi ternyata keadaan / suasana perjumpaan dengan Esra tak seperti harapan kami sebagaimana harapannya bisa terciptanya ‘Debat Sehat-Cerdas’ dan bersahabat, mengingat hal tersebut harusnya bisa (dan layak) terjadi mengingat sebab Esra Soru adalah juga rekan (kawan lama) dari Pdt. Teddy (Pdt. Unitarian, mantan Trinitarian, sobatnya Esra), juga debat sehat-cerdas sangat layak dilakukan terlebih adalah nota bene Budi Asali dan Esra Soru adalah bukan ‘preman bayaran’ melainkan keduanya adalah orang-orang tokoh gereja (M. Div. alias master, guru, dan S Th.). Tetapi ternyata kami sungguh sangat terkejut atas fakta yang terjadi kemudian!

Tanggapan Esra Soru :

1)      Buku Frans Donald saya justru dapatkan dari pihak Timex dalam hal ini Pak Yusak Riwu Rohi. Beliau yang meminta saya memberikan tanggapan untuk buku ini dan akan diturunkan di koran. Lalu mereka menyampaikan kepada Frans bahwa ada tanggapan terhadap bukunya dan memberikan dia kesempatan untuk menanggapi balik. Saya juga mengontak Frans untuk menginformasikannya bahwa saya sudah menanggapi bukunya dan dimuat di koran dan kalau mau ditanggapi silahkan. Siapa yang memohon-mohon kepada Frans untuk menanggapi? Heheh…Frans…kamu terlalu Ge…er…
2)      Tentang Pdt. Teddy, dia memang kawan saya dulu sewaktu sama-sama kuliah di Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara Malang dan kalau ada yang harus saya sesali, saya menyesal mengapa pernah menjadi sahabat dari seorang sesat seperti dia.
3)      Ini sebuah perdebatan. Dan kami datang dalam debat itu untuk menghancurkan ajaran sesatnya si Frans dan bukan untuk mencari sahabat? Kami tak tertarik menjadi sahabat dari para penyesat.

2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.

Frans Donald Cuma Tertawa dan Termangu.

Awal Maret 2007. Hadirin dari berbagai pihak telah hadir, debat terbuka mulai digelar. Tim Trinitarian menyampaikan mottonya: “Hancurkan ajaran sesat! Hancurkan ajaran sesat!” Di awal perdebatan kami dengan Budi Asali dan Esra Alfred Soru pada bulan Maret 2007 di Surabaya itu, saya sungguh dikejutkan oleh gaya / style / cara penampilan Budi Asali & Esra Soru dalam mengemukakan perbedaan pahamnya terhadap kami. Waktu itu kata-kata dan kalimat-kalimat pedas yang bernada sangat tidak bersahabat (samasekali tidak mencerminkan sikap-sikap kristiani) keluar dari mulut Budi Asali yang padahal adalah bergelar Pendeta dan M. Div. Sangat saya sayangkan, di depan teman-teman Islam yang saat itu banyak hadir, Budi Asali yang nota bene menjabat sebagai tokoh gereja, pendeta-guru-gembala Kristen, benar-benar tampil memalukan ‘dunia Kristen’ yang katanya terkenal dengan ajaran ‘kasih’ itu. Beberapa kawan muslim bahkan sangat terkejut melihat gaya penampilan Budi Asali yang sangat kasar seperti preman dan sangat tidak menghargai iman orang lain dalam suatu suasana yang jelas-jelas pluralis (waktu itu Budi Asali sempat melontarkan kata-kata bahwa “siapa saja yang tidak percaya Trinitas pasti masuk neraka!” Hal itu tentu sangat menghina /tidak menghargai iman kawan-kawan muslim yang jelas-jelas tidak bisa menerima doktrin Trinitas). Melihat gaya mereka yang sangat kasar, kala itu semangat ‘adu argumen intelektual’ saya mendadak hilang seketika, sementara ke 3 kawan saya (anggota Tim Unitarian yang lain, yang sudah lebih berpengalaman dari saya dalam hal pernah dicaci-maki oleh tokoh-tokoh Gereja tertentu) masih berbaik hati mau melayani mereka, sementara saya lebih memilih untuk diam, tersenyum, tertawa saja, sambil geleng-geleng dalam hati keheranan, karena saya pikir waktu itu adalah ternyata kami benar-benar bukan sedang menghadapi kawan-kawan Kristen (apalagi salah satunya adalah jelas-jelas sahabat lama dari Pdt. Teddy) yang berbeda paham yang seyogyanya bisa diajak berdebat yang sehat dan cerdas, melainkan KAMI SEDANG MENGHADAPI ‘MANUSIA SERIGALA BERBULU DOMBA BERWATAK ULAR BELUDAK’!* (*Istilah ‘serigala berbulu domba’ dan ‘ular beludak’ ini saya pinjam dari istilah Alkitab berbicara tentang guru-guru palsu. Dalam hal ini sikap karakter Budi Asali M. Div dan Esra Alfred Soru, S.Th. yang adalah guru dan pendeta sangat sesuai menyandang predikat tersebut). Saya (Frans Donald, jemaat biasa, bukan Sarjana Teologi) bukan ahli bicara yang cukup lihai untuk menghadapi serigala-serigala bertubuh manusia berwatak ular beludak seperti mereka berdua (PENDETA Budi Asali M. Div dan PENGINJIL Esra Alfred Soru, SARJANA TEOLOGI) yang ganas sangat licik berkelit memelintir ayat dan ahli menipu banyak orang dengan ajaran “Yesus Allah sejati”-nya. Saya waktu itu benar-benar kalah, yaitu kalah oleh ke-galak-an dan keganasan dua serigala berwatak ular beludak itu, kalah oleh gaya kekasaran serigala itu, kalah oleh kelicikan ular itu, saya tidak mau melayani gaya ‘serigala berbulu domba berkepala ular beludak’ yang mereka tampilkan. Rekan (Tim saya) yang sudah berpengalaman sebelumnya menghadapi serigala-serigala dan ular-ular dari gereja tertentu, waktu itu mereka bertiga (Aryanto Nugroho, Benny Irawan, Oktino Irawan) mencoba tetap sabar menghadapi dua serigala gereja yang sungguh sangat galak dan licik ini. Saya (yang memang belum terlalu berpengalaman menghadapi serigala-serigala gereja berkepala ular seperti Budi Asali dan muridnya, Esra Alfred Soru) cuma tertawa, tersenyum-senyum, geleng-geleng dalam hati kala itu sambil terus menulis apa-apa yang saya perlu catat dan ingat. Dan oleh karena suasana dalam perdebatan saat itu dipandang sangat tidak baik (sangat tidak sehat) oleh pemimpin (Moderator, yaitu Bapak Drs. H. Sahid, seorang muslim moderat, dosen IAIN), maka debat yang samasekali belum tuntas tersebut terpaksa segera dihentikan.

Tanggapan Budi Asali:

Ini merupakan dusta yang luar biasa dan betul-betul suatu pembalikan fakta! Yang benar adalah: di awal perdebatan para Unitarian ini dikejutkan oleh hebatnya argument kami, yang betul-betul memusingkan mereka, dan seharusnya mempertobatkan mereka, seandainya mereka bukan orang-orang yang ditetapkan untuk binasa!

Ada beberapa hal yang ingin saya tambahkan sebagai jawaban atas tuduhan, atau lebih tepat, fitnahan, dari Frans Donald ini!

1)   Tentang gaya saya yang katanya tidak bersahabat dan kasar / pedas, tidak mencerminkan sikap kasih Kristiani, dsb, saya ingin jelaskan sebagai berikut:

a)   Itu memang adalah suatu perdebatan antara 2 kelompok yang bukan hanya berbeda, tetapi bertentangan. Dalam tulisannya Frans Donald kelihatannya ingin memperkecil perbedaan ini, supaya kami kelihatan salah. Tetapi saya menolak tindakan memperkecil jurang ini. Memang akan berbeda kalau itu adalah suatu diskusi antara 2 kelompok yang hanya berbeda tetapi dasarnya tetap sama sehingga tetap bisa dianggap sebagai satu iman dan saudara dalam Kristus. Tetapi yang ini adalah perdebatan antara kelompok benar dan sesat, terang dan gelap, di dalam Kristus dan di luar Kristus, anak Allah dan anak setan! Karena itu, saya memang berdebat untuk menghancurkan argumentasi sesat mereka!

b)   Dalam perdebatan seperti di atas, saya mengingat adanya 2 kelompok orang. Pertama adalah kelompok Unitarian itu sendiri (Frans Donald dan kawan-kawan), dan kedua adalah kelompok penonton. Dalam keadaan seperti itu, sekalipun saya juga punya missi untuk mempertobatkan kelompok pertama yang sesat itu (Frans Donald dan kawan-kawan), tetapi dari pengalaman saya tahu bahwa hal itu sukar terjadi. Jadi, saya lebih memikirkan kelompok kedua ini, yaitu kelompok penonton, baik yang langsung hadir pada saat itu, maupun yang akan menonton melalui VCD. Kalau saya berdebat dengan halus, lemah lembut, menggunakan istilah ‘abu-abu’ untuk kelompok Unitarian, padahal mereka sebetulnya adalah ‘hitam’, maka itu akan membahayakan kelompok kedua ini, dan akan menyebabkan mereka merasa bahwa Unitarian bukan ajaran yang terlalu berbahaya, dan ini sangat memungkinkan akan menyesatkan mereka. Karena itu, saya menggunakan kata-kata yang tegas dan keras, menyatakan ‘hitam’ sebagai ‘hitam’, dengan menyebut mereka sebagai sesat, nabi palsu, dsb, supaya kelompok kedua ini tahu bahwa Unitarian betul-betul adalah suatu kelompok yang mempunyai pandangan sesat dan harus sangat diwaspadai!

Ini merupakan sesuatu yang logis. Sebagai contoh, kalau saudara mau memperingatkan anak-anak saudara tentang bahaya dari narkoba, apa yang akan saudara katakan? ‘Nak, narkoba itu agak kurang baik, kalau digunakan bisa membuat kurang sehat’. Begitu? Dan anda melakukan itu, supaya tak menyinggung penjual narkobanya? Kalau ya, anda adalah orang tua paling tolol di dunia! Semua orang tua yang nggenah, akan mengatakan secara tegas dan keras tentang narkoba, tak peduli itu akan menyinggung penjual narkobanya! Mungkin kata-kata yang tepat untuk anak saudara adalah: ‘Nak, narkoba itu sangat berbahaya, menyebabkan kecanduan, dan kalau sudah kecanduan, memungkinkan orang itu melakukan apapun untuk mendapat uang guna membeli narkoba. Juga narkoba memungkinkan untuk menjadikan seseorang gila. Karena itu, jauhilah narkoba, jangan coba-coba mencicinya, dan juga jauhilah penjual narkoba. Sekalipun mereka kelihatan baik-baik, mereka sebetulnya adalah penjahat terbesar, yang layak dihukum mati!’.

c)   Kalau dikatakan saya sangat kasar dan bahkan seperti preman (hahahaha!), maka saya ingin tanya kepada Frans Donald dan kawan-kawan: dimana dalam Kitab Suci ada orang nggenah, baik nabi, rasul, Yohanes Pembaptis, Yesus sendiri, atau orang percaya manapun yang bersikap bersahabat, halus dan lemah lembut terhadap nabi-nabi palsu? Sebaliknya, saya bisa memberi banyak contoh dimana orang-orang percaya dalam Kitab Suci selalu bersikap negatif, mengejek, dan bahkan keras dan kasar, pada waktu menghadapi nabi-nabi palsu. Contohnya:

1.      Sikap nabi Elia menghadapi nabi-nabi Baal dan Asyera.

1Raja 18:26-27 - “(26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’”.

2.      Sikap nabi Mikha menghadapi nabi-nabi palsu dari raja Ahab.

1Raja 22:13-25 - “(13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’ (15) Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (16) Tetapi raja berkata kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ (17) Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’ (18) Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’ (19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’ (24) Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: ‘Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?’ (25) Tetapi Mikha menjawab: ‘Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.’”.

Catatan: ay 15 pasti hanya merupakan kata sinis / ejekan, bukan serius. Setelah disuruh serius (ay 16), baru dia serius (ay 17-dst).

3.      Sikap Yohanes Pembaptis menghadapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

Mat 3:7-9 - “(7) Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: ‘Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? (8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (9) Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!”.

4.      Sikap Yesus sendiri menghadapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

Mat 23:13-36 - “(13) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (14) (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) (15) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. (16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (19) Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? (20) Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. (21) Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. (22) Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya. (23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. (25) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (26) Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (29) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (30) dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. (31) Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. (32) Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! (33) Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? (34) Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, (35)  supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. (36) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!’”.

5.      Sikap Yesus terhadap / tentang raja Herodes.

Luk 13:31-32 - “(31) Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: ‘Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.’ (32) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai”.

6.      Sikap Paulus terhadap nabi-nabi palsu / rasul-rasul palsu.

Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

Fil 3:2 - “Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu”.

7.      Sikap rasul Yohanes menghadapi nabi-nabi palsu.

2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.

8.      Sikap Petrus menghadapi nabi-nabi palsu.

2Pet 2:22 - “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.

9.      Sikap Yudas menghadapi nabi-nabi palsu.

Yudas 11 - Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah”.

10.  Sikap Stefanus terhadap nabi-nabi palsu.

Kis 7:51 - Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu”.

Dengan adanya contoh-contoh yang begitu banyak seperti ini, dengan alasan apa Frans Donald menyalahkan saya? Kalau mau menyalahkan pakai dasar Kitab Suci, bung! Jangan asal mangap (buka mulut)!

d)   Tentang kata-kata Frans Donald bahwa saya mengatakan kalau orang-orang yang tidak percaya Trinitas akan masuk neraka, saya tantang Frans Donald untuk membuktikannya. Sepanjang pengetahuan saya, saya tak mengucapkan kalimat itu dalam perdebatan itu (9x pertemuan) sama sekali. Saya sendiri tidak mempunyai konsep / pemikiran bahwa kepercayaan / pengertian tentang Trinitas merupakan syarat masuk surga. Memang kalau seseorang sudah diberi penjelasan tentang dasar kepercayaan terhadap doktrin Allah Tritunggal, dan ia tetap menolak, menurut saya itu membuktikan bahwa orang itu tidak percaya kepada Kristus, dan karena itu ia harus masuk neraka. Tetapi kalau seseorang hanya sekedar tidak tahu tentang doktrin Allah Tritunggal, asal ia percaya Yesus sebagai Allah, Tuhan dan Juruselamat, maka orang itu selamat / masuk surga. Kalau kata-kata ‘saya percaya bahwa orang yang tak percaya kepada Yesus sebagai Allah, Tuhan dan Juruselamat, akan masuk neraka’, memang saya ucapkan. Dan saya tidak menyesalinya, sekalipun kata-kata itu didengar oleh siapapun. Tujuan saya memang memberitakan Injil kepada siapapun yang hadir. Disamping, ini adalah perdebatan dalam kalangan Kristen, biarpun antara kelompok benar dan sekte, siapa yang menghadirkan orang-orang Islam dalam debat itu, dan apa tujuannya? Supaya kami takut, sehingga kehilangan ketajaman serangan kami? Jangan harap! Juga kalau dikatakan bahwa kata-kata seperti itu ‘menyakiti’ dan ‘menghina’ orang yang beragama lain, maka saya ingin tanya kepada Frans Donald: apakah Pemberitaan Injil, yang memang diperintahkan oleh Tuhan sendiri, bisa dianggap sebagai menyakiti dan menghina orang agama lain? Pada waktu Petrus mengucapkan kata-kata dalam Kis 4:12, yang menekankan Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, ia mengucapkannya kepada orang-orang yang beragama Yahudi. Apakah Frans Donald berani mengatakan bahwa Petrus menyakiti, menghina dsb? Bagi saya, berlaku Gal 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus”. Bdk. juga dengan Mat 5:10-12 - “(10) Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (11) Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. (12) Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.’”. Dan juga dengan Luk 6:26 - “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.

Dari ayat-ayat ini terlihat bahwa kalau seseorang berani mengatakan kebenaran / memberitakan Injil, dsb, maka memang sangat besar kemungkinan ia akan dibenci oleh orang-orang yang tidak percaya. Sebaliknya, kalau ia adalah seorang nabi palsu, yang berbicara untuk menyenangkan manusia, dan karena itu bukan memberitakan kebenaran, maka besar kemungkinan dia akan diterima, dipuji dsb oleh seadanya orang yang tidak percaya! Pihak yang mana yang mentaati Kitab Suci / Firman Tuhan, pihak Frans Donald dan kawan-kawan, atau pihak saya dan Esra?

e)   Tentang kata-kata Frans Donald bahwa kata-kata kami memalukan dunia kristen, saya tanya: ‘dunia Kristen yang mana?’. Yang sesat? Kalau yang sesat, peduli amat! EGP? Kami pada saat itu memberitakan Injil, memberitakan Firman Tuhan, menentang kesesatan dengan bersemangat dan dengan sekuat tenaga! Ini hanya bisa dianggap memalukan oleh orang-orang sesat!
Bdk. Mark 8:38 - “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.’”.

Baca juga 2Sam 6:20 dst yang menunjukkan bagaimana Mikhal (istri Daud, anak Saul) malu karena sikap Daud yang bersemangat untuk memuji Tuhan, dan ini dihajar oleh Tuhan, dengan tidak memberinya keturunan sampai mati!

2Tim 1:8 - “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.”.

2Tim 2:15 - “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.

Ro 1:16 -   Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”. Ayat ini salah terjemahan, dan karena itu saya memberikan terjemahan NIV di bawah ini.
Ro 1:16 (NIV): I am not ashamed of the Gospel, because it is the power of God for the salvation of everyone who believes; first for the Jew, then for the Gentiles” (= Aku tidak malu tentang Injil, karena itu adalah kuasa Allah untuk keselamatan setiap orang yang percaya; pertama-tama untuk orang Yahudi, lalu untuk orang non Yahudi).

f)   Saya juga akan menanggapi kata-kata Frans Donald yang saya kutip di sini: “Melihat gaya mereka yang sangat kasar, kala itu semangat ‘adu argumen intelektual’ saya mendadak hilang seketika, tapi ke 3 kawan saya (anggota Tim Unitarian yang lain, yang lebih berpengalaman dari saya dalam hal dimaki-maki oleh tokoh-tokoh Gereja) masih berbaik hati mau melayani mereka, sementara saya lebih memilih untuk diam, tersenyum, tertawa saja, sambil geleng-geleng dalam hati, karena saya pikir waktu itu adalah ternyata kami benar-benar bukan sedang menghadapi kawan-kawan Kristen (apalagi salah satunya adalah jelas-jelas kawan lama dari Pdt. Teddy) yang berbeda paham yang bisa diajak debat yang sehat dan cerdas, ...”.

Tanggapan Budi Asali: Tidak malukah anda mengarang cerita seperti itu, Frans? Bagi pembaca, coba tonton VCD debat kami itu, apakah terlihat Frans Donald bersikap ‘saleh’ seperti yang dia katakan? Saya tak melihat mereka tersenyum, kecuali senyum kecut, karena tak bisa membantah argumentasi kami! Dan kalau ia berpikir bahwa kami adalah ‘kawan-kawan Kristen’ bagi dia, maka perlu saya tekankan lagi, bahwa bagi kami Frans Donald dan kawan-kawan bukanlah orang-orang Kristen, dan kami bukanlah kawan-kawan mereka, tetapi lawan-lawan mereka! Kami menyatakan diri sebagai lawan dari setiap nabi palsu, dari jenis apapun!

g)   Sebetulnya dalam setiap perdebatan dengan siapapun, biarpun saya tetap akan tegas dan tidak mengkompromikan Injil / Firman Tuhan yang saya percayai, tetapi saya tidak akan bersikap keras apalagi kasar, kalau mereka memang bisa diajak berdebat dengan kepala dingin dan dengan cara yang fair. Tetapi dalam perdebatan dengan Frans Donald dan kawan-kawan, maka yang terjadi adalah bahwa dari semula mereka bersikap tidak fair, dengan selalu lari / menghindar pada waktu tidak bisa menjawab serangan kami. Juga sikap tegar tengkuk mereka, yang sekalipun jelas-jelas kalah argumentasi tetapi tetap berkeras seperti kerbau yang menyeruduk tanpa otak. Itu yang membuat saya marah, dan menggunakan kata-kata yang semakin keras!

Sebagai bukti atas kata-kata saya bisa dilihat dari perdebatan saya dengan Ellen Kristi, seorang dari kalangan mereka juga. Bisa dibaca dalam web dari Esra. Silahkan baca sendiri, apakah ada kata-kata kasar dari saya? Kata-kata agak keras baru muncul pada bagian akhir, itupun sangat sedikit, pada saat saya makin lama makin melihat sikap tegar tengkuknya.

Dan juga karena sudah menyinggung tentang Ellen Kristi, maka sekalian saya tanya kepada Frans Donald: kalau kalian berhenti debat karena kami kasar dsb, apa alasannya Ellen Kristi berhenti debat? Tanyakan kepada dia, dan jawab kami melalui koran TIMEX ini!

h)   Sekarang saya akan tanggapi kata-kata Frans Donald pada bagian yang saya kutip di bawah ini:
“... melainkan KAMI SEDANG MENGHADAPI ‘MANUSIA SERIGALA BERWUJUD MANUSIA BERBULU DOMBA BERWATAK ULAR BELUDAK’!* (*Istilah ‘serigala berbulu domba’ dan ‘ular beludak’ ini saya pinjam dari istilah Alkitab berbicara tentang guru-guru palsu. Dalam hal ini sikap karakter Budi Asali M. Div dan Esra Alfred Soru, S.Th. sangat sesuai menyandang predikat tersebut). Saya (Frans Donald, jemaat biasa, bukan teolog) bukan ahli bicara yang cukup lihai untuk menghadapi serigala-serigala bertubuh manusia berwatak ular beludak seperti mereka berdua (PENDETA Budi Asali M. Div dan PENGINJIL Esra Alfred Soru, SARJANA TEOLOGI) yang ganas sangat licik berkelit memelintir ayat dan ahli menipu banyak orang dengan ajaran Trinitasnya”.

Tanggapan Budi Asali:
1.   Apakah Frans Donald mau menggunakan keberadaannya sebagai ‘jemaat biasa, bukan teolog’ sebagai alasan kekalahannya? Perlu diingat bahwa dalam Kitab Suci, tidak ada orang biasa yang adalah orang percaya, yang kalah debat dari siapapun. Stefanus bukan rasul, hanya diaken, tidak berpendidikan theologia, tetapi karena dipenuhi Roh Kudus dan dipimpin Roh Kudus, maka tak ada orang-orang Yahudi yang bisa berdebat dengan dia.
Kis 6:8-10 - “(8) Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. (9) Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini--anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara”.

Bahkan orang buta yang disembuhkan oleh Yesus dalam Yoh 9, yang adalah orang biasa, bisa mengalahkan tokoh-tokoh agama dalam debat, yang menjadikan mereka marah dan mengusir dia.

Yoh 9:24-34 - “(24) Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: ‘Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.’ (25) Jawabnya: ‘Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.’ (26) Kata mereka kepadanya: ‘Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?’ (27) Jawabnya: ‘Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?’ (28) Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: ‘Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa. (29) Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang.’ (30) Jawab orang itu kepada mereka: ‘Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. (31) Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. (32) Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. (33) Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.’ (34) Jawab mereka: ‘Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?’ Lalu mereka mengusir dia ke luar”.

Jadi, tidak ada alasan bagi Frans Donald untuk kalah debat karena dia orang awam dan kami pendeta / penginjil. Apakah dia punya Roh Kudus atau tidak? Kalau punya, mengapa Roh Kudus tak membimbing dia dalam berargumentasi, seperti dalam kasus Stefanus? Saya akan jawab pertanyaan saya sendiri. Sudah jelas Frans Donald tak punya Roh Kudus. Ia tak percaya Roh Kudus adalah pribadi, dan ia juga tak percaya Roh Kudus adalah Allah. Bagaimana mungkin Roh Kudus bisa diam dalam hati orang seperti itu dan membimbing dia? Ada roh lain yang mau, yaitu roh jahat! Dia dibimbing roh jahat, kami dibimbing Roh Kudus, dan itu sebabnya kami menang!
2.   Tentang kata-kata Frans Donald bahwa kami adalah serigala berbulu domba, dan manusia berwatak ular beludak, saya menjawab sebagai berikut: Ini adalah kata-kata tolol, karena ia sendiri mengatakan bahwa kami ganas, galak, seperti preman dan sebagainya. Jadi, mana mungkin kami serigala berbulu domba? Kalau serigala berbulu domba, maka akan terlihat seperti domba, jadi pasti lemah lembut, halus dan sebagainya. Penggambaran ini justru cocok dengan Frans Donald dan kawan-kawan, yang penampilannya memang lebih halus dari kami. Maklum orang Jawa Tengah! Tetapi ajaran mereka sesat sehingga memang tepat kalau mereka disebut sebagai ‘serigala berbulu domba’. Kalau kami, memang dari luar kasar, tetapi di dalam kami benar dan lembut. Jadi, dari luar kelihatan seperti serigala, tetapi di dalamnya / sesungguhnya adalah domba. Jadi, kami lebih tepat disebut ‘domba berbulu serigala’. Ada juga yang kelihatan sebagai serigala dan memang betul-betul adalah serigala, yaitu rekan Frans Donald dari Kupang, A. G. Hadzarmawit Netti! Ini serigala yang tampil sebagai serigala!
3.   Adalah biasa orang sesat berkata seperti itu. Ini seperti maling teriak maling!

i)    Kalau Frans Donald mengatakan bahwa rekan-rekannya lebih berpengalaman menghadapi ‘serigala’ seperti kami, saya tanya: lalu mengapa mereka mundur juga dari perdebatan?

j)    Kalau Frans Donald mengatakan kami menggunakan kata-kata kasar, saya tanya: apakah dari pihak mereka tidak demikian? Saya ingat secara pasti bahwa setidaknya salah satu dari mereka (Benny) berkali-kali menggunakan kata ‘gila’ terhadap ajaran yang kami berikan berkenaan dengan keilahian Kristus dan Allah Tritunggal. Mengapa Frans Donald tak menegur temannya, supaya ‘tak menyinggung’ perasaan kami? Bahkan dalam tulisan Frans Donald yang sedang saya bahas ini, pada saat ia menyebut kami serigala, ular, dsb, apakah serangannya terhadap kekasaran kami tidak ia rasakan menampar mukanya sendiri? Saya jawab sendiri pertanyaan ini: mungkin itu menampar mukanya sendiri tetapi ia tidak merasakannya, karena tebalnya kulit mukanya!

k)   Juga dalam tulisan di internet Frans Donald mengatai Pdt. Stephen Tong dengan kata-kata ‘bermuka dua’, ‘bukan pengikut Yesus’, dan ‘bukan Kristen sejati’. Dan Frans Donald juga menyerang Bambang Noorsena dengan kata-kata ‘Sarjana Hukum dan Dosen yang berakhlak buruk dan memalukan’, ‘anak Iblis’, dan sebagainya. Apakah kata-kata Frans Donald ini sesuai dengan tulisannya di atas tentang kami? Ia mengatakan bahwa kata-kata kami ‘tidak bersahabat’, dan kami seharusnya mengadapi mereka ‘sebagai kawan-kawan Kristen’, juga bahwa kata-kata kami ‘menyakiti iman orang lain’, dan semua omong kosong yang lain? Mengapa Frans Donald tidak berkaca dulu sebelum bicara atau menulis? Jangan munafik, sayang! Baca Mat 7:3-5 - “(3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.

l)    Tentang penghentian debat pertama, Frans Donald mengatakan bahwa moderator, yang adalah orang Islam yang menghentikan. Ini juga dusta, karena yang menghentikan adalah jemaat saya, yang belakangan saya marahi karena penghentian ini pasti menyenangkan dan menguntungkan bagi para Unitarian ini, yang pada saat itu sangat terdesak dalam perdebatan itu, dan betul-betul seperti petinju yang sudah groggy, yang tahu-tahu mendengar bunyi bel (‘saved by the bell’ / diselamatkan oleh bel).

Saya tahu bahwa moderator pada saat itu juga marah, tetapi sama sekali bukan karena sikap kami, tetapi sikap dari jemaat yang emosi melihat cara berdebat yang tidak fair dari kelompok Unitarian. Saya sendiri belakangan menegur jemaat tersebut. Tetapi Frans Donald menceritakan seakan-akan kami (saya dan Esra) yang menyebabkan penghentian tersebut! Ini dusta, bung! Dari sini terlihat bahwa Frans Donald-lah ular beludaknya, terus bicara dengan lidah bercabang!

m)  Frans Donald mengatakan bahwa dalam debat saya dan Esra memelintir ayat dan sebagainya. Lucunya, ia tidak memberi bukti apapun tentang hal itu. Saya tantang Frans Donald untuk membuktikan dan memberi contoh pemelintiran ayat Kitab Suci oleh kami! Mengapa ia tidak memberi contoh? Jelas karena memang tidak pernah ada pemelintiran ayat oleh kami. Yang banyak adalah pemelintiran ayat oleh mereka, yang lalu kami luruskan dengan cara sedemikian rupa sehingga mereka tidak bisa menjawabnya. Kalau saya mengatakan seperti ini, saya bisa memberi contoh:

1.   Frans Donald dan kawan-kawan menggunakan 1Kor 8:6 - “namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”. Mereka hanya menekankan bagian yang saya beri garis bawahi, dan lalu mengatakan bahwa berdasarkan kata-kata itu Yesus bukanlah Allah. Saya jawab dengan mengatakan: kalau kalian menggunakan bagian itu untuk mengatakan bahwa Yesus bukan Allah, lalu bagaimana dengan bagian yang saya cetak miring? Konsekwensinya adalah bahwa bagian itu harus diartikan bahwa Bapa itu bukan Tuhan. Saya menjelaskan bahwa bagi orang yang mempercayai doktrin Allah Tritunggal, maka 1Kor 8:6 ini tidak menimbulkan problem, karena sekalipun kami mempercayai Bapa maupun Yesus adalah Allah, kami tetap mempercayai hanya ada satu Allah, dan sekalipun kami mempercayai Bapa maupun Yesus adalah Tuhan, kami tetap mempercayai satu Tuhan. Ini bisa terjadi karena kami percaya adanya kesatuan hakekat antara Yesus dan Bapa (Yoh 10:30). Tetapi Unitarian tidak bisa mengharmoniskan kedua bagian dalam 1Kor 8:6 itu, karena bagi mereka, Yesus dan Bapa adalah dua pribadi yang terpisah total. Lalu saya tanya mereka: menurut kalian Bapa itu Tuhan atau bukan? Pertanyaan ini bagai buah simalakama bagi mereka, karena kalau mereka mengatakan Bapa itu Tuhan, akan bertentangan dengan 1Kor 8:6 yang mengatakan ‘satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus’. Tetapi di sisi lain, mereka tidak bisa mengatakan Bapa bukan Tuhan. Karena itu, beberapa kali mereka berputar-putar untuk menghindar dari pertanyaan saya, tetapi terus saya kembalikan pada pertanyaan itu. Sampai akhirnya Frans Donald terpaksa menjawab, dan ia berkata: ‘Dalam kontext itu, Bapa bukan Tuhan’!! Padahal mereka sendiri punya semacam slogan bahwa ‘kalau Allah pasti Tuhan, tetapi kalau Tuhan belum tentu Allah’. Seperti buku Ellen Kristi yang berjudul ‘Bukan Allah tapi Tuhan’. Lalu bagaimana Bapa bisa adalah Allah tetapi dalam kontext itu bukan Tuhan? Siapa yang memelintir ayat Kitab Suci?

2.   Frans Donald dalam bukunya menafsirkan Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Ia mengatakan bahwa ada dua kata ‘Allah’ dalam Yoh 1:1. Yang pertama dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), dan ini betul-betul Allah dan menunjuk kepada Bapa. Tetapi kata ‘Allah’ yang kedua dalam bahasa Yunaninya tidak menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), dan ini menunjuk kepada Yesus. Dan ia lalu mengatakan bahwa kalau tanpa kata sandang tertentu maka kata itu menjadi kata sifat. Ia memberi contoh: si hitam, si manis, si kecil dan sebagainya. Kalau kata sandang tertentu ‘si’ dibuang, maka yang tersisa adalah ‘hitam, kecil, manis’ yang semuanya adalah kata sifat. Demikian pula dengan Yoh 1:1, pada waktu kata ‘Allah’ digunakan untuk Yesus, karena penghapusan kata sandang tertentu, maka harus diartikan sebagai kata sifat yaitu ‘ilahi’. Jadi, ayat ini tidak menyatakan Yesus sebagai Allah, tetapi hanya mengatakan bahwa Yesus punya sifat ilahi. Dengan cara ini ia mau menghancurkan Yoh 1:1 sebagai bukti keilahian Yesus. Tetapi saya lalu menjawab argumentasinya dengan mengatakan bahwa contoh yang diberikan Frans Donald tidak cocok dengan ayatnya. Karena kata THEOS, yang diterjemahkan ‘Allah’ bukanlah kata sifat, tetapi kata benda. Lalu mengapa contoh atau illustrasi yang digunakan menggunakan kata ‘manis, kecil, hitam’ yang adalah kata sifat? Kalau digunakan contoh kata benda, seperti raja, presiden dsb, maka ada kata sandang tertentu atau tidak, tidak akan mengubah kata-kata itu menjadi kata sifat! Terhadap argumentasi ini juga mereka tidak bisa menjawab, tetapi mengalihkan pembicaraan pada hal yang lain. Dan kurang ajarnya Frans Donald, adalah bahwa ia tetap menggunakan argumentasi yang sudah saya hancurkan ini dalam buku-bukunya selanjutnya. Ini membuktikan bahwa orang ini memang melakukan penyesatan secara sadar dan sengaja!

Sebetulnya saya bisa memberi banyak contoh, tetapi saya kira dua contoh ini sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan siapa yang memelintir ayat! Memang biasa, maling teriak maling! Frans Donald, kata-kata ini anda tujukan kepada Pdt. Stephen Tong, tetapi sebetulnya cocok untuk anda sendiri, dan kawan-kawan anda! Kalian cuma sekelompok maling yang teriak maling, orang-orang sesat yang menunjuk orang lain sebagai sesat!

Debat Berlanjut 8 kali lagi

Setelah perdebatan yang belum tuntas tersebut, meskipun saya merasa bahwa Esra (yang adalah kawan lama dari sahabat saya pendeta Teddy, yang semula saya sangka bahwa Esra bisa jadi kawan saya juga meskipun harus beda paham) ternyata samasekali bukanlah seorang yang bersemangat kristiani, namun, Benny Irawan, sahabat saya (Tim Unitarian), ternyata masih berbaik hati dan bersedia melanjutkan ke pertemuan perdebatan berikutnya. Benny Irawan membuat janji kesepakatan dengan ‘sang Pendeta serigala berbulu domba’ (Budi Asali) untuk lanjut melakukan debat pada bulan-bulan berikutnya. Hingga akhirnya debat (yang dilaksanakan 1 kali dengan moderator dan 7 kali tanpa moderator) itu terjadi.

Tanggapan Budi Asali:

Ini lagi-lagi omong kosong dan dusta dari ular beludak ini. Debat dilanjutkan karena Benny ‘berbaik hati’? Memangnya kami mendapat keuntungan apa dari ‘kebaikan’ Benny itu? Menurut saya, saya sendiri ingin meneruskan debat, karena sekalipun kami menang mutlak dalam debat pertama itu, kami belum bisa meng-KO mereka. Dan dari pihak Unitarian, saya berpendapat bahwa mereka mau meneruskan debat itu dengan tujuan menebus kekalahan mereka. Sayang, yang terjadi adalah sebaliknya, dan dalam setiap ronde sampai ronde ke 9 itu mereka tak pernah menang satu kalipun, sampai mereka kalah KO di ronde ke 9!


Budi Asali selalu tampil dengan gayanya yang angkuh, pongah, galak khas serigala berbulu domba. Pernah dalam upaya meredakan keganasan Budi Asali, seusai satu sesi debat, saya sempat tegaskan demikian: “Pak Budi, umur anda sepantaran dengan ayah saya, jadi kalau bisa anggaplah saya dan Tim sebagai anak anda, yang artinya walaupun menurut anda kami ini sesat, tetapi hendaklah kita berdialog adu argumen dengan cara yang lebih kekeluargaan dan sehat dan saling menghormati secara intelektual”. Tapi ternyata upaya saya menyentuh hati Budi Asali dengan harapan agar suasana debat bisa lebih sehat tersebut sia-sia tak digubrisnya samasekali, bahkan Budi Asali makin tampil kasar dan sangat jauh dari karakter sebagai seorang Pendeta-gembala-guru Kristiani. Style (gaya, cara-cara) Budi Asali hanyalah menampilkan wajah Pendeta-guru Kristen yang Palsu (benar-benar cocok disebut serigala berbulu domba), hingga saudara Oktino Irawan benar-benar keheranan dengan berkata “Saya betul-betul heran, Frans, kok bisa orang seperti Budi Asali ini jadi Pendeta, aneh!”. Soal kekasaran Budi Asali ini belakangan juga saya dengar dari berbagai sumber bahwa ternyata di kalangan para penganut Trinitas sendiri banyak orang yang sangat tidak senang dengan Budi Asali (tentang hal ini pembaca bisa menyimak kabarnya di internet).

Tanggapan Budi Asali:
Lagi-lagi ular beludak ini berdusta. Frans Donald memang pernah mengatakan bahwa ditinjau dari sudut usia saya pantas jadi ayahnya dia. Tetapi ia tidak pernah mengatakan ‘anggaplah saya sebagai anakmu, dan sebagainya’. Seandainya dia mengatakan itu, saya pasti sudah menjawab: ‘Saya tak mau punya anak sesat seperti kamu!’.

Saya tahu bahwa banyak orang tidak senang saya, tetapi apa alasannya? Pertama, mungkin karena iri hati melihat kemampuan saya, baik dalam berkhotbah, mengajar, maupun dalam menulis dan berdebat. Kedua, mungkin karena mereka terserang, secara sengaja atau tidak, langsung atau tak langsung, baik kehidupannya ataupun ajaran / kepercayaannya, oleh ajaran saya, yang memang tak kenal kompromi. Juga perlu diingat bahwa orang yang percaya Allah Tritunggal belum berarti tidak sesat. Kalau mereka sesat dalam hal-hal lain, mereka tetap sesat, dan yang seperti ini pasti akan terserang oleh ajaran saya. Jadi, tak perlu heran kalau dalam kalangan orang-orang yang percaya Trinitas, ada orang-orang yang tidak senang kepada saya. Ketiga, mungkin memang ada kesalahan dari saya, baik dalam sikap, kata-kata, maupun tingkah laku saya. Saya tak pernah mengclaim diri sebagai orang tanpa salah, orang suci dan sebagainya. Saya tetap adalah orang berdosa, dan justru karena itu saya butuh Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya! Tetapi dalam segala kelemahan dan keterbatasan saya, saya betul-betul berjuang dengan bersemangat, baik dalam memberitakan Injil dan Firman Tuhan maupun dalam melawan nabi-nabi palsu, seperti kelompok Unitarian ini. Dan saya mempunyai motivasi yang betul-betul untuk Tuhan dan kebenaran, bukan untuk diri saya sendiri.


Selanjutnya, dalam perdebatan-perdebatan itu, tampak sekali, tak bisa disembunyikan, Budi Asali kelihatan betul-betul takut kalah* (istilah ‘kalah’ dalam perdebatan, ini saya gunakan dari kata-kata Budi Asali dan Esra Soru sendiri yang suka memakai istilah ‘kalah’. Di sini kata-kata ‘kalah’ yang mereka alamatkan pada Unitarian, terpaksa saya kembalikan kepada mereka berdua secara proporsional), yaitu dengan kelicikannya untuk menghindari ‘kedok terbongkar’, Pendeta Kristen Palsu ini mulai bertingkah makin licik dengan memberi aturan-aturan yang melarang-larang kami (TIM UNITARIAN) agar tidak membagi-bagi makalah-makalah kami kepada para hadirin. Unitarian dilarang bagi-bagi makalah, ini jelas bukti ketakutan dan kecemasan yang nyata! (Tampak sekali dia takut kalau-kalau anak-anak buahnya ada yang terpengaruh oleh pekabaran kami,

Tanggapan Budi Asali:

Di sini ular beludak ini menceritakan setengah kebenaran, sehingga menjadi fitnahan. Perlu diketahui bahwa debat ke 2 - 9 diadakan di gereja saya! Dan perlu diketahui juga bahwa mula-mula saya mengijinkan mereka membagikan makalah. Tetapi lalu saya tahu bahwa makalah yang dibagikan itu tidak ada hubungannya dengan materi yang diperdebatkan! Ini menyebabkan saya lalu melarang hal itu.

Frans Donald mengatakan bahwa itu membuktikan bahwa saya takut kalau jemaat saya tersesat? Hohoho, hati-hati kalau menggunakan istilah. ‘Takut’ berbeda dengan ‘waspada / hati-hati’, yang memang diperintahkan oleh Yesus. Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

Sebagai gembala sidang saya wajib menjaga jemaat saya dari kesesatan. Kalau makalah itu berisikan materi perdebatan (yang jelas tidak mungkin, karena waktu mau debat kita tidak bisa tahu perdebatannya bakal mengarah kemana), maka saya bisa membantah kesesatan yang mereka beritakan melalui makalah itu. Tetapi kalau makalah itu bukan materi debat, maka saya tidak bisa menetralisir kesesatan yang ada, dan kalaupun itu tidak menyesatkan jemaat saya, tetap bisa menyesatkan orang-orang lain, karena yang hadir dalam acara debat itu bukan jemaat saya saja, tetapi juga orang-orang Kristen dari gereja-gereja lain. Juga memungkinkan orang-orang Kristen dari luar itu mem-foto copy makalah-makalah yang berisikan ajaran sesat itu dan lalu menyebarkannya. Dan saya tidak mau gereja saya dijadikan sarana penyebaran ajaran sesat, karena kalau itu terjadi, saya bertanggung jawab atas penyesatan tersebut.

Dan satu hal lagi yang perlu diketahui berkenaan dengan hal ini adalah bahwa dalam pelarangan pembagian makalah, saya bersikap fair. Mereka tidak boleh membagikan makalah, dan saya maupun Esra juga tidak boleh. Dan hal ini saya katakan kepada Frans Donald dan kawan-kawan. Masih kurang?


dan belakangan diketahui bahwa memang benar beberapa di antaranya akhirnya sudah  menjadi penolak paham “Yesus Allah sejati”). Dan makin lama Budi Asali mulai makin banyak mengatur dan melarang-larang kami, padahal status kedua belah pembicara adalah sama haknya, Budi Asali bukan pimpinan kami, jadi tak sepantasnya Budi Asali main mengatur-atur dan melarang-larang kami seenaknya sendiri.

Tanggapan Budi Asali:

Dusta lagi. Frans Donald memang tak tahu malu dengan dusta-dustanya. Melarang dalam hal apa? Menuduh seenaknya, tanpa bukti dan penjelasan! Kalau tidak salah, pada ronde ke 7, mereka mulai minta pergantian thema. Pada saat itu kami membahas Ibr 1, dan pembahasan belum selesai! Tetapi mereka minta ganti thema. Tentu saja saya tidak mau. Mengapa? Karena saya tahu bahwa pembahasan ayat per ayat dari Ibr 1 itu akan sampai pada ay 8, yang merupakan ayat yang akan menghancurkan mereka dalam argumentasi. Saya sudah nyatakan itu kepada mereka. Kalau sampai pada ay 8, kamu pasti hancur. Mungkin kata-kata saya itu membuat mereka ketakutan setengah mati sehingga secara tidak tahu malu mereka minta ganti thema. Kalau memang ini yang dimaksud, maka ini bukan larangan. Mereka yang minta sesuatu secara tidak tahu diri. Kata mereka pembahasan Ibr 1 sudah selesai, padahal sebetulnya belum, karena saya belum mengeluarkan ‘bom nuklir’ saya, yaitu pembahasan ay 8nya. Enak saja minta ganti thema! Kalau tak berani lanjutkan ya menyerah saja! Dan itulah yang akhirnya mereka lakukan. Dari pada menghadapi ‘ledakan bom nuklir’ saya, mereka menghentikan perdebatan!
Saya usul kepada Frans Donald, kalau memang kalah lebih baik mengaku kalah dan bertobat. Dengan cari-cari alasan, kebodohan dan kesesatanmu makin nyata kepada semua orang!


Maka akhirnya, setelah perdebatan yang ke 9 kali, karena kami tidak setuju dengan gaya ‘semau gue’ / sok ngatur ‘jangan begini-jangan begitu, tidak boleh begini-tidak boleh begitu’ yang makin gencar dilakukan oleh Budi Asali, maka kami pun memutuskan menghentikan debat tersebut, kendati belum tuntas. Sayangnya,  pasca perdebatan 9 kali tersebut, secara licik Budi Asali dan Esra kemudian memelintir fakta dengan bersaksi bahwa TIM UNITARIAN TELAH KALAH DAN MENYERAH. Bahkan demi upaya menyebar kabar miring tersebut Esra Soru melalui Koran TIMOR EXPRESS mengatakan bahwa “Perdebatan tersebut berlanjut hingga berakhir dengan menyerahnya FD, dkk pada pertemuan ke IX”. Ini adalah suatu pemberitaan yang tidak fair. Begitu pula dengan Tabloid GLORIA yang sempat memberitakan kabar miring tentang perdebatan Unitarian dengan Budi Asali, yang seolah Budi Asali memenangkan debat dan Unitarian kalah. Dalam hal ini Tabloid GLORIA telah memelintir fakta, memberikan informasi miring pada publik demi mengesankan kekalahan Unitarian. Dan ketika pada salah satu sesi debat berikutnya anggota Tim Unitarian menanyakan pada hadirin “siapakah salah satu dari hadirin yang adalah (atau tahu keberadaan) wartawan GLORIA yang telah menulis berita miring tentang Unitarian?”, tak satupun yang berani mengaku.

Tanggapan Budi Asali:

Tak ada larangan macam-macam. Ini cuma omong kosongnya Frans Donald, untuk menutup-nutupi kekalahan mereka. Mulai sekitar ronde ke 7 itu mereka mulai mempersoalkan harus ada moderator, harus boleh bagikan makalah (padahal tadinya sudah disetujui bahwa kedua pihak tak boleh bagikan makalah), dan mereka minta ganti thema. Saya tolak usul tentang moderator, karena 2 x menggunakan moderator tidak membuat perdebatan makin lancar, tetapi makin lambat karena ada moderator sebagai pengantara. Selain 3 hal ini tidak ada larangan lain.

Mereka menuduh pemberitaan oleh tabloid Gloria berasal dari kami, padahal wartawannya sendiri yang hadir, meliput, dan menulis menurut pandangannya dan penilaiannya sendiri tentang perdebatan itu.

Kalau masih merasa tidak puas, bagaimana kalau debat di Kupang saja? Boleh kalian dibantu A. G. Hadzarmawit Netti, saya dan Esra akan bantai kalian berlima!

Jika Unitarian Menghentikan Debat, apakah artinya = Unitarian menyerah?

“Unitarian menyerah di debat yang ke-9”. Pernyataan ini hanyalah tipuan kekanak-kanakkan dari Esra Soru dan gurunya, Budi Asali, untuk menciptakan opini publik yang dianggap akan menguntungkan mereka berdua. Memang orang-orang yang tidak tahu dengan benar kronologi dan alasannya mengapa kami (Unitarian) akhirnya terpaksa memilih menghentikan Debat di Surabaya tahun 2007 itu, bisa saja menyangka bahwa kabar “Unitarian menyerah di debat yang ke-9” seperti yang digembar-gemborkan kubu Budi Asali dan Esra tersebut, sebagai fakta adanya. Nah, tipuan Budi Asali dan Esra Soru dalam kasus ini perlu diklarifikasi.
Mengapa dan apa sih alasan utama kami (Unitarian) terpaksa memilih untuk menghentikan debat? Karena kalah, karena sudah hancur, atau karena apa, tentu yang berhak mengklarifikasi jawabannya adalah dari pihak Unitarian (sebagai Tim / pihak yang berterus terang menghentikan debat) dan bukan dari pihak lain (apalagi kabar miring dari Tim Trinitarian) yang mungkin hanya bisa mereka-reka alasannya saja, tanpa kebenaran fakta yang bisa dipertanggung jawabkan di hadapan manusia dan Allah. Nah, perhatikanlah saudara-saudari sekalian, jawabannya mengapa Tim Unitarian memilih berhenti adalah (tiga alasan utama):
Pertama, karena Budi Asali telah nyata-nyata sudah berlaku sebagai ‘pengecut’ intelektual yang sangat licik dan curang, yaitu dengan berkali-kali mengatur-atur (memerintah dan melarang) kami (Unitarian) untuk tidak membagi-bagikan makalah (tulisan) yang kami buat dalam setiap acara debat. Menggelikan bukan?, adu argumen dalam debat terbuka kok tidak boleh bagi-bagi makalah kepada hadirin, fakta ini hanya makin membuktikan ketakutan (tepatnya kepengecutan) Budi Asali terhadap tulisan-tulisan kami (Unitarian) yang nyata-nyata sanggup mengguncang iman para penganut paham “Yesus Allah sejati”-Trinitas (dan memang terbukti banyak penganut Trinitas yang kini sudah jadi penolak Trinitas atau tidak lagi meyakini Yesus sebagai Allah sejati). Terlebih lagi secara terang-terangan di depan kami Budi Asali menegaskan kalimat-kalimat yang intinya demikian “kalian (Unitarian) jangan bagi-bagi makalah atau tulisan agar jangan sampai di luar sana nama Gereja saya (gerejanya Budi Asali) tercoreng dan disangka menyesatkan orang oleh akibat tulisan-tulisan yang kalian bagikan!”. Oi..oi..oi, pernyataan Budi Asali tersebut hanyalah menunjukkan pernyataan dari seorang PENDETA PENGANUT PAHAM “YESUS ALLAH SEJATI” PALING PENGECUT yang pernah kami hadapi. Apapun dalih atau alasannya untuk menghindari ‘pembagian makalah Unitarian’, Budi Asali kelihatan sekali sangat tidak gentle secara intelektual dan sangat ketakutan terhadap ‘tulisan-tulisan / makalah’ pihak Unitarian. Dalam zaman keterbukaan terhadap informasi seperti sekarang ini, e..e..e, Budi Asali sebagai ‘guru dan pendeta’ kok malahan nekad bertindak sebagai ‘penjahat intelektual’ dengan tegas-tegas mencekal (mencegah, menghalangi, melarang) pembagian informasi (makalah / tulisan) dari pihak Unitarian. Kalau memang Unitarian benar-benar kalah selama perdebatan-perdebatan dengan Budi Asali lantas mengapa makalah / tulisan kami (Unitarian) harus anda ‘cekal’ wahai Budi Asali? Sebagai orang terpelajar (apalagi sampai bergelar M. Div.) semestinya Budi Asali sangat tidak patut melarang-larang beredarnya tulisan / karya-karya yang berisi pandangan-pandangan Unitarian terhadap kesalahan doktrin “Yesus Allah sejati”! Apapun isi tulisan Unitarian tidak perlu disembunyikan apalagi sampai dilarang!

Tanggapan Budi Asali:
Hehehe, ini omongan orang yang betul-betul tidak Alkitabiah. Alkitab sendiri menyuruh orang-orang Kristen waspada terhadap nabi-nabi palsu, dan saya harus mengijinkan mereka melakukan pembagian makalah sesat mereka di gereja saya? Dan apapun alasan saya, tak peduli itu alasan Kitab Suci, Frans Donald anggap saya salah? Lucu sekali! Memangnya saya peduli Frans Donald anggap saya salah atau tidak? Saya hanya peduli penilaian Tuhan, bukan penilaian manusia, apalagi yang sesat seperti Frans Donald!

Jangan cari alasan soal makalah. Kalau ajaran / argumentasi dalam makalah-makalah itu begitu hebat, kalian bisa memberikannya dalam debat. Mengapa dalam debat tak muncul bahan kalian yang hebat itu? Yang ada hanya argumentasi-argumentasi konyol, yang dengan mudah saya hancurkan!

Bahkan dalam tulisan ini tak ada argumentasi. Yang ada hanya tindakan mencari-cari kesalahan, dan sama sekali bukan mempersoalkan kebenaran dari apa yang diperdebatkan! Sengaja menghindar, Frans?


Bahkan saya sempat mendapat laporan dari distributor toko buku saya di Surabaya yang menginformasikan kalau pihak toko buku telah mendapat teror intimidasi dari beberapa orang yang mengaku Kristen di Surabaya agar tidak lagi memajang buku-buku Frans Donald dengan alasan buku itu sesat dan penulisnya pernah disidang dalam satu gereja di Surabaya. Entah apakah oknum-oknum yang mengintimidasi toko buku tersebut adalah dari pihak (kroni) Budi Asali dan Esra ataukah dari pihak lainnya yang mungkin juga merasa kebakaran jenggot atas kehadiran buku-buku karya Frans Donald yang telah menelanjangi kerapuhan (bahkan sanggup meruntuhkan) doktrin “Yesus Allah sejati” yang mereka ajarkan selama ini. Siapapun oknum (tukang teror yang mengintimidasi toko buku) itu hanyalah seorang ‘PENGECUT INTELEKTUAL’ yang sama pengecut dan liciknya dengan seorang Budi Asali yang telah juga terang-terangan melarang Unitarian membagi-bagi tulisan / makalah.

Tanggapan Budi Asali:
Kalau saya tidak mangakui hal ini, apa Frans Donald bisa membuktikan kata-katanya? Saya yakin ia tidak bisa. Tetapi saya bukan pendusta, dan saya tak mau berdusta. Tentang hal ini Frans Donald memang benar. Saya tahu orang yang melakukan itu, tetapi saya tak perlu ungkapkan identitasnya. Yang jelas orang itu bukan saya ataupun Esra, dan ia melakukan bukan atas perintah saya atau Esra, tetapi atas inisiatif pribadinya sendiri.

Lalu apa hubungannya ini dengan tindakan mereka yang menyerah di ronde ke 9 itu? Apa gunanya cerita ini? Seandainya tindakan itu salah, apa itu kesalahan kami? Jangan membelokkan pembicaraan Frans!


Kalau memang buku-buku saya dianggap kontroversial atau sesat, maka buatlah saja karya buku tandingannya, bung! Masyarakat kita banyak yang cerdas dan terpelajar, yang tentunya ketika membaca suatu tulisan maka orang-orang yang jujur akan bisa menimbang dengan nurani dan intelektualnya masing-masing mana karya tulisan (buku / makalah) yang berkata benar dan mana yang sesat. Dan juga kalau makalah-makalah Unitarian oleh Budi Asali dianggap sebagai sesat, ya silakan secara intelektual dan gentleman Budi Asali buat tulisan tandingannya juga dong, pak M Div.! Jangan main ‘intimidasi intelektual’ seperti yang telah anda lakukan terhadap kami (Unitarian) yang justru hanya makin membuktikan bobot kerdil intelektual dan kepengecutan, kelicikan dan kecurangan anda wahai Budi Asali!

Tanggapan Budi Asali:
Pak ‘tanpa gelar’, anda minta saya membuat buku tandingan terhadap buku-buku / tulisan-tulisan anda? Maaf, terus terang saya tidak mampu. Saya tidak pernah mau ataupun mampu membuat buku / tulisan sejelek buku / tulisan anda, sehingga layak diberi nama ‘tandingan’ bagi buku-buku / tulisan-tulisan anda. Kalau buku / tulisan yang jauh lebih bermutu, lebih berbobot, dan ‘bukan merupakan tandingan’ buku-buku anda, maka saya sudah membuatnya jauh sebelum anda. Itu adalah tulisan / buku saya tentang Saksi-Saksi Yehuwa, yang argumentasinya mirip tetapi jauh lebih bagus dan kuat dari buku-buku anda maupun kelompok anda. Juga saya membuat tulisan di internet tentang tulisan / buku anda, tetapi ajaib, sampai sekarang tak ada tanggapan apapun dari anda. Jadi, siapa yang pengecut? Sekarang mau debat tertulis di TIMEX? Ayo, saya layani sampai mati. Dan boleh minta bantuan rekan anda dari Kupang, A. G. Hadzarmawit Netti! Saya siap membantai dia juga.

Kedua, dalam acara debat di Surabaya tahun 2007 itu, sebagai nara sumber, posisi kami (Unitarian) dan Budi Asali adalah sama. Artinya, Budi Asali samasekali bukan pimpinan kami, sehingga sangat tidak proporsional samasekali (sangat memalukan) dan hanya makin menampakkan kepengecutan serta kecurangannya yang nyata-nyata, ketika seorang Budi Asali bertindak melarang-larang Tim Unitarian untuk tidak membagi-bagi makalah atau membagi tulisan apapun kepada hadirin. Kalau saudara Benny dan Oktino berwewenang tegas melarang saya (Frans Donald) agar tidak melayani aturan atau kemauan Esra Soru, maka itu wajar sebab Benny Irawan dan Oktino Irawan memang adalah anggota Tim serta senior (sekaligus guru-guru penolak paham “Yesus Allah sejati”) bagi saya (Frans Donald). Tapi jika seorang Budi Asali  kemudian malah ketakutan dengan tulisan dan makalah-makalah saya, maka ini hanyalah wujud nyata kepengecutan dan kecurangan Budi Asali terhadap suatu acara debat terbuka yang dewasa sehat dan cerdas serta intelektual.
Ketiga, bagaimanapun cara-cara Budi Asali yang selalu tampil emosional, geram, berkata-kata kasar, hingga selalu menciptakan situasi debat yang panas, tidak sehat, argumen-argumen yang sangat tidak intelektual, gaya-gaya kampungan, premanisme, dllnya, maka dengan sangat terpaksa kami (Unitarian) memutuskan untuk menghentikan acara debat dengan pertimbangan agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Dari ketiga alasan utama itulah yang akhirnya TERPAKSA membuat kami mengambil keputusan untuk menghentikan debat yang sangat tidak sehat dan penuh kecurangan tersebut. Keputusan berhenti itu benar-benar terpaksa (sesungguhnya kalau bisa kami tidak ingin berhenti samasekali sebelum Budi Asali cs bertobat atau sadar semuanya), sebab pada hakikatnya kami (TIM UNITARIAN: Benny Irawan, Oktino Irawan, Tirto Sujoko dan Frans Donald) adalah orang-orang yang sangat gemar (suka sekali) berdialog atau debat sehat perihal kekeliruan paham doktrin “Yesus Allah sejati”.
Nah, setelah setahun melihat perkembangan pasca debat di Surabaya, kini perlu kami (Unitarian) tegaskan bahwa, kami (Tim Unitarian) berharap untuk suatu saat nanti semoga bisa kembali melanjutkan debat dengan Budi Asali cs namun dengan aturan main yang fair dan sehat, misal beberapa poin yang penting di antaranya: Acara debat mutlak harus pakai Moderator pemimpin acara yang netral / benar-benar moderat (agar Budi Asali tidak sok memimpin dan sembarangan main mengatur-ngatur), suasana santun, dan debat harus benar-benar terbuka secara hadirin maupun terbuka secara intelektual (TIDAK BOLEH MELARANG NARA SUMBER MEMBAGI-BAGI MAKALAH!).

Tanggapan Budi Asali:
Kalau anda mau menunggu saya ‘bertobat’, anda harus menunggu sampai akhir jaman! Hehe, anda mau debat lagi? Sekarang saya yakin, anda berani menantang, karena punya rekan baru dari Kupang, A. G. Hadzarmawit Netti! Saya tidak takut, saya mau saja melanjutkan debat, tetapi tergantung tempatnya dimana. Pakai moderator juga boleh, asal saya tahu orangnya betul-betul netral, dan tegas dan bisa mengendalikan kalian, kalau kalian tidak menjawab pertanyaan / serangan kami, dan lalu mengarahkan pembicaraan ke hal yang lain. Tentang makalah, saya setuju dengan satu syarat, yaitu kalian hanya boleh membagikan makalah sesuai dengan apa yang diperdebatkan. Tetapi untuk itu jelas kalian harus tahu lebih dulu, nanti perdebatannya mengarah kemana. Untuk itu harus jadi para normal dulu, pak ‘tanpa gelar’!

Tujuan kalian mempertobatkan kami, bukan? Dalam debat kami bisa mendengar argumentasi kalian. Lalu apa urusannya dengan makalah? Omong kosong belaka! Saya tidak mau perdebatan itu menjadi sarana bagi kalian dalam menyebarkan kesesatan kalian. Kalian boleh berusaha menyebarkan kesesatan, tetapi saya harus punya kesempatan untuk memberikan jawaban terhadap kesesatan tersebut, dan itu tidak mungkin kalau kalian membagikan makalah yang bukan merupakan materi perdebatan!
Kalau memang mau membagikan materi tertulis, mengapa harus dalam acara debat? Anda bisa saja membagikan buku-buku anda secara gratis di seluruh Kupang ataupun Surabaya! Saya tanya sekali lagi: mengapa harus dalam acara debat?

Sebelum saya (Frans Donald) lanjutkan ke pembahasan berikutnya, berikut saya sampaikan pula sedikit tambahan (titipan) info oleh saudara Benny Setia Irawan.

Shaloommmmmmm...
Melalui tulisan ini, saya (Benny Setia Irawan) memberikan tambahan kesaksian mengenai saat-saat terakhir dihentikannya acara debat antara Unitarian dengan Trinitarian tahun 2007 lalu.
Saya, Benny Setia Irawan, adalah salah seorang pembicara Tim Unitarian dalam acara debat antara Unitarian dengan Trinitarian yang diadakan di Jl. Dinoyo, Surabaya, 2007.
Berikut ini sedikit kesaksian saya :
Disepakati bahwa masing-masing diperbolehkan menyampaikan topik yang dikehendaki, kemudian pihak yang lain menanggapinya sampai tuntas. Demikian dilakukan secara bergantian.
Pada suatu pertemuan, Tim Trinitarian mengangkat topik  Ibrani 1, sedangkan Tim Unitarian mengangkat topik : Tidak seorangpun pernah melihat Allah. Saat itu, karena pembahasan dirasa belum tuntas, topik yang sama disepakati untuk dibahas kembali pada pertemuan berikutnya. Dan kenyataannya, pembahasan tentang Ibrani 1 dilakukan setidaknya  2 kali  pertemuan (atau mungkin 3 kali)  berikutnya secara berturut-turut.
Setelah 2 atau 3 pertemuan itu, Tim Unitarian merasa penjelasan yang bisa diberikan mengenai Ibrani 1 sudah tuntas. Saya menyampaikan masalah ini kepada Budi Asali sebagai  pemberitahuan bahwa pada pertemuan berikutnya  kami akan membuka topik “anti trinitas” yang lain. Dalam pembicaraan itu  - yang saya lakukan via sms - saya mempersilakan Tim Trinitarian  membahas kembali Ibrani 1 apabila dirasa belum tuntas. Dengan demikian kesepakatan awal, bahwa “masing-masing bebas memilih topik” tetap terjaga. Tetapi heran, usulan ini ditolak. Sebaliknya, Budi Asali memaksa saya untuk terus membahas Ibrani 1.   Karena khawatir kalau maksud saya ini kurang dimengerti,  saya kembali memberikan penjelasan  bahwa  kami tidak melarang  Tim Trinitarian membahas terus Ibrani 1, dan kami pasti menanggapinya sebagai sanggahan. Sedangkan saat tiba giliran kami menyampaikan materi,  kami akan menyampaikan topik yang lain, karena kurang berguna kalau kami harus mengulang-ulang masalah yang sama. Atas penjelasan ini, Budi Asali tetap tidak bisa menerimanya, dan memaksa kami untuk terus membahas Ibrani 1. Karena saya merasa ada ketidakadilan dalam hal ini, maka akhirnya saya menolak usulan itu.  

Tanggapan Budi Asali:
Memang sudah biasa kalau orang kalah tidak mau mengaku kalah. Sangat jarang orang kalah mau mengaku kalah secara fair. Seumur hidup saya baru mengalami ada satu orang seperti itu. Biasanya selalu cari-cari alasan untuk menutup-nutupi kekalahannya.
Selain menuntut pergantian topik ini, team Unitarian juga tahu-tahu minta moderator, padahal dalam debat-debat sebelumnya sudah pernah dua kali menggunakan moderator, dan malah menjadikan semua kacau. Dan sekalipun saya sendiri menjadi moderator, saya selalu bertindak fair dengan memberi mereka waktu yang lebih dari cukup. Kalau ada satu kali saja saya dirasakan bertindak tidak fair, tolong tunjukkan kapan, dimana dan dalam keadaan apa!

Adalah omong kosong kalau topik Ibr 1 itu sudah selesai, karena kami membahas ayat per ayat. Dan mereka selalu berputar-putar kalau sudah tak bisa menjawab, menyebabkan perdebatan majunya lambat sekali. Kami waktu itu baru sampai sekitar ay 5 atau 6 (saya tak ingat pasti), dan senjata utama kami ada di ay 8 (itu saya beritahukan kepada mereka sebelumnya, dan mungkin itu yang menyebabkan mereka takut dan lalu menghentikan debat sebelum masuk ke pembahasan ay 8).
Disamping, mengingat topik Ibr 1 itu kami yang memunculkan, dari mana Benny bisa tahu kalau topik itu sudah selesai? Ia tidak tahu senjata apa yang ada pada kami yang belum digunakan, jadi bagaimana mungkin ia yang memutuskan bahwa topik itu sudah selesai? Lucu sekali! Omongan orang yang tidak punya logika!
Sebetulnya dalam debat itu, pada akhir dari debat ke 8 saya sudah meramal dan menyampaikan kepada beberapa teman-teman bahwa tak lama lagi mereka akan menyerah. Mengapa saya bisa meramal? Karena tanda-tandanya jelas. Mereka tak pernah menang dalam satu pointpun, sebaliknya mereka berulang kali tak bisa menjawab serangan kami, dan lalu mengalihkan pembicaraan ke tempat lain, berputar-putar, dan sebagainya, dan memang sangat terlihat di mata saya bahwa mereka sangat frustrasi menghadapi kami! Menghadapi orang-orang lain mereka mungkin memang sering menang, tetapi menghadapi kami, gereja kecil, mereka dibantai habis-habisan! Jadi ibarat tinju, mereka seperti petinju yang sudah dihajar habis-habisan selama 9 ronde, dan sudah ‘punch-drunk’ (mabuk pukulan), sehingga ‘menyerah’ memang merupakan keputusan yang bijaksana (dari pada mati)! Sayangnya mereka menyerah secara tidak fair!
Bahwa mereka mau topik lain dan kami melanjutkan Ibr 1 merupakan suatu usul yang gila dan tak sesuai perjanjian. Perjanjiannya, topik yang satu beres dulu baru pindah ke topik yang lain. Dan topik Ibr 1 memang belum selesai. Jadi, siapa yang melanggar perjanjian?
Kalau ada yang mau membuktikan siapa yang benar dalam hal ini, caranya mudah saja. Kami punya DVD debat itu komplit. Silahkan hubungi saudara Chandra no HP 108332588000. Kami hanya jual dengan harga 20rb / keping.
Satu hal lagi, kalau mereka memang menang dalam debat, mengapa gerangan mereka tak pernah mengedarkan DVD debat itu? Kami yang mengedarkan! Kalau kami kalah dan kami mengedarkan, kan kami gila! Mereka memang tidak merekam debat2 yang belakangan, tetapi saya kira debat pertama mereka rekam, tetapi itupun mereka tidak edarkan. Dan debat2 yang belakangan, kalau mereka minta dari kami, kami akan memberikannya. Jadi siapapun mau buktikan siapa yang kalah atau menang, siapa yang berdusta dan yang jujur, silahkan nonton sendiri DVD debat itu!


Kemudian setelah saya memberikan penjelasan yang sangat jelas mengenai sikap kami untuk mengakhiri acara debat,  Budi Asali mengirimkan pertanyaan kepada saya yang intinya sbb (maaf, detail persisnya saya lupa):  “Apakah berarti anda menghentikan acara debat?”  Sempat saya bertanya dalam hati. “Sudah jelas koq pakai nanya?”  Saya merasa ada maksud tersembunyi di balik pertanyaan ini.  Walaupun demikian, saya menjawab “Ya!” Lantas Budi Asali kemudian menjawab “OK”.  Demikian komunikasi saya dengan Budi Asali berakhir.
Beberapa hari kemudian setelah itu, seseorang mengirimkan sms kepada  rekan Unitarian saya, agar membuka  internet, dengan alamat yang juga ditunjukkan oleh orang itu.. Sms itu disertai ejekan yang ditujukan kepada kami (Tim Unitarian). Selanjutnya oleh rekan Unitarian, sms itu diteruskan ke saya. Ketika saya membuka internet, saya terkejut dengan semua yang saya lihat. Ejekan, celaan ditujukan kepada kami melalui photo ataupun kalimat-kalimat yang tidak pantas. Kecurigaan saya saat ber-sms dengan Budi Asali tampaknya terbukti. Rupanya dia sedang menjebak saya agar saya terbukti membuat pernyataan yang menghentikan acara debat itu.  Mengertilah saya, bahwa bagi Budi Asali dan teman-teman, “Berhenti berarti kalah”. Astaga….

Tanggapan Budi Asali:
Saya menanyakan sama sekali bukan untuk menjebak, tetapi untuk memastikan. Mengingat dalam debat mereka sering membolak balik omongan, maka saya mau memastikan bahwa mereka memang ingin berhenti. Dengan demikian, nanti mereka tak bisa lalu menuduh kami yang menghentikan debat. Sekali lagi, ini bukan menjebak, dan tak ada maksud lain dibaliknya, tetapi sebaliknya, saya berikan pertanyaan itu karena saya tak mau dijebak dengan kata-kata mereka yang sering berarti ganda (dubious) sehingga bisa dibolak-balik.

Masih bisa berkata ‘astaga’??? Berhenti memang berarti kalah, bung! Kalau dalam tinju ada petinju yang tak mau melanjutkan pertandingan yang memang belum selesai, lalu ia dinyatakan kalah, apakah ada petinju yang lalu berkata ‘astaga’??? Kalau dalam lomba lari maraton ada pelari yang berhenti di tengah jalan dan lalu dianggap kalah, apakah ia bisa berkata ‘astaga’? Jawabnya: bisa, KALAU IA GILA!

Ellen Kristi, seorang Unitarian lain dalam kelompok mereka, juga berdebat dengan saya melalui email. Nasibnya sama. Setelah 9 ronde, ia berhenti. Ia saya anggap kalah. ‘Astaga’???


Masalah ini saya ceritakan kepada seorang teman. Teman ini  semula adalah seorang Trinitarian, saling kenal dengan Budi Asali, yang setelah mengikuti  2 (dua) kali acara debat, berangsur-angsur dan akhirnya meninggalkan iman Trinitasnya. Karena merasa memiliki akses terhadap Tim Trinitarian, teman tersebut kemudian menanyakan masalah ini kepada Budi Asali. Berdasarkan pengakuannya, katanya Budi Asali juga tidak setuju dengan dimuatnya berita itu. Tetapi heran, edisi itu tetap ada (bahkan sampai setahun berlalu!).

Tanggapan Budi Asali:
Saya berani dihadapkan dengan Benny dan orang itu (namanya Agus Sani). Saya tidak mengatakan seperti yang Benny katakan! Agus Sani mengkritik kami katanya foto-foto itu dan kalimat yang ditulis di bawahnya tidak cocok / out of context. Saya jawab, saya tahu kalau itu out of context. Lalu saya jelqaskan, kamu (Agus Sani) tidak mengerti bagaimana perasaan kami selama debat dengan orang-orang Unitarian ini. Mereka sama sekali tidak fair, selalu mbulet, berputar-putar, dan kalau menghadapi serangan yang tak bisa mereka jawab selalu menghindar dan sebagainya. Itu membuat kami seringkali sangat jengkel. Untuk melampiaskan kejengkelan itu, setelah mereka menyerah, kami memasang foto-foto dan tulisan-tulisan di bawahnya yang memang out of context untuk menjengkelkan mereka. Saya tidak pernah mengatakan kepada Agus bahwa saya tidak setuju pemasangan foto-foto dan tulisan-tulisan itu. Sebaliknya, saya yang mengusulkan kepada saudara Esra untuk memasang foto-foto dan tulisan-tulisan itu.


Demikianlah sedikit kesaksian saya (Benny Setia Irawan) tersebut. 
Masalah ini memang sudah lama berlalu,  dan sayapun tadinya tidak merasa perlu untuk menuliskan kesaksian ini. Tetapi karena kesimpangsiuran dan adanya pembohongan/pemelintiran informasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin menjatuhkan Unitarian, terpaksa kesaksian ini saya tuliskan

Tanggapan Budi Asali:
Saya juga malas menulis tulisan ini, tetapi karena Benny dan Donal Bebek (panggilan kami untuk Frans Donal) berdusta terus2an tentang hal ini, saya tetap merasa perlu menuliskan tanggapan ini.


Bagi pembaca yang dewasa, tentu akan bisa memahami bahwa:

- Keputusan untuk menghentikan acara debat  bukan berarti kami kalah. Bahkan sesungguhnya kalau mau dihitung menang-kalah, Trinitarian-lah yang layak disebut kalah. (Faktanya jelas tak terbantahkan) bukankah beberapa orang dari pihak Trinitarian akhirnya meninggalkan iman Trinitas-nya?  Tapi sudahlah ! Sesungguhnya, ini bukan masalah kalah atau menang. (Kalaupun akhirnya banyak orang yang meninggalkan Trinitas, itu sebenarnya adalah karena kesadarannya sendiri, bukan hasil karya kami. Kami hanya menabur).

Tanggapan Budi Asali:
Orang yang dewasa dan punya logika dan bisa menggunakannya dengan baik tentu tahu bahwa orang yang menang tidak akan menghentikan debat (kecuali kalau sampai berkelahi dsb, yang tidak pernah terjadi dalam debat kami dengan Unitarian). Pada waktu kami debat melawan kelompok Yahwehisme, saya membentak satu jemaat saya sendiri karena di belakang dia memberikan tanda untuk menghentikan debat. Mengapa saya marah? Karena pada saat itu kelompok Yahweh-isme (Teguh Hindarto dan Kristian Sugiarto) sedang sangat terdesak. Kami sedang menang / sangat di atas angin, dan seorang jemaat saya mau menghentikan? Itu bodoh, dan karena itu saya bentak dia! Cerita ini menunjukkan bahwa dalam debat, orang yang sedang menang pasti tak mau berhenti. Sebaliknya ia ingin meneruskan untuk menghancur-totalkan argumentasi lawan. Jadi, adalah omong kosong kalau berhenti tidak berarti kalah.

Tentang adanya orang-orang yang pindah dari Trinitarian ke Unitarian, seandainya itu ada, itu tak membuktikan kami kalah. Kalah menang harus diukur secara obyektif dari debat itu sendiri. Silahkan nonton debat itu dan lihat berapa kali mereka gelagapan tidak bisa menjawab dan lalu lari ke tempat lain, lalu saya kembalikan ke topik yang sedang dibahas, lalu mereka lari lagi dan seterusnya. Kalau ada orang yang memang pindah ke Unitarian, sekalipun rasanya aneh, tetapi sebetulnya biasa saja. Mengapa? Karena banyak orang bodoh yang tak bisa menggunakan logika, dan semua orang ada dalam keadaan bejat total, sehingga lebih menyukai racun dari pada makanan bergizi! Bdk. 2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.
Mungkin Benny membicarakan Agus Sani yang ‘pindah’ ke Unitarian. Saya sendiri sempat bicara dengan Agus Sani tentang kemurtadannya itu, dan saya tanya mengapa? Ia jawab, ia tak pernah mengerti Tritunggal. Jadi, ia sebetulnya tidak pernah menjadi Trinitarian!
Jadi, propaganda mereka untuk menggunakan hal ini sebagai bukti kemenangan mereka, merupakan propaganda murahan.
Bagi saya tak masalah kalau ada orang-orang yang setelah itu pindah dari Trinitarian ke Unitarian. Mengapa? Saya yakin bahwa yang pindah itu tidak pernah menjadi Trinitarian yang sejati. Dan saya pikir lebih baik kambing-kambing pindah ke gereja mereka dari pada merusak gereja Trinitarian. Saya lebih memilih sedikit domba dari pada banyak kambing!

- Kalau bagi mereka (Budi Asali dan Esra) “Berhenti berarti kalah”, bagaimana dengan ide Jawa “Sing waras ngalah!”(yang berpikiran sehat memilih mengalah saja)Tapi sudahlah ! Kita semua tidak boleh takabur !

Tanggapan Budi Asali:
Harus diakui itu bisa terjadi. Saya juga kadang-kadang melakukan hal itu, yaitu kalau saya debat dengan orang yang memang tak bisa diajak bicara, lalu mengajak baku hantam dsb. Tetapi lain halnya dengan kalau saya debat dengan orang yang memang bisa diajak debat. Saya tak akan mau mengalah, karena dalam hal ini kebenaran yang dipertaruhkan!
Untuk Benny / Donal Bebek: ‘Mengalah’ sangat berbeda dengan ‘memang kalah’, dan kalian tergolong ‘memang kalah’!

Saran untuk Benny dan Donal Bebek, belajarlah jadi orang yang fair! Juga, sadarilah bahwa anda akan harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan untuk semua dusta dan fitnah dan kesesatan yang anda sebarkan!
Mat 18:6-7 - “(6) ‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (7) Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya”.
Jadi, dari pada bangga karena ‘mempertobatkan’ orang menjadi Unitarian, kalian seharusnya gemetar, karena akan datang penghakiman akhir jaman dimana kalian akan ‘celaka’ dan masuk ke neraka selama-lamanya! Pada saat itu bertobatpun sudah terlambat!


Esra getol berupaya menyerang pribadi Frans Donald

            Dalam tulisan-tulisan dan opininya Esra kerap kali menyerang Frans Donald secara pribadi (padahal debat di Surabaya 2007 lalu adalah atas nama PANDANGAN TIM TRINITARIAN vs PANDANGAN TIM UNITARIAN, bukan pribadi Esra Soru vs pribadi Frans Donald). Serangan terhadap pribadi saya (Frans Donald) oleh Esra Soru di antaranya:
            Satu hal yang menarik dalam perdebatan perdana (8 Maret 2007) adalah bahwa FD tampil sebagai orang bisu. Ia tak berbicara satu kata pun. Hanya senyum-senyum dan terus menulis. Hingga akhirnya ada interupsi yang datang dari seorang hadirin. “Kita hadir dalam perdebatan ini gara-gara Frans Donald tapi dari tadi kami lihat Frans Donald belum mengeluarkan satu kata pun. Tolong Pak Frans berbicara dulu!” Barulah setelah itu FD memberikan pendapatnya beberapa kalimat dan sampai akhir perdebatan sama sekali tetap membisu hingga membuat saya heran. Mengapa waktu di Timex ia beralasan tidak mau menanggapi semua serangan saya dan ingin bertemu dalam debat terbuka tapi pada saat debat terbuka dilaksanakan ia hanya diam bagaikan patung? Ia hanya bersembunyi di balik ketiak kawan-kawannya.
            Untuk itu perlu sedikit dijawab dan ditegaskan bahwa:
Pertama, ditinjau dari sisi mengapa sampai Frans Donald memilih bersikap diam?;

Tanggapan Esra Soru :
Frans, kamu memang diam karena tak bisa menjawab bukan MEMILIH DIAM!


Wahai Esra Alfred Soru SARJANA TEOLOGI, ketahuilah, bahwa oleh karena kau adalah bekas kawan baik dari Pdt. Teddy beserta istri, maka saya (Frans Donald) -setelah membaca tulisan pertama Esra (tulisan di TIMEX tahun 2006, yang sangat pongah dan curang, hingga layak dan cukup beralasan untuk tidak digubris)-

Tanggapan Esra Soru :
Anehnya saat kamu memilih untuk menjawabnya, satupun argumentasi saya tak terbantahkan. Lalu dimana kecurangannya dan kepongahannya pak tanpa gelar?

kemudian lebih memilih beritikad baik dan merasa perlu dan penting untuk jumpa temu darat dengan Esra untuk ‘debat sehat’ sebagai kawan yang berbeda paham dan bukan sebagai musuh yang musti dihancurkan seperti sesumbar Esra dan gurunya yang ternyata adalah ‘serigala’ itu. Tapi sayang sekali, itikad baik kami ternyata malahan Esra jadikan senjata untuk menyerang Frans Donald secara pribadi.

Tanggapan Esra Soru :

Sudah saya bilang sebelumnya, saya tak sudi bersahabat dengan seorang penyeat dan nabi palsu!

Sadarlah Esra, kalau saya (Frans Donald) kala itu sampai tiba-tiba diam membisu, yang katanya bagaikan patung dan Esra merasa heran, itu justru membuktikan (dan semestinya kau Esra sadar diri, bung!) bahwa sesungguhnya Frans Donald-lah yang saat itu sedang kaget heran atas aksi pongah dan sangat kasar dari orang-orang yang mengaku PENDETA Kristen dan SARJANA TEOLOGI yang tampil bagaikan serigala itu, yaitu kau wahai Esra Soru dan gurumu yang samasekali tidak kristiani dan tidak layak menyandang gelar ‘pendeta’ itu. Lagak dari Esra dan gurunya yang lemah moral itulah yang membuat saya (Frans Donald, jemaat biasa) yang semula menganggap keduanya sebagai kawan bukan musuh (dengan pertimbangan bahwa karena jelas Esra juga kawannya Pdt. Teddy, sahabat saya, maka seyogyanya Esra juga bisa jadi kawan) apalagi Esra jelas-jelas seorang bergelar S. Th. (SARJANA TEOLOGI) yang tentunya gelar ‘sarjana’ yang disandangnya tersebut layak dihormati oleh siapa saja, akhirnya saya malah memilih bersikap diam karena hilang mood setelah melihat gaya-gaya guru-murid itu yang tampak sekali ingin benar-benar menganggap kami sebagai musuh yang harus dihancurkan, dibentak-bentak, dihabisi, dan sebagainya.

Tanggapan Esra Soru :

1)      Frans, saya bisa membedakan mana orang diam karena tidak bisa menjawab serangan dan mana orang diam karena keheranan. Kamu diam bukan karena keheranan tapi karena tak bisa menjawab Frans!
2)      Soal “lemah moral” sudah kami jelaskan di atas jadi simpan omong kosongmu yang tidak alkitabiah itu Frans!
3)      Sekali lagi saya tegaskan, saya sama sekali tak sudi bersahabat dengan seorang penyesat dan nabi palsu!


Dan sadarkah kau wahai Esra Soru SARJANA TEOLOGI, bahwa urusanmu kala itu adalah dengan pandangan UNITARIAN bukan dengan pribadi seorang Frans Donald (walaupun yang secara langsung mengundang Esra hingga debat Tim berlangsung awalnya adalah Frans Donald, tetapi sebagai seorang yang SARJANA yang seharusnya tidak bodoh, tentu Esra pahamlah bahwa yang Esra hadapi adalah PANDANGAN UNITARIAN, dan bukan pribadi Frans Donald, kecuali kalau Esra orang bodoh – tak terpelajar dan bukan SARJANA, bisa dimaklumilah kebodohannya itu).

Tanggapan Esra Soru :
Ini memang debat Trinitarian dan Unitarian, saya Trinitarian dan anda Unitarian Frans! Lalu apa salahnya kalau saya menyerang pandangan anda? Itu bukan kebodohan tetapi anggapan bahwa itu kebodohan sesungguhnyalah kebodohan itu.

Kalau saja Esra Soru dan Budi Asali bisa tampil wajar (tidak sampai ‘menggonggong-gonggong’ sangat kasar hingga menjadikan suasana debat sangat tidak sehat) maka tentu kita akan terus bisa meneruskan debat yang sehat, walaupun jelas-jelas sangat beda paham tapi mari kita saling jujur tukar data-data dan argumen secara intelektual, dan bukan berteriak-teriak sentimen penuh kegeraman dan kecurangan pemelintiran ayat seperti yang Esra dan Budi Asali tampilkan kala itu hanya demi ‘menang-menangan menguasai panggung’ bergaya dihadapan hadirin, yang akhirnya hanya menghasilkan suasana debat menjadi keruh dan sangat tidak kondusif untuk diteruskan. Andai saja Esra dan Budi Asali bukanlah guru atau pengajar atau gembala atau pendeta dan tokoh gereja yang mengaku Kristen (apalagi bergelar M. Div dan SARJANA TEOLOGI), maka kalaupun terpaksa keduanya tampil seperti ‘serigala berkepala ular beludak’ mungkin masih bisa dimaklumi, tapi sadarkah wahai Budi Asali dan muridnya, Esra Alfred Soru, bahwa gaya aksi anda berdua sangat memalukan bagi dunia gerejawi dan kristiani dan sangat memalukan gelar-gelar yang kalian sandang itu? Sadarlah, bung! 

Tanggapan Esra Soru :
Kalau kamu tak bisa jawab serangan kami, jangan pakai alasan gaya debat kami sebagai tameng Frans. Kamu hanya omong kosong mengatakan kami memplintir ayat. Coba berikan buktinya ayat mana yang kami plintir?

Kedua, ditinjau dari sisi debat TIM VS TIM; Pernyataan Esra yang menyerang pribadi Frans Donald adalah sangat tidak proporsional dan hanya menunjukkan jiwa kanak-kanak seorang Esra Alfred Soru, sebab DEBAT TRINITARIAN VS UNITARIAN DI SURABAYA ITU ADALAH DEBAT ANTARA PANDANGAN TIM TRINITARIAN VS PANDANGAN TIM UNITARIAN, dan samasekali BUKAN DEBAT PINTAR-PINTARAN BICARA ANTARA PRIBADI SEORANG ESRA ALFRED SORU VS PRIBADI FRANS DONALD. Semua orang yang jujur tentu tahu bahwa dalam suatu perdebatan antar TIM pasti ada juru bicara (bagian bicara), juru tulis (bagian mencatat), bagian memberi pertimbangan atau pikiran tambahan, dsbnya. Dan terus terang memang sudah berkali-kali saya katakan pada beberapa kesempatan bahwa saya (Frans Donald) memang bukanlah seorang ‘pembicara seminar’ yang fasih jika dibandingkan dengan anggota TIM UNITARIAN yang lain (yaitu Benny Irawan, Oktino Irawan, Aryanto Nugroho, Tirto Sujoko, yang ke-4nya adalah senior sekaligus guru-guru bagi saya). Tetapi ketidak fasihan saya (Frans Donald) dalam berbicara dalam seminar tentulah samasekali tidak perlu dipermasalahkan ketika saya tampil bersama TIM saya (yang terdiri dari beberapa rekan saya yang memang lebih fasih, lebih kontruktif, lebih sistematis dalam menyusun kalimat berbicara daripada saya).

Tanggapan Esra Soru :
Kamu hadir dalam debat itu sebagai apa Frans? Sebagai penonton atau pembicara? Kalau kalaupun kamu tidak fasih, bukan berarti kamu bisu kan? Kalau kamu sama sekali tidak berbicara, lalu untuk apa duduk di kursi para pembicara?


Artinya, tentu saja UNITARIAN sebagai satu TIM, maka baik anggota TIM TRINITARIAN (Budi Asali, Esra, dkknya.) maupun hadirin siapapun adalah jelas sangat tidak proporsional dan sangat kekanak-kanakkan jika kemudian berupaya menyerang / mempermasalahkan tentang ‘siapa pribadi yang bicara’. Dan ajakan debat secara TIM sudah jauh-jauh hari saya (Frans Donald) sampaikan, sehingga seharusnya Esra Soru paham dan sadar betul bahwa debat di Surabaya adalah musti dipandang secara proporsional sebagai debat TIM TRINITARIAN vs TIM UNITARIAN, dan samasekali bukan debat ‘adu pintar omong’ antara seorang pribadi Esra Alfred Soru VS pribadi Frans Donald. Kalau seandainya saya (Frans Donald) memang mau mengajak adu argumen dengan Esra Soru untuk ‘adu pintar-pintaran omong’ secara pribadi-pribadi, maka tidak mungkin sejak awal saya mencetuskan ide DEBAT TIM sebagaimana yang saya sampaikan di awal undangan debat dengan Esra. Oleh karena itu ketika di perdebatan ke-6 Budi Asali menyampaikan bahwa Esra Soru kembali berupaya menantang Frans Donald untuk secara pribadi (sendiri, tanpa TIM) debat melawan Esra Soru, sebagaimana Esra Soru berkata: saya meminta kepada Pdt. Budi Asali agar menyampaikan dalam forum debat bahwa saya secara pribadi menantang FD dalam debat berikutnya. Maksud saya adalah bahwa dalam debat berikutnya, 1 jam pertama hanya khusus buat saya dan FD. Yang lain tidak boleh ikut ngomong. Biarkan kami berdua saja! Tapi permintaan tersebut ditolak oleh pihak Unitarian dengan alasan bahwa FD tidak pandai bicara tetapi menulis. Aneh memang, waktu debat tertulis ia tidak menanggapi dengan alasan maunya debat langsung. Waktu debat secara langsung, alasannya hanya bisa menulis. Nampak sekali bahwa FD tidak lebih daripada seorang pengecut!!! Hal ini tambah meyakinkan saya karena beberapa hari yang lalu saya menelpon FD dan menantangnya untuk berdebat satu lawan satu di Kupang. Semula ia bersedia tapi meminta saya menanggung seluruh biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dll dari anggota timnya sebanyak 5 orang. Saya menolaknya dan bersedia menanggung keseluruhan biaya untuk 1 orang saja yakni FD tapi FD lalu menolak dengan alasan bahwa bagaimanapun teman-temannya harus ikut. Saya menawarkan lagi, saya menanggung biaya untuk anda, jika teman-teman anda ingin ikut, silahkan tanggung biaya sendiri. Lagi-lagi FD menolak dengan alasan bahwa ia biasa berdebat bersama rekan-rekannya. Saya pun menghentikan pembicaraan tersebut dan yakin bahwa FD sama sekali tidak punya nyali dalam perdebatan langsung satu lawan satu. (Pernyataan Esra tersebut pernah diterbitkan Koran TIMEX).

Tanggapan Esra Soru :
Debatnya memang debat tim. Tetapi saya mengajukan permintaan untuk ada debat pribadi antara kau dan saya. Apa yang salah dengan itu Frans? Kamu takut? Hehehe…Kamu kan sudah tolak jadi tak usah dipersoalkan!

Untuk itu tanggapan saya adalah: Wahai Esra, saya (Frans Donald) dan TIM tentu tidak bisa anda atur-atur semau otak ular anda.

Tanggapan Esra Soru :
Hehe…sekrang anda katakan pada saya “otak ular anda”. Jadi berarti anda juga lemah moral? Hehe….senjata yang kamu pakai memakan kepalamu sendiri Frans! Bedanya adalah, kami menggunakan kata-kata secara Alkitabiah yang dikenakan pada nabi-nabi palsu. Lalu anda? Mirip teman anda A.G. Hadzarmawit Netti kan?


Anda dan Budi Asali sudah seenaknya saja menghina dan menyebarkan kabar bohong tentang kekalahan TIM UNITARIAN kepada orang-orang di NTT, maka dari itu TIM UNITARIAN (seluruh anggotanya) berhak bicara dan temu muka dengan masyarakat NTT dan wawancara dengan wartawan Koran TIMEX (guna meluruskan segala kabar bohong yang berkembang akibat ulah Esra di NTT selama ini) jika kubu Esra memang serius mau menggelar debat di NTT. Dan perlu Esra Soru ketahui, bahwa saya (Frans Donald) akan sangat bersemangat dan SANGAT PUNYA NYALI (WALAUPUN BUKAN LULUSAN SEKOLAH TEOLOGI dan tidak fasih / mahir bicara), sekali lagi, SANGAT PUNYA NYALI SIAP melayani orang (SARJANA atau PROFESOR teologi sekalipun) untuk berdialog atau ‘debat sehat’ soal kekeliruan paham “Yesus Allah sejati”, tapi, jika kemudian saya mengetahui dengan betul bahwa orang tersebut adalah bukan bersemangat debat untuk adu argumen / saling tukar data guna mencari kebenaran, melainkan hanya untuk ambisi menang-menangan dengan menghalalkan segala cara (seperti cara-cara curang dan gaya-gaya ‘serigala’ yang sudah Esra dan Budi Asali lakukan dan tampilkan selama ini), maka jangan harap saya mau ikut aturan main anda, bung! Apalagi Esra Soru kentara sekali ingin menyerang Frans Donald secara pribadi, ini jelas-jelas mental kerdil yang tidak perlu dilayani sebab hanya akan menghasilkan sentimen-sentimen pribadi belaka! Dan rekan TIM saya, Oktino Irawan, kala itu juga langsung berkata kepada saya: “Jangan mau Frans, sebab Esra jelas mau menyerang Frans secara pribadi karena kelihatan sekali ada sentimen pribadi dan bukan secara TIM, padahal inti debat adalah PANDANGAN TIM TRINITARIAN VS PANDANGAN TIM UNITARIAN dan bukan debat pribadi lawan pribadi, ajakan Esra sangat tidak sehat, kekanak-kanakkan, jadi tidak perlu dilayani, Frans”.

Tanggapan Esra Soru :
Saya menyerang pandanganmu Frans, saya memang bertekad menghancurkan ajaranmu Frans bukan pribadimu. Jadi sentimen apa saya pada kamu? Hehe…jangan Ge…er lah! Klau mau debat, anda boleh debat lawan murid2 saya, biar sama2 tidak punya gelar teologia dan saya jamin kamu tak bakal memang lawan mereka. Boleh dicoba!

Kalau Esra (yang adalah seorang SARJANA TEOLOGI) kemudian menyebut Frans Donald (yang adalah jemaat biasa dan BUKAN SARJANA) sebagai ‘pengecut’ hanya karena Frans Donald tidak mau melayani ‘permainan dan aturan panggungnya’, maka tuduhan Esra itu hanya makin menampilkan jiwa kekanak-kanakkannya dan tuduhan yang sangat tidak proporsional dari seorang SARJANA TEOLOGI yang ditujukan kepada seorang BUKAN SARJANA (yaitu Frans Donald). Wahai Esra, ketahuilah dengan seksama, bahwa saya (Frans Donald) samasekali TIDAK ADA RASA TAKUT KALAH seperti perkiraan dan tuduhan anda yang picik, sebab perdebatan soal Trinitas bagi Frans Donald adalah bukan untuk soal menang-menangan, tapi untuk mencari kebenaran Alkitab dan kejujuran! Dan juga ketahuilah wahai Esra Alfred Soru, bahwa, jika andai oleh orang-orang (termasuk oleh anda Esra Soru atau Budi Asali) Frans Donald akhirnya dianggap kalah debat dengan Esra Alfred Soru yang bergelar SARJANA TEOLOGI, maka “kekalahan” itu (andaikan memang anggap saja terjadi) jelas sangat-sangat wajar dan samasekali tidak memalukan (malahan bisa jadi membanggakan) bagi seorang Frans Donald yang adalah orang biasa dan samasekali BUKAN SARJANA TEOLOGI yang berbeda halnya dengan Esra Alfred Soru yang “S. Th.” ataupun Pdt. Budi Asali yang “M. Div.” Tetapi kalau sampai Esra Alfred Soru SARJANA TEOLOGI dan PENDETA Budi Asali M Div. yang telah terbukti sudah jelas-jelas “kebakaran jenggot” atas buku-buku tulisan seorang Frans Donald (yang adalah orang biasa saja dan BUKAN LULUSAN SEKOLAH TEOLOGI), maka fakta ini telah amat sangat menampar, memerahkan muka dan memalukan, menelanjangi doktrin / ajaran yang anda berdua sebarkan selama ini. Sadarkah anda berdua wahai “pakar-pakar” pengajar doktrin “tiga pribadi Allah”?

Tanggapan Budi Asali:
Anda mengatakan ‘perdebatan soal Trinitas bagi Frans Donald adalah bukan untuk menang-menangan, tapi untuk mencari kebenaran Alkitab dan kejujuran’? Munafik! Berapa kali kalian sama sekali terdiam, tanpa bisa menjawab apapun argumentasi kami, kecuali mengalihkan pembicaraan ke hal yang lain? Dan anda masih mengatakan bahwa anda mencari kebenaran? Anda cuma pandai dalam hal-hal ini, berdusta, memfitnah, membual. Dalam hal-hal itu kami memang bukan tandingan anda.

Juga bahwa Frans Donald memilih diam karena kekasaran kami, itu adalah omong kosong. Debat pertama dimulai dengan acara khotbah, dari pihak mereka oleh Benny, dan dari pihak kami, oleh saya (Budi Asali). Khotbah ditujukan bukan hanya kepada tim Unitarian tetapi kepada semua yang hadir. Saya tidak mengeluarkan kata-kata kasar dalam khotbah! Tetapi dari pertama Frans Donald memang membisu! Kalau belakangan muncul kata-kata keras / kasar, maka itu karena ke-tidak-fair-an tim Unitarian yang dalam berdebat selalu menghindar secara pengecut! Sudahlah pak ‘tanpa gelar’, dan juga
‘tanpa otak dan kepandaian’, tak perlu cari-cari alasan yang aneh-aneh, itu semua makin menunjukkan ketololanmu!

Sebegitu luarbiasanyakah tulisan-tulisan seorang Frans Donald, hingga selama bertahun-tahun yang namanya Esra Alfred Soru SARJANA TEOLOGI itu sampai terus-terusan “suka, keranjingan, laksana tergila-gila setengah mati” tak jemu-jemu mengomentari tulisan-tulisannya???

Tanggapan Esra Soru :
Tidak Frans! Kalau saya mau tanggapi buku kamu bukan karena buku kamu terlalu hebat. Bukumu buku sampah! Saya hanya mau tanggapi karena bagi orang awam yang sama sekali tidak mengerti teologia dengan baik, buku sampahmu itu bisa menyesatkan mereka! Aitu alasannya!
Saya sempat berpikir. Entah mengapa Esra Soru (seorang SARJANA TEOLOGI) begitu kelihatan geram dengan Frans Donald (yang hanyalah ORANG BIASA, BUKAN SARJANA), ada apa gerangan? Ah .. entahlah! Niat baik Frans Donald mengajak Esra Soru bertemu TIM Unitarian untuk debat sehat dengan pertimbangan bahwa Esra Soru adalah kawan baik dari Pendeta Teddy S. Th. dan Ibu Teddy (yang adalah sahabat Frans Donald dan keduanya Unitarian juga, yang mana Pdt Teddy beserta istri sudah lebih dahulu menjadi seorang Unitarian sebelum saya) ternyata pertimbangan tersebut tidak disambut dengan cara kristiani melainkan justru disambut dengan geram dan kesumat pribadi oleh Esra si SARJANA TEOLOGI yang kerap mengaku pakar iman Kristen dan suka menggurui orang melalui siaran Radio RRI di NTT dan mengaku sebagai gembala itu.

Tanggapan Esra Soru :
Frans, kamu bertanya, Entah mengapa Esra Soru (seorang SARJANA TEOLOGI) begitu kelihatan geram dengan Frans Donald…”. Jawabannya adalah karena kamu penyesat/nabi palsu! Saya memang tidak sabat dengan para penyesat dan nabi palsu seperti kamu. Ini dasar alkitabiahnya :

1)      Jemaat di Korintus dikecam karena kesabaran mereka terhadap nabi-nabi palsu.

2 Kor 11:4 - Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.

2)      Jemaat di Efesus dipuji karena ketidaksabaran mereka terhadap para penyesat.

Wah 2:2 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Jelas Frans?!

Perlu disampaikan pula bahwa seusai debat di Surabaya itu beberapa kali Esra Soru kembali mengajak Frans Donald untuk debat via Koran TIMOR EXPRESS di NTT. Entah apa maksud Esra Soru kembali mengajak debat Frans Donald melalui koran harian yang dibaca oleh masyarakat NTT, padahal bukankah menurut Esra Soru sendiri telah tegas seolah yakin sekali mengungkapkan (berkoar-koar) bahwa: Frans Donald dan Tim Unitarian sudah kalah telak, babak belur, kebingungan, hancur-hancuran, bahkan dalam websitenya mereka dengan bangga menyebut diri Pdt. Esra Alfred Soru dan Pdt. Budi Asali sebagai ‘The Winning Team’. Lha kalau sudah merasa yakin (berani sesumbar, berkoar-koar, mengaku-ngaku) sebagai ‘The Winning’ (=Pemenang) kok malahan mau ngajak debat lagi pak Esra Alfred Soru? Ketahuilah bahwa orang-orang yang jujur (bukan kroni-kroninya Budi Asali dan Esra Soru yang tukang dusta) tentu akan tahu betul bahwa tantangan Esra Alfred Soru (yang bergelar SARJANA TEOLOGI) untuk debat di Koran adalah SANGAT JELAS MEMBUKTIKAN BAHWA TIM TRINITARIAN (yang telah terbukti nyata orientasinya dalam berdebat hanya demi menang-menangan secara pribadi semata) SEBENARNYA TELAH SADAR AKAN KEKALAHANNYA TERDAHULU SEHINGGA KINI MENGAJAK DEBAT LAGI DEMI AMBISI MERAIH KHAYALAN KEMENANGAN YANG DIIMPI-IMPIKANNYA SELALU BAGAI MIMPI DI SIANG BOLONG!

Tanggapan Budi Asali:
Saya kira anda memang bukan hanya tidak pandai bicara, tetapi juga tidak pandai menulis, dan tidak pandai dalam hal apapun kecuali berdusta, memfitnah dan membual!
Saya tak tahu alasan Esra, biar dia menjawab hal itu, tetapi kalau saya, setelah debat selesaipun, saya tetap menulis menentang buku Frans Donald dan dimasukkan web, karena ajaran sesat Frans Donald tetap jalan. Juga argumentasi-argumentasi yang telah dihancurkan, dengan begitu tak tahu malu, terus dipakai. Karena itu, saya tetap menulis untuk menyerang mereka. Tujuan saya hanyalah supaya saya bisa menolong orang banyak yang tidak sadar bahwa mereka sedang membaca buku yang ditulis oleh seekor ular beludak. Itu justru membuktikan bahwa motivasi kami dalam berdebat bukan menang-menangan, karena kami sudah menang, lalu untuk apa meneruskan? Kami memang mau berjuang demi kebenaran, dan karena itu kami terus!
Kami kalah??? Hehe, no comment / tak ada komentar!
Serangan lanjutan dari kami membuktikan kalau dalam debat itu kami kalah? Hehehe. Siapa yang menghentikan debat yang dulu? Dan siapa yang di atas mengatakan siap untuk melanjutkan debat yang dulu sudah mereka hentikan? Jadi, menurut logika anda sendiri, itu membuktikan bahwa kalian sadar dulu memang kalah. Karena itu sekarang mau tanding ulang!

Tanggapan Esra Soru :
Frans, kalau saya tantang kamu debat lagi, bukan karena saya ragu bahwa kamu sudah kalah telak. Saya hanya mau memberikan kesempatan kepada kamu untuk “remach” saja siapa tahu setelah debat2 yang sudah lewat, kamu punya senjata baru lagi.

Kedua, seperti yang kamu sudah katakan bahwa kamu bukan pembicara yang fasih dan kelihatannya otakmu bisa lebih bekerja waktu kamu menulis, makanya saya mau berikan kesempatan kepadamu supaya mengeluarkan “jurus-jurus” sisamu yang mungkin tak sempat keluar dalam debat terbuka karena gugup atau gagap. Hehe…


Tetapi beberapa bulan lalu ajakan Esra Soru untuk debat dengan Frans Donald melalui Koran TIMOR EXPRESS kala itu tidak digubris (tak dilayani kemauannya) oleh Frans Donald sebab sudah sangat terbukti banyak sekali pernyataan-pernyataan UNITARIAN yang dipelintir, dikorupsi, oleh Esra Soru dan gurunya (Budi Asali), maka Frans Donald hanya buang-buang waktu saja jika terus-menerus menanggapi ‘serigala-serigala berkepala ular’ yang jelas-jelas hanyalah SARJANA TEOLOGI TUKANG PELINTIR itu. Bahkan beberapa pembaca TIMOR EXPRESS (orang-orang di NTT) yang membaca tulisan Esra Soru segera menghubungi saya (Frans Donald) dan mengatakan tidak perlu Frans Donald aktif (selalu) menanggapi setiap tulisan-tulisan Esra Alfred Soru sebab tulisan Esra sangat penuh dengan pemelintiran, curang, licik dan ketidak jujuran intelektual. Seseorang berkata “Saudara Frans, Esra dan Budi Asali itu pendeta tetapi mereka sangat licik dan curang!”, ada orang yang lain berkata pula “Pak Frans, biarlah seperti peribahasa “anjing menggonggong, sementara kafilah (Frans Donald dan TIM UNITARIAN) terus berlalu”. Begitulah contoh orang-orang yang pernah berkata kepada saya tentang dua serigala berbulu domba itu.

Tanggapan Budi Asali:
Mungkin sekali ada orang-orang seperti itu, tetapi mereka orang Kristen atau bukan? Atau Unitarian? Atau ada yang namanya A. G. Hadzarmawit Netti? Hehehe. Setahu saya, anjing memang kumpul dengan anjing, dan ular kumpul dengan ular. Jadi, tak heran kalau banyak gonggongan mendukung anda. Itu semua sama sekali tidak menggoyahkan keyakinan saya bahwa saya berdebat dengan cara yang benar dan fair. Juga tak menggoyahkan keyakinan saya bahwa kalian memang kalah KO!

Hasil Debat

Setelah sekian lama mengenal gaya (style) aksi Budi Asali M.Div dan Esra Alfred Soru SARJANA TEOLOGI, kami menjadi tahu bahwa ke dua tokoh gereja ‘kristen-kristenan’ (=bukan kristiani sejati) ini adalah ahli / jago pelintir ayat dan fakta, dan samasekali bukan orang yang jujur dan tulus, maka setelah akhir perdebatan pun kami (Unitarian) akhirnya semakin tahu betul bahwa kedua orang, pendeta dan penginjil ini benar-benar samasekali bukanlah orang gereja yang tulus dan jujur adanya. Budi Asali ternyata samasekali bukanlah seorang berbudi yang asali (seseorang pernah bertanya: apakah mungkin berbudi asal-asalan? Entahlah!). Gelar ‘Pendeta’, ‘pengajar’, ‘pengkotbah’ yang Budi Asali kenakan hanyalah bulu domba dari jiwanya yang adalah serigala licik. Tujuan mereka berdebat terkuak sudah, samasekali bukan untuk mencari kebenaran tapi hanya berambisi ingin menjatuhkan dan mempermalukan lawan demi keegoisan ambisinya sendiri. Suatu kenyataan terhadap Budi Asali dan Esra Soru jelas tersingkap sudah, hati mereka ternyata BUSUK BAGAIKAN KUBURAN DILABUR PUTIH dan mental mereka hanyalah MENTAL KERDIL YANG LICIK. Hal tersebut terbukti nyata sekali, yaitu: Seusai perdebatan yang panjang dan belum tuntas itu, Budi Asali cs akhirnya makin mengejek-ejek, menghina, berupaya ingin mempermalukan kami (TIM UNITARIAN) dengan jurus “ANAK KECIL YANG MERASA PUAS BERHASIL MENIPU TEMANNYA” yaitu yang mereka lakukan adalah memajang / mempublikasikan foto-foto kami (Frans Donald, Benny Irawan dan Oktino Irawan) di internet (di blog websitenya, www.pelangikasihministry.blogspot.com dan webblog Trinitarian lainnya dengan ditulisi komentar-komentar yang berisi ejekan dan hinaan dengan tujuan hanya untuk mempermalukan / mengejek-ejek Unitarian, yaitu di antaranya:
“Beginilah ekspresi wajah-wajah Tim UNITARIAN (dari atas ke bawah: Benny, Oktino, Frans Donald) ketika hancur-hancuran dalam menjawab serangan bertubi-tubi dari Tim TRINITARIAN.
(Foto) Benny... menutup mata kebingungan mencari jawaban terhadap serangan bertubi-tubi Trinitarian.;
 (Foto) Oktino.. hancur-hancuran dalam menjawab serangan bertubi-tubi Trinitarian sambil mengangkat kedua tangannya. ;
(Foto) Sementara kedua rekan disebelahnya menjelaskan dengan mulut "berbusa-busa", Frans Donald bergaya santai dan tebar senyum PEPSODENT.
THE WINNING TEAM Pdt. Budi Asali & Pdt. Esra Alfred Soru.”
He..he..he… saya (Frans Donald) beserta TIM dan kawan-kawan lainnya hanya tertawa geli sekali melihat semua polah tingkah ANAK-ANAK KECIL YANG LICIK DAN BERJUBAH PEMIMPIN GEREJA itu. Pernyataan ejekan-ejekan tersebut makin membuktikan tampak sekali Budi Asali yang bergelar PENDETA, M. Div. dan Esra yang SARJANA TEOLOGI rupanya sudah sangat frustasi- stres berat dan kehabisan akal liciknya, oleh karena dusta-dusta ajaran kedua pendeta itu makin terbongkar selama 9 kali debat dengan kami, dan fatalnya yang telah berhasil membongkar dusta-dusta doktrin “tiga pribadi Allah” yang mereka berdua ajarkan ternyata hanyalah orang-orang yang samasekali bukan lulusan sekolah teologi (yaitu Frans Donald, Benny Irawan, Oktino Irawan dan Tirto Sujoko, yang ke-4nya hanyalah jemaat biasa saja, yang mempelajari Alkitab secara otodidak dari ajaran Yesus serta para rasul yang bertaburan dalam Alkitab yang samasekali tidak pernah mengaku bahwa dirinya [Yesus] adalah Allah sejati!). Dikalahkan oleh “orang biasa” membuat mereka berdua menjadi sangat frustasi, panas dan ‘kebakaran jenggot’ hingga terpaksa tanpa mereka sadari justru tingkah polah mereka guna mengejek-ejek TIM UNITARIAN akhirnya justru membuka aibnya sendiri dengan berlaku sangat kekanak-kanakan, memalukan dan menjatuhkan harga dirinya sendiri persis ANAK KECIL YANG PUAS BERHASIL MENIPU TEMAN-TEMANNYA. 

Tanggapan Budi Asali:
Kalian tertawa? Pasti tertawa masam ya? Kalau kami, kami tertawa manis!
Kami stres berat dalam debat yang lalu itu? Haha, saya diberi tahu seorang jemaat saya yang selesai dalam debat (entah debat yang ke berapa, saya tak ingat) menuruni tangga di belakang seorang dari anggota anda, yang menyeletuk: ‘Gereja kecil begini, kok kuat sekali’. Saya tak tahu persis, tetapi begitulah kira-kira kata-kata dia, tanpa dia sadari kalau ada jemaat saya berjalan di belakangnya dan mendengar kata-katanya. Juga dalam sepanjang debat, jangan kira saya buta sehingga tak melihat kebingungan kalian melihat argumentasi-argumentasi kami. Dan pada saat kalian mulai mempermasalahkan 3 hal, yaitu harus ada moderator, minta ijin pembagian makalah, dan minta ganti thema, saya sudah meramalkan kepada jemaat saya bahwa kalian pasti akan menyerah. Hanya masih malu-malu kucing, sehingga ditutupi dengan segala macam alasan konyol!

Hingga kini Budi Asali dan Esra cs mungkin masih bisa saja main kibul berdalih dan berkoar-koar kesana-kemari di komunitasnya sendiri bahwa TIM UNITARIAN sudah dikalahkannya, persis komentar ANAK KECIL YANG EMOSI DAN BERUSAHA MEMBELA HARGA DIRINYA YANG SUDAH HANCUR BERKEPING-KEPING,  “Heee Unitarian kalah, kalah, kalah, kalah, kalah …” begitu mungkin kira-kira gambaran sesumbar mereka, sambil Esra Soru tertawa lebar dan dengan bangga berkata “Benny kebingungan …, Oktino hancur-hancuran, mulutnya berbusa-busa …”, tapi,  Budi Asali dan Esra lupa, padahal, kalau saja mau dengan jujur dan tulus coba mengukur hasil “menang-kalah”-nya perdebatan tersebut berdasar fakta-fakta selama setahun ini, maka jelas-jelas TIM BUDI ASALI (Trinitarian)-lah yang sesungguhnya telah KALAH TELAK dengan kenyataan yang sangat menampar dan memerahkan mukanya, yaitu terbukti nyata bahwa beberapa hadirin dari pihak Trinitarian yang CUMA BEBERAPA KALI SAJA (tidak lebih dari 5 kali!) hadir di acara debat tersebut akhirnya telah dengan sangat yakin memutuskan meninggalkan doktrin Trinitas ajaran Budi Asali dan Esra Alfred Soru, dan kemudian MENJADI sepaham dengan UNITARIAN alias jadi orang-orang yang MENOLAK KE-ALLAH-AN YESUS, dan sebaliknya tak seorang pun kawan-kawan kami (kaum Unitarian) yang terpengaruh sedikit pun oleh argumen-argumen Trinitarian yang ternyata terbukti sangat rapuh (yang hanya menang kasar / ngototnya dan ahli pelintirnya) disajikan oleh Pdt. Budi Asali M. Div dan Esra Alfred Soru S.Th. Bahkan dengan adanya perdebatan di Surabaya itu iman kaum Unitarian makin kokoh, serta makin banyak di berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke, pendeta-pendeta, teolog-teolog, tokoh-tokoh gereja, jemaat-jemaat, dan segala macam orang-orang Kristen maupun Katolik yang tadinya menganut paham “Yesus Allah sejati” kini telah menyatakan diri sebagai sepaham dengan Unitarian alias tegas menolak doktrin Trinitas yang mengajarkan Yesus sebagai Allah Sejati!

Tanggapan Budi Asali:
Kami orang jujur, dan itu saya buktikan dengan mengakui claim anda, pak ‘tanpa gelar’! Tetapi tetap yang saya akui hanya sebagian. Dari Surabaya hanya ada satu orang (bukan ‘beberapa’, apalagi ‘banyak’!), yaitu yang namanya Agus Sani, dan dari Kupang juga ada satu, yang namanya A. G. Hadzarmawit Netti. Terus terang mula-mula saya heran, bagaimana mungkin dalam perdebatan yang sudah jelas kelihatan bahwa Unitarian salah dan kalah, bisa ada orang-orang yang begitu tolol yang justru mau jadi Unitarian? Tetapi lalu saya sadar akan beberapa hal, yaitu:

1)   Memang jauh lebih mudah menanamkan kesesatan dari pada kebenaran, khususnya pada akhir jaman ini. Paulus sudah menubuatkan dalam 2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”. Menurut saya, saat ini nubuat itu sudah digenapi. Karena itu saya tak heran kalau gereja-gereja yang ajarannya kacau balau dan sesat, justru bertumbuh, sedangkan gereja-gereja yang ajarannya benar sukar bertumbuh.

Illustrasi: orang menanam gandum / padi sukar sekali. Harus diairi, disiangi, disemprot anti hama dsb, dan setelah semua itu tetap mungkin saja hasilnya sedikit. Tetapi bagaimana kalau orang menanam enceng gondok (sejenis tanaman yang banyak terdapat di sungai)? Tanpa diapa-apakanpun menyebar tak karuan cepatnya.
Jadi, apa sebab ajaran sesat, seperti Unitarian, mudah menyebar, bahkan dalam debat dimana mereka kalah? Karena mereka menanam enceng gondok! Sesuatu yang bukan hanya tak berguna tetapi juga merusak dan menyebabkan banjir!

Calvin (tentang 2Tim 3:13): “One worthless person will always be more effectual in destroying, than ten faithful teachers in building, though they labour with all their might. ... it is not because falsehood, in its own nature, is stronger than truth, or that the tricks of Satan exceed the energy of the Spirit of God; but because men, being naturally inclined to vanity and errors, embrace far more readily what agrees with their natural disposition, and also because, being blinded by a righteous vengeance of God, they are led, as captive slaves, at the will of Satan” (= Satu orang yang tidak berharga akan selalu lebih efektif dalam menghancurkan dari pada sepuluh guru / pengajar yang setia dalam membangun, sekalipun mereka bekerja dengan seluruh kekuatan mereka. ... itu bukan karena kepalsuan secara hakiki lebih kuat dari kebenaran, atau bahwa tipu muslihat setan melebihi tenaga dari Roh Allah; tetapi karena manusia, yang secara alamiah condong pada kesia-siaan dan kesalahan, jauh lebih siap / mudah untuk memeluk apa yang sesuai dengan kecondongan alamiah mereka, dan juga karena dibutakan oleh pembalasan yang benar dari Allah, mereka dipimpin, sebagai budak tawanan, sesuai kehendak setan) - hal 246.

Calvin: “Man’s disposition voluntarily so inclines to falsehood that he more quickly derives error from one word than truth from a wordy discourse” (= Manusia dengan sukarela begitu condong kepada kepalsuan sehingga ia lebih cepat mendapatkan kesalahan dari satu kata dari pada kebenaran dari suatu pelajaran yang panjang) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter II, no 7.

2)   Orang-orang itu bukan domba dalam gereja, tetapi kambing. Bukan gandum tetapi lalang. Kalau betul-betul domba / gandum, tak bakal murtad. Ini sesuai dengan 1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita. Juga Yoh 8:31 - “Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku”. Dari Yoh 8:31 jelas secara implicit menunjukkan bahwa kalau seseorang tidak tetap dalam firman (= murtad), maka ia tidak benar-benar adalah murid.

Juga perlu diperhatikan Mat 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

Jadi, yang sesat tidak mungkin adalah orang-orang pilihan. Mereka yang sesat adalah orang-orang non pilihan / orang-orang yang ditetapkan binasa, sama seperti Yudas Iskariot (bdk Yoh 17:12).

Juga bdk. 2Tes 2:10-12 - “(10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.

Text ini menunjukkan bahwa Allah mendatangkan kesesatan. Kepada siapa? Kepada orang-orang yang tidak mencintai kebenaran! Dan itu jelas bukan orang kristen yang sejati!

Saya sendiri sempat berbicara dengan Agus Sani, dan menanyakan bagaimana dulu pandangannya tentang Allah Tritunggal? Ia jawab bahwa dulunya ia tak pernah sungguh-sungguh memikirkannya. Jadi jelas bahwa sebetulnya ia tidak pernah menjadi Trinitarian yang sejati!

Frans Donald, anda memang mendapatkan 2 orang, tetapi mereka hanya kambing dan lalang. Saya lebih suka punya sedikit domba dari pada banyak kambing, sedikit gandum dari pada banyak lalang!

Ini semua menunjukkan bahwa dalam suatu perdebatan kalau ada orang pindah posisi / pandangan ke sisi satunya, tak membuktikan kebenaran dari ajaran yang baru ia anut itu.
Gereja Galatia didirikan oleh rasul Paulus, tetapi setelah ia tinggal, muncul orang-orang Yahudi yang mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik dan menyesatkan orang-orang Galatia itu. Itu menyebabkan Paulus lalu menulis surat Galatia, yang menekankan sekali keselamatan karena iman saja. Apakah penyesatan yang terjadi itu membuktikan bahwa orang-orang Yahudi itu yang benar dan Paulus yang salah? Jawab sendiri pertanyaan ini, pak ‘tanpa gelar’!

Juga dalam 2Tim 2:16-18 dikatakan sebagai berikut: “(16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. (17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang”.

Dari text ini, apakah karena orang-orang dalam ay 18b itu tersesat / rusak imannya karena ajaran dari Himeneus dan Filetus, maka kita harus beranggapan bahwa ajaran mereka benar? Jawab pertanyaan ini, pak ‘tanpa gelar’!

Dan hal lain yang ingin saya tekankan adalah: setelah debat berlangsung beberapa ronde, dan makin lama saya makin melihat sikap tegar tengkuk dari kelompok Unitarian ini saya sempat ragu-ragu untuk meneruskan debat. Saya bukan tidak yakin menang, tetapi saya tidak yakin apakah debat itu ada gunanya untuk dilanjutkan. Saya lalu minta pendapat dari beberapa jemaat saya, dan ternyata mereka mengatakan bahwa mereka merasa diberkati oleh perdebatan itu, dan semua itu menyebabkan mereka tahu bagaimana menjawab argumentasi dari Unitarian / Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka juga makin diteguhkan dalam iman mereka pada keilahian Yesus maupun pada doktrin Allah Tritunggal. Itu menyebabkan saya melanjutkan debat sampai kelompok Unitarian menyerah!

Jadi, apa kesimpulannya? Dari perdebatan itu, orang kristen yang sejati, yang betul-betul percaya pada keilahian Kristus dan doktrin Allah Tritunggal, makin diteguhkan, sedangkan orang kristen KTP memang bisa saja lalu disesatkan! Yang baik bertambah baik, yang jahat bertambah jahat. Yang lurus makin lurus, yang sesat makin sesat!

Matthew Henry (tentang 2Tim 3:13): “Observe, As good men, by the grace of God, grow better and better, so bad men, through the subtlety of Satan and the power of their own corruptions, grow worse and worse” (= Perhatikan, Sebagaimana orang baik / saleh, oleh kasih karunia Allah, akan bertambah baik / saleh, demikian juga orang jahat, oleh kelicinan setan dan kekuatan dari kerusakan mereka sendiri, akan bertambah jahat).

Perlu pula saya (Frans Donald) informasikan bahwa andai saja kini Budi Asali dan Esra Alfred Soru masih saja berani berkoar-koar sesumbar bahwa Unitarian telah kalah, maka silahkan suruh mereka berdua menulis tanggapan yang akurat-Alkitabiah (DAN JANGAN PAKAI JURUS MEMELINTIR AYAT!) terhadap buku kami yang judul “MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL” yang sejak terbit Agustus 2007 hingga saat ini (sudah cetak ulang 5 kali) belum ada satu-pun orang penganut paham “Yesus Allah sejati” yang SECARA JUJUR DAN ALKITABIAH bisa membuktikan bahwa argumen-argumen kami (Unitarian) dalam buku tersebut bisa dipatahkan (digugurkan), sebaliknya malahan makin banyak penganut paham “Yesus Allah sejati” yang sudah beralih tegas menolak ke-allah-an Yesus!

Tanggapan Budi Asali:

Eh, saya sudah tanggapi buku anda pak ‘tanpa gelar’. Tetapi yang saya tanggapi hanya buku ‘Allah dalam Alkitab & Al-Quran’. Memang belum semua, tetapi sebagian besar. Saya tanya balik: mengapa tak ada tanggapan balik dari anda atas pembahasan saya itu?

Saya tidak menanggapi buku anda berjudul ‘menjawab doktrin Tritunggal’ karena pada saat saya baca buku itu ternyata argumentasi anda cuma itu-itu saja. Tak ada yang baru. Anda cuma mau cari keuntungan dari penjualan buku-buku anda, yang sekalipun judulnya baru tetapi isinya tetap yang lama dan itu-itu saja. Tanggapan orang-orang di internet tentang buku-buku anda juga begitu. Apakah anda ingin saya menyerang buku anda, supaya dengan demikian orang makin terangsang untuk membeli buku anda, hai penjual kesesatan?

Sebaliknya, dalam perdebatan kita tempo hari, ada banyak argumentasi saya yang tak bisa dijawab oleh anda dan kawan-kawan anda. Mengapa sampai hari ini tak ada jawaban?

Berhentilah membual dari pada menambahi dosa anda yang sudah sangat banyak! Kalau memang ada banyak orang yang bertobat, berikan identitas mereka secara lengkap, kapan mereka ‘bertobat’ (baca: ‘tersesat’) sehingga bisa dicek. Kalau tidak, omongan anda cuma saya anggap gentong kosong yang nyaring bunyinya. Sama seperti penjual jamu / obat, yang sering sesumbar kalau obat / jamunya bisa sembuhkan segala sesuatu!


Sekali lagi kami tegaskan, Wahai Esra Alfred Soru SARJANA TEOLOGI dan gurunya, PENDETA Budi Asali yang bergelar M. Div., kalau anda-anda berani berkoar-koar bahwa argumen-argumen UNITARIAN sudah dihancur leburkan oleh anda berdua, silahkan tanggapi dengan bikin buku tertulis sebagai tanggapan terhadap buku kami yang berjudul MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL, silahkan buktikan, argumen-argumen UNITARIAN yang mana yang sudah anda hancurkan? Bukankah justru buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL tersebut justru di dalamnya banyak menghancur leburkan doktrin ajaran kalian? Ambil contoh soal Yohanes 1:1, sudah kami kupas dan patahkan teori Trinitarian melalui buku tersebut mulai halaman 1 – 14;

Tanggapan Budi Asali:
Lucu sekali. Saya baru baca lagi buku anda itu pada bagian yang anda katakan, dan saya sampai ketawa geli. Argumentasi-argumentasi anda itu sudah saya hancurkan dalam debat pertama, dan juga tentang illustrasi si hitam, si manis, di atas telah saya jelaskan bahwa argumentasi itu telah saya hancurkan dalam perdebatan. Anda yang belum menjawab balik serangan saya yang menghancurkan argumentasi anda. Frans Donald, terus terang, ini bukan penghinaan, tetapi kebenaran, anda bukan seorang pemikir, anda bukan orang pinter. Anda bodoh dan sesat, tetapi GR kelewat batas! Argumentasi anda jauh lebih rendah ditinjau dari segala hal dibandingkan dengan argumentasi dari Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yoh 1:1, tetapi argumentasi mereka juga sudah saya hancurkan. Jadi, katakanlah kalau saya sudah mengalahkan Mike Tyson, lalu sekarang disuruh bertanding melawan petinju kampungan, apa saya mau? Kalau mau cari buku-buku saya tentang Saksi-Saksi Yehuwa di web, dan baca semua, semua argumentasi anda sudah terjawab di situ.


Juga misal, dalam buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL  halaman 86-90 kami telah buktikan bahwa argumen Trinitarian (=argumen Budi Asali) yang kekeuh nekad mengklaim bahwa ‘Yesus telah bangkit dari mati atas kuasanya sendiri’, teori itu sudah kami buktikan sebagai ajaran yang sangat mengada-ada! Dan masih banyak lagi teori bualan penganut Trinitarian yang kami buktikan salah doktrin adanya.

Tanggapan Budi Asali:
Saya baca buku anda hal 86-90 hanya dalam beberapa detik. Saya langsung tahu itu hanya sampah belaka. Anda ‘menghancurkan argumentasi’ saya tentang Yoh 2:19-22? Anda bahkan tak berani mengutip seluruh text dari Yoh 2:19-22 itu. Mengapa? Takut kalau orang baca text itu akan tahu bahwa text itu memang mengatakan seperti yang saya katakan, yaitu Yesus bangkit sendiri? Sekarang perhatikan text itu.

Yoh 2:19-22 - “(19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus”.

Anda mengatakan “Ayat Yoh 2:19-22 itu samasekali tidak mengatakan Yesus bangkit dengan kuasanya sendiri, tetapi beberapa orang Trinitarian terkesan ‘memaksakan’ menafsirkan ayat tersebut sebagai ‘Yesus bangkit sendiri’. Tafsiran ‘terpaksa’ tersebut dilatarbelakangi karena beberapa Pendeta / teolog Trinitarian mengklaim bahwa salah satu bukti Yesus sebagai Allah sejati adalah Yesus telah bangkit dari kematian dengan kuasanya sendiri”.

Argumentasi apa ini? Mana kekuatannya? Sama sekali tidak ada. Perhatikan text Yoh 2:19-22 itu di atas, khususnya pada bagian yang saya garis-bawahi dan cetak dengan huruf besar. Yang Yesus maksud dengan ‘Bait Allah’ kan tubuhNya sendiri, bukan? (lihat ay 21!). Dan pada ay 19 Ia berkata ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali’. Lalu dalam ay 22 dikatakan bahwa pada saat Yesus bangkit murid-murid teringat akan kata-kata ini, dan percaya akan kata-kata Yesus. Jadi jelas bahwa kata-kata ‘Aku akan mendirikannya kembali’ berhubungan dengan kebangkitanNya dari antara orang mati. Dan kata-kata ‘Aku akan’ menunjukkan bahwa Yesuslah yang melakukan itu. Jadi, text ini memang menunjukkan bahwa Yesus bangkit sendiri.

Disamping itu, dalam perdebatan kita yang lalu saya punya ayat lain yaitu Yoh 10:18. Untuk lebih jelasnya saya berikan di sini Yoh 10:17-18 - “(17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.’”.

Ay 17 jelas menunjukkan bahwa yang dibicarakan dalam ay 18 adalah nyawa Yesus. Dan dalam ay 18 Ia berkata bahwa Ia berkuasa memberikannya, dan berkuasa mengambilnya kembali. Memberikannya menunjuk pada kematianNya, dan mengambilnya kembali menunjuk pada kebangkitanNya! Dan Ia berkuasa mengambilnya kembali, jelas menunjukkan bahwa Ia membangkitkan diriNya sendiri, atau Ia bangkit sendiri!

Mengapa argumentasi ini tidak dibahas dalam buku anda? Tak bisa menjawab argumentasi saya?

Lalu tentang sederetan ayat (25 ayat) yang anda berikan dalam buku anda untuk menunjukkan bahwa Yesus dibangkitkan oleh Allah, anda menulis sebanyak itu dengan sia-sia. Mengapa? Karena saya memang percaya bahwa Yesus dibangkitkan oleh Allah / Bapa. Saya memang percaya Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Sebagai Allah Ia bangkit sendiri, tetapi sebagai manusia Ia dibangkitkan oleh Bapa. Jadi, saya tak ada problem dengan 25 ayat yang anda berikan. Tetapi anda bertentangan dengan 2 text yang saya berikan yaitu Yoh 2:19-22 dan Yoh 10:17-18!!



Lantas argumen-argumen UNITARIAN yang mana yang katanya sudah anda hancurkan???!!! Kami tunggu buku anda! Dan jika buku ‘Tanggapan atas buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL’ karya anda berdua itu sudah jadi atau terbit, saya (Frans Donald) siap membantu memberikan jalur distribusi buku karya anda berdua  (yang berisi tanggapan atas buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL) tersebut untuk disebarkan ke toko-toko buku besar di seluruh Indonesia agar masyarakat publik seluruh Indonesia bisa tahu dan membaca buku tanggapan anda berdua terhadap buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL yang berisi argumen-argumen Unitarian itu, hingga akhirnya masyarakat luas (seluruh Indonesia) bisa menyimpulkan sendiri siapakah yang benar-benar Alkitabiah sesungguhnya dalam hal memahami sosok Yesus, apakah yang Alkitabiah adalah Yesus yang dipahami Unitarian ataukah Yesus versi Trinitarian yang diklaim sebagai pribadi Allah sejati adanya?. Dan saran saya (jika andaikan saja memang ada keinginan buku karya anda tersebut nantinya bisa diterima oleh toko-toko buku) maka anda berdua tidak perlu memakai kebiasaan gaya kebanggaan anda (terutama Budi Asali) yang suka mengklaim orang lain sebagai ‘goblok’, ‘tolol’, ‘gila’, ‘ngawur’, dsbnya (seperti kebiasaan Budi Asali selama ini), karena jika kata-kata semacam itu terus anda lontarkan di tulisan-tulisan dan atau di kesempatan mana pun, maka banyak orang akan semakin cepat menyadari bahwa sebenarnya anda berdua-lah yang sesungguhnya mencerminkan pernyataan anda sendiri tersebut. Sadarilah dan ingatlah wahai Budi Asali dan Esra Alfred Soru, anda berdua masih berstatus sebagai guru agama. Guru agama adalah juga identik dengan guru akhlak dan moral. Ada peribahasa, “jika guru kencing berdiri maka murid kencing berlari”, artinya dalam hal ini jika guru-guru agama (pendeta, pengajar, gembala, SARJANA TEOLOGI, M. Div.) suka kencing berdiri (tidak menjadi tauladan moral kristiani) maka kelak murid-muridmu, jemaatmu, anggota gerejamu, dan semua pengikutmu serta anak didikmu akan menjadi manusia-manusia yang gemar kencing berlari (menjadi lebih tak bermoral dari padamu!, hal itu sudah terbukti dari beberapa orang -yang mengaku sebagai pengikut Budi Asali- telah memberikan makian, hujatan, kata-kata umpatan kotor [menyebut nama binatang dan alat kelamin] yang di alamatkan pada Unitarian). Renungkanlah!

Tanggapan Budi Asali:

Argumentasi-argumentasi dari Unitarian yang sudah kami hancurkan? Tonton lagi VCDnya, serigala!

Terima kasih banyak atas ‘tawaran anda yang baik hati’ untuk menerbitkan buku saya, serigala! Anda begitu banyak berdusta dan anda ingin saya percaya kalau anda mau menerbitkan buku saya? Atau anda pikir kalau buku saya terbit maka orang akan ingin baca buku apa yang diserang oleh Pdt. Budi Asali, dan dengan demikian akan membeli buku anda? Memangnya anda krisis ekonomi?

Dan seandainya saya percaya anda betul-betul mau menerbitkan buku saya, maka dengar ini: ‘Saya tak sudi bekerja sama dengan orang sesat seperti anda’! Anda kira saya orang mata duitan yang bisa disogok sehingga mau bekerja sama dengan anak setan seperti anda? Mau dasar Kitab Suci untuk sikap saya ini? Saya berikan beberapa text di bawah ini.

2Taw 19:1-2 - “(1) Yosafat, raja Yehuda, pulang dengan selamat ke istananya di Yerusalem. (2) Ketika itu Yehu bin Hanani, pelihat itu, pergi menemuinya dan berkata kepada raja Yosafat: ‘Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau.

Maz 139: 21-22a - “(21) Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? (22) Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku”.

2Kor 6:14-16a - “(14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16a) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?”.

Ayat ini biasanya diterapkan pada pernikahan. Jadi orang kristen yang sejati tak boleh menikah dengan orang non kristen / orang kristen KTP. Anak Tuhan tak boleh menikah dengan anak setan. Tetapi saya beranggapan ini pasti juga menunjuk dalam hal pelayanan. Saya memberitakan Firman Tuhan yang benar, dan saya tidak bekerja sama dengan kamu, serigala / anak setan! Terang tidak bisa bersatu dengan gelap!

Kis 16:16-18 - “(16) Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. (17) Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: ‘Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.’ (18) Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: ‘Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu.”.

Mengapa Paulus menengking roh jahat itu (ay 18) padahal roh itu boleh dikatakan ‘membantu’ dia dengan ‘mengiklankan’ dia (ay 17)? Kata-kata roh jahat itu benar, bukan? Sama sekali tak menjelekkan Paulus, bukan? Bahkan mengiklankan dia, bukan? Lalu mengapa ditengking? Dan bahkan Lukas, penulis Kisah Rasul, mengatakan ‘ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu’ (ay 18a). Jelas karena Paulus tak mau bekerja sama dengan setan! Demikian juga saya tak sudi bekerja sama dengan kamu, serigala busuk!




Sebagai tambahan info bagi segenap pembaca, beberapa kali Esra Soru telah mencoba memberikan pernyataan melalui TIMEX yang intinya selalu mengatakan bahwa “Unitarian tidak bisa menjawab argumen-argumen Trinitas” atau “semua argumen Unitarian sudah dihancurleburkan” atau apa saja pernyataan lain yang serupa dengan itu, nah, bagi pembaca yang ingin tahu apakah Unitarian memang sungguh-sungguh tidak bisa menjawab (seperti diklaim oleh Esra Alfred Soru)? Mau tahu jawabannya? Kalau saya (Frans Donald) selama ini memang sengaja seolah berdiam diri atau BELUM berkenan menjawab satu-persatu pernyataan pribadi Esra Soru yang kerap dipublikasikan via koran TIMEX, hal itu tidaklah tepat jika disimpulkan bahwa Unitarian tidak bisa jawab / tidak mampu menjawab / tidak dapat menjawab. Unitarian sungguh bisa atau mampu menjawab argumen-argumen orang-orang yang mengklaim Yesus sebagai Allah sejati. Bagi orang yang sungguh-sungguh serius mau tahu jawaban-jawaban Unitarian tentang doktrin Trinitas perihal ke-allah-an Yesus, silahkan simak buku kami yang berjudul MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL (Pen. Frans Donald), juga buku BUKAN ALLAH TAPI TUHAN (Pen. Ellen Kristi) yang keduanya bisa didapatkan di toko-toko buku atau pesan langsung ke saya (SMS saja 081 7971 9991) dan ada juga buku dahsyat berjudul POLEMIK ANTARA A.G. HADZARMAWIT NETTI DENGAN Pdt. BUDI ASALI, M.Div.& ESRA ALFRED SORU. Dan bagi jiwa-jiwa perindu kebenaran yang tulus, berhati murni, jujur, cinta Yesus dan takut akan Allah, bersiap-sedialah, bahwa dengan menyimak buku-buku tersebut, iman Trinitas/‘tiga pribadi Allah’ (keyakinan bahwa Yesus = Allah sejati) anda akan terguncang, bahkan bisa-bisa runtuh! Itulah jawaban kami yang sudah kami abadikan dalam bentuk buku dan bisa dibaca oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Tanggapan Esra Soru :

1)       Frans, kamu mau menipu siapa? Argumntasi-argumentasi dalam bukumu MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL hanya mengulang2 saja hal yang sudah dihancurleburkan dalam sekian kali perdebatan. Apakah tak ada arguemnatsi lain Frans?

2)       Ellen Kristi juga sudah “dibantai” oleh Budi Asali dalam debat di antara mereka berdua. Silahkan lihat di sini : http://www.reocities.com/thisisreformedfaith/artikel/unitarian-ellenkristi01.pdf

3)       Tentang buku sampah yang dikatakan Frans sebagai buku dasyat POLEMIK ANTARA A.G. HADZARMAWIT NETTI DENGAN Pdt. BUDI ASALI, M.Div.& ESRA ALFRED SORU, perlu saya informasikan bahwa Frans hanya mempublikasikan bagian sampai dimana Netti memberikan tanggapan balik kepada kami tapi entah dia tidak tahu atau tahu tapi sengaja menyembunyikan, semua tanggapan Netti sudah kami jawab tuntas dan debat itu berakhir dengan ketidakmampuan Netti memberikan jawaban terhadap semua serangan kami. Dalam tanggapan kami yang terakhir kami menuntut Netti untuk menjawab sekitar 25 hal yang ia abaikan dengan pesan jikalau tidak mampu balas, mending berhenti dan dia berhenti hingga sekaang. (Akan saya postingkan semua debat dengan Netti ini di www.pelangikasihministry2.blogspot.com jika ada kesempatan. Jika belum sempat tetapi ada di antara para pembaca yang ingin mendapatkannya, silahkan ajukan permintaan via email ke : esra.alfred@yahoo.com dan akan saya kirimkan. Gratis!!! Tidak seperti Frans yang menjualnya!!!


2 komentar:

  1. Frans Donald: Bahkan belakangan ini polah tingkahnya makin menjadi-jadi dengan menerbitkan tulisan-tulisan yang ‘lemah moral’* melalui media Koran TIMEX yang ditujukan untuk menyerang saya (Frans Donald) dan Unitarian

    Tanggapan saya:
    Apa anda sendiri tidak lemah moral? Disalah satu forum debat Unitarian vs Trinitarian di FB, anda mengatakan kami para Trinitarian sebagai o'on (maksudnya: 'blo'on / goblok'). Mengapa mengatakan kami o'on? Untuk menunjukkan 'kehebatan moral' anda?
    Apa bukti bahwa kami o'on?
    Di forum itu, anda hanya mengklaim 'ke-o'on-an' kami tanpa menyanggah tulisan-tulisan kami sama sekali. Bukankah itu justru menunjukkan bahwa andalah yang o'on?

    BalasHapus
  2. saya sangat bersyukur di setiap angkatan Tuhan Menempatkan pembela2 iman yang begitu lugas membahas firman Tuhan untuk orang awam seperti saya.........terima kasih Tuhan Untuk guru iman seperti Pdt Stephen tong, budi asali dan esra soru........ yang kau taruh dibumi indonesia. yang tak kenal lelah membela iman kristen.......

    BalasHapus