Sabtu, 16 April 2011

TANGGAPAN ATAS BUKU FRANS DONALD: MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL

Oleh: Albert Rumampuk




Awal bulan September 2007 yang lalu, saya pergi ke salah satu toko buku di kota Palu. Ketika sedang mencari-cari buku yang disukai, tiba-tiba mata saya melihat salah satu buku yang berjudul ‘Allah dalam Alkitab dan Al-Quran’ yang ditulis oleh Frans Donald, salah seorang penganut sekte sesat Unitarian atau yang di Indonesia juga dikenal dengan sebutan ‘Kristen Tauhid’. Saat itu saya tertarik dan membeli buku tersebut. Malam harinya saya mulai membaca dan melihat salah satu pointnya yang membahas soal keilahian Yesus Kristus. Jujur, saat membaca buku itu, ada 2 pernyataannya yang tidak bisa saya jawab:


Pertama, saat di surga, Yesus bukanlah Allah karena dalam Wahyu 3:2 dan 12, dia menyebut ‘Allahku’, berarti  Yesus memiliki Allah, dia bukan Allah yang sejati (hal. 38-39). Yang kedua, dalam buku itu penulisnya membahas arti dari Yoh 1:1 yang ditinjau dari teks aslinya (bahasa Yunani) dan dikatakan bahwa Yesus bukan Allah yang sejati (hal. 45-46).

Saya tak bisa menjawab kedua hal ini karena saat itu saya memahami bahwa saat Yesus bangkit dan naik ke surga, Dia bukan lagi manusia 100% namun hanya Allah 100%. Disamping itu, saya juga sama sekali tidak mengerti bahasa Yunani. Menghadapi kenyataan seperti ini, saya kemudian berusaha untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang Yesus Kristus, membaca buku-buku dan bertanya kepada para hamba Tuhan / pendeta. Beberapa waktu kemudian, saya membeli buku Frans Donald yang lain yang berjudul ‘MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL’. Rupanya lewat buku-bukunya itu, Donald semakin dikenal dan menjadi ‘naik daun’ / populer. Sebagai seorang yang tadinya tidak mengerti dengan baik soal keilahian Yesus dan hampir saja terpengaruh dengan kesesatan Frans Donald, saya merasa tertantang untuk menjawab buku tersebut, sekalipun buku itu sendiri sudah beredar lama. Tanggapan yang saya buat ini, bukan hanya bertujuan agar Frans Donald bertobat (sekalipun saya tahu, mungkin itu sesuatu yang mustahil), namun juga agar orang-orang Kristen yang belum mengenal pribadi Yesus dengan benar, bisa mempelajari dan memahaminya sehingga tak mudah dipengaruhi oleh berbagai ajaran sesat yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Jawaban ini akan dimulai dari bagian ‘Pendahuluan’ halaman XIX dan seterusnya sampai bagian ‘Kesaksian Alkitab’ halaman 1-16, yang membahas soal Yohanes 1:1.

Frans Donald:

PENDAHULUAN
Apakah Doktrin Tritunggal/Trinitas Diajarkan
Dalam Kitab Perjanjian Lama
Dan Perjanjian Baru?

Dalam Perjanjian Lama?

The Encyclopedia of Religion menuliskan : “Para teolog dewasa ini setuju bahwa Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) tidak memuat doktrin Tritunggal”.

New Chatholic Encyclopedia mengikuti : “Doktrin Tritunggal tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama”.

Imam Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The Triune God juga mengakui : “Perjanjian Lama …. Tidak secara tegas ataupun samar-samar memberi tahu kepada kita mengenai Allah Tiga serangkai yang adalah Allah, Anak dan Roh Kudus … Bahkan mencari di dalam “Perjanjian Lama” kesan-kesan atau gambaran di muka atau tanda-tanda terselubung mengenai trinitas dari pribadi-pribadi, berarti melampaui kata-kata dan tujuan dari para penulis tulisan-tulisan suci”.

Tanggapan saya:
Doktrin Tritunggal memang tak bisa ditemukan dalam satu ayat saja, tapi merupakan ajaran yang didapati / dirangkum dari banyak ayat dalam seluruh Alkitab. Di Perjanjian Lama, ajaran ini memang masih ‘samar-samar’ / tidak terlihat dengan jelas, tapi bukan berarti tidak diajarkan! Bandingkan dengan beberapa kutipan berikut.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: “Kendati ajaran ini tidak ‘berkibar’ dalam PL, Trinitas itu sudah tersirat dalam penyataan diri Allah sejak masa paling dini Tapi selaras dengan sifat historis penyataan Allah, maka ajaran ini mula-mula dikemukakan hanya dalam bentuk yang sangat bersifat bayangan saja. Ajaran ini tersirat bukan hanya dalam bagian-bagian tersendiri, tapi terajut disepanjang bentangan ‘kain’ penyataan PL…” (Hal. 490).

The Moody Handbook Of Theology: “Memang tidak ada pernyataan yang pasti dan eksplisit di PL mengonfirmasikan Trinitas, namun tidaklah salah untuk mengatakan bahwa beberapa ayat di PL menyetujui Trinitas dan mengimplikasikan bahwa Allah adalah keberadaan yang Tritunggal” (Paul Enns, Hal. 246).

Dr. Henry C. Thiessen: “Sekalipun hal yang terutama ditekankan dalam Perjanjian Lama adalah keesaan Allah, namun tidak kurang isyarat mengenai adanya berbagai pribadi dalam ke-Allahan, demikian juga tidak kurang isyarat bahwa pribadi-pribadi ini merupakan satu ketritunggalan”. (Teologi Sistematika, hal. 139).

Dr. Charles C. Ryrie: “Tak diragukan lagi Perjanjian Lama menekankan keesaan Allah. Bagaimanapun juga, ada kesan-kesan yang jelas bahwa terdapat pribadi-pribadi di dalam keallahan. Oleh karena itu, orang bisa berkata bahwa Perjanjian Lama berisi isyarat-isyarat yang mengizinkan bagi wahyu selanjutnya tentang ketritunggalan Allah”. (Teologi dasar 1, hal. 74).

Dari empat kutipan diatas, terlihat jelas bahwa doktrin Tritunggal memang tidak secara eksplisit / jelas ditekankankan dalam Perjanjian Lama. Hal ini tidaklah berarti bahwa ajarannya memang tidak ada. Petunjuk-petunjuk mengenai hal itu (‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah), ternyata juga terlihat dalam sepanjang PL. Sebagai contoh: Adanya kata ganti orang bentuk jamak dalam Kej 1:26; 3:22; 11:7 dan Yes 6:8.

Kejadian 1:26 – “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…’”

The Wycliffe Bible Commentary (Tentang Kej 1:26): “Saat utama dari penciptaan tiba ketika Allah menciptakan manusia. Narasi menggambarkan Allah sebagai meminta dewan surgawi atau kedua anggota Tritunggal lainnya untuk memusatkan perhatian mereka pada peristiwa ini” (Hal. 29).

Kata ‘Kita’ dalam ayat tersebut, adalah kata ganti orang bentuk jamak yang menunjuk pada sang pencipta (Allah) itu sendiri. Frans Donald di halaman 37-38 dari bukunya, menjawab persoalan ini dengan lucunya dengan mengatakan bahwa itu tidak menunjuk pada ‘lebih dari satu pribadi’ dengan alasan bahwa Allah yang sejati (Bapa) memang tidak seorang diri ketika mencipta, tetapi Anak (Yesus) juga ikut aktif dalam penciptaan (Yoh 1:3; Kol 1:15-17). Bukankah alasan Frans ini justru membuktikan kebenaran tentang adanya semacam ‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah saat Dia mencipta? Frans Donald lalu mencari-cari alasan dengan mengubah kata ‘oleh’ (Yunani = ‘DIA’) dalam Yoh 1:1 dan Kol 1:16 menjadi ‘melalui’ / ‘through’, jadi Allah mencipta segala sesuatu melalui perantaraan Anak. Memang, kata Yunani ‘DIA’, bisa diterjemahkan ‘oleh’, tetapi juga bisa diterjemahkan ‘melalui’, namun alasan ini sungguh mengada-ada, karena dalam Ibrani 1:10, Yesus dinyatakan sebagai pencipta dan ayat ini tidak menggunakan kata Yunani ‘DIA’.

Ibr 1:10 – “Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu’”.

Konteks ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa Yesus adalah pencipta, tapi juga menunjukkan bahwa Yesus betul-betul TUHAN / ALLAH dalam arti yang setinggi-tingginya! Hal ini membuktikan bahwa Yesus bukan hanya sebagai penyalur kuasa / perantara Allah (Bapa) dalam mencipta, tetapi Dia adalah sumber dari kuasa itu.

Namun ada hal yang lebih lucu lagi, dimana saat saya diskusi dengan Pdt. Teguh Hindarto M.Th (penganut sekte YHWH-isme) tentang ayat ini, dia berkata bahwa kata ‘Kita’ / ‘Kami’ itu menunjuk pada Yahweh, Firman, Roh-Nya beserta para malaikatnya. Benar-benar klaim yang sangat menggelikan! Penciptaan adalah suatu tindakan ilahi yang hanya bisa dilakukan oleh Allah yang sejati. Alkitab mencatat bahwa yang menciptakan alam semesta dan segala isinya adalah Allah / YHWH. Bandingkan dengan ayat-ayat berikut ini:

Kis 17:24 “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia”

Yes 42:5 “Beginilah firman Allah, TUHAN (YHWH), yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya”

Sangat tidak masuk akal jika Yesus yang hanya manusia biasa saja (menurut anggapan Islam) atau seorang malaikat (menurut anggapan Frans Donald), bisa mencipta manusia dan alam semesta! Fakta bahwa Yesus adalah pencipta alam semesta, membuktikan bahwa Dia sesungguhnya adalah Allah / YHWH itu sendiri!

Frans Donald:

Dalam Perjanjian Baru?

The Encyclopedia Of Religion Mengatakan : “Para teolog setuju bahwa Perjanjian Baru juga tidak memuat doktrin yang jelas mengenal Tritunggal”.

Imam Jesuit Fortman menegaskan : “Para Penulis perjanjian Baru … tidak memberi kita doktrin Tritunggal yang resmi atau dirumuskan, juga tidak ajaran yang jelas bahwa dalam satu Allah terdapat tiga ribadi ilahi secara setara. … Dimana pun kita tidak menemukan doktrin tritunggal dari tiga subyek kehidupan dan kegiatan ilahi yang berbeda dalam Keilahian yang sama”.

The New Encyclopedia Britannica mengatakan : “Kata Tritunggal atau doktrinnya yang jelas tidak terdapat dalam Perjanjian Baru”.

Bernhard Lohse dalam A Short History of Christian Doctrine menegaskan : sejauh ini menyangkut Perjanjian baru, seseorang tidak menemukan di dalamnya doktrin Tritunggal yang actual”.

The New International Dictionary of New Testamen Theology dan teolog protestan Karl Barth mengatakan : “Perjanjian Baru tidak memuat doktrin Tritunggal yang diperkembangkan.” Alkitab tidak memuat deklarasi yang terus terang bahwa Bapa, ANak dan roh Kudus adalah dari zat yang sama”.

Profesor E. Washburn Hopkins dari Universitas Yale menekankan “Bagi Yesus dan Paulus doktrin tritunggal jelas tidak dikenal; … mereka tidak mengatakan apa-apa mengenai itu” (Origin and evolution of Religion).

Sejarawan Arthur Weigall mengatakan : “Yesus Kristus tidak pernah menyebutkan perwujudan demikian, dan dimanapun dalam Perjanjian Baru tidak terdapat kata Tritunggal. Gagasannya baru diterima oleh Gereja tiga ratus tahun setelah Kematian Tuan Kita”. (The Paganism in Our Christianity).

Perjanjian Lama tegas Monoteistik. Allah adalah pribadi tunggal (bukan tritunggal)…. Tentang hal ini tidak ada pemisah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ajaran Monoteistik terus berlanjut, dan Yesus lahir sebagai orang Yahudi. Ajarannya memiliki inti Yahudi (Allah Tunggal); Benar dia mengajarkan sebuah Injil baru tetapi bukan sebuah teologi baru (L,L Paine, A Critical History of the Evolution Trinitarianism, Boston, 1902:4).

Jadi, dari ke-39 Kitab Ibrani Perjanjian Lama, maupun ke-27 Kitab Yunani Kristen Perjanjian Baru, seluruh pasal dan ayat-ayat Alkitab sama sekali tidak ada yang memuat ajaran yang jelas mengenai Doktrin Tritunggal/Trinitas!

Tanggapan saya:
Berbeda dengan Perjanjian Lama yang tidak mengajarkan secara eksplisit, maka dalam Perjanjian Baru, doktrin Tritunggal justru terlihat dengan jelas! Memang, kata ‘Tritunggal’ tak ada dalam Alkitab, tapi mengapa kita tak boleh menggunakan istilah itu? Saya Tanya: apakah istilah ‘Alkitab’ ada dalam Alkitab? Jika tak ada, lalu mengapa Frans Donald menggunakannya? Apakah hanya karena istilah ‘Tritunggal’ tak ada dalam Alkitab maka ajarannya sudah pasti salah? Lalu apakah Frans Donald berani membuang seluruh ajaran / tulisan dalam Alkitab hanya karena istilah ‘Alkitab’ itu tak ada? Misalnya istilah ‘sakramen’, kata itu sendiri memang tak ada dalam Alkitab, tapi bukan berarti kita tak boleh menggunakannya. ‘Sakramen’ adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang peraturan / upacara Gereja yang terdiri dari baptisan dan perjamuan kudus yang diperintahkan / diajarkan dalam Kitab Suci. Sama seperti istilah ‘Sakramen’, maka istilah-istilah ‘Tritunggal’, ‘pribadi’, ‘hakekat’, ‘Allah Bapa’, ‘Allah Anak’, dsb, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan / merangkum ajaran yang ada dalam Alkitab. Tak ada yang salah dengan hal itu!

Tentang penggunaan istilah yang tidak terdapat dalam Alkitab, yang seringkali dikritik oleh para penyesat, John Calvin dalam ‘Institutes of the Christian Religion’, I xiii 2 mengatakan bahwa: “Tetapi, supaya tak ada yang membayangkan suatu Allah yang tiga serangkai, atau yang mengira bahwa hakikat Allah yang tunggal itu dibagi-bagi dan disobek-sobek menjadi tiga oknum, maka kita disini harus mencari suatu rumus yang pendek dan mudah, yang menghindarkan kita dari kesalahan apapun juga”. Di bagian lain (I xiii 3) Calvin juga berkata: “Para bidat mencerca kata ‘persona’ itu, dan oknum-oknum picik tertentu berteriak memprotes diterimanya istilah yang ditemukan oleh akal manusia. Namun, jahat sekali untuk menolak kata-kata yang tidak lain hanya menjelaskan kesaksian yang ditegaskan dalam Alkitab!” (‘Institutio’, Pengajaran agama Kristen. Hal 34-34).

The Moody Handbook Of Theology: “Meskipun kata itu sendiri (Tritunggal - pen) tidak ditemukan di Kitab Suci, doktrin itu secara gamblang diajarkan di Kitab Suci” [Paul Enns Hal. 243].

Berikut beberapa kutipan dari para ahli teologia / teolog tentang ke-Tritunggalan Allah yang juga ada / diajarkan dalam Perjanjian Baru.

Louis Berkhof: “Perjanjian Baru membawa wahyu yang lebih jelas akan perbedaan-perbedaan dalam diri Allah Tritunggal”. (Systematic Theology, hal. 149)

Dr. Henry C. Thiessen: “Ajaran tentang trinitas diuraikan dengan lebih jelas dalam Perjanjian Baru dari pada dalam Perjanjian Lama”. (Teologi Sistematika, hal.141)

Dr. Paul Enns: “Ada dua hal yang utama yang harus dikukuhkan untuk mendemonstrasikan bahwa Kitab Suci (Perjanjian Baru – pen) mengajar Trinitas: bahwa hanya ada satu Allah, dan bahwa ketiga pribadi disebut Allah”. (The Moody Handbook Of Theology, hal.247).

Dr. Charles C. Ryrie: “Meskipun Perjanjian Baru berisi pernyataan yang tidak tegas tentang doktrin Allah esa yang berpribadi tiga…, tetapi mengandung sejumlah besar bukti. Bukti itu terletak pada dua jalur: yang satu menekankan bahwa hanya ada satu Allah yang benar, dan yang lain menyajikan manusia Yesus dan Roh Kudus, keduanya dinyatakan sebagai Allah”. (Teologi dasar 1, hal.76).

Full Life Study Bible: “Baptisan Yesus merupakan perwujudan yang sangat baik untuk menunjukkan keberadaan tentang Trinitas…Jadi, kita mempunyai tiga oknum ilahi; adalah bertentangan dengan seluruh Alkitab bila kita menafsirkan peristiwa ini dengan cara yang lain…” (Hal. 1501).

Yang mana yang benar, doktrin Tritunggal di ajarkan dalam Perjanjian Baru, atau tidak? Matius 28:19 adalah salah satu ayat yang bisa dijadikan dasar dari doktrin ini, yang menyatakan baik ‘ketunggalan’ maupun ‘ketigaan tertentu’ dalam diri Allah.

Mat 28:19 – “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

Perhatikan 2 komentar dari pakar Alkitab berikut ini:

Dr. Paul Enns: “Pada waktu pemuridan, Yesus memerintahkan para rasul untuk membaptis murid baru ‘dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus’ (Mat 28:18). Terlihat jelas bahwa kesetaraan dan kesatuan dari ketiga pribadi itu termaksud didalamnya” (The Moody Handbook Of Theology, hal.247).

Dr. Charles C. Ryrie: “Mat 28:19, dengan cara yang paling baik, menyatakan baik keesaan maupun ketigaan dengan menyatukan sepadan ketiga pribadi itu dan mengesahkannya di dalam satu nama tunggal”. (Teologi dasar 1, hal. 78)

Kata ‘nama’ (Yunani = ONOMA) di ayat ini, bukan berada dalam bentuk yang jamak / plural, namun merupakan bentuk tunggal / singular. Berbagai Alkitab versi Inggris menuliskan ‘Name’ bukan ‘Names’ (KJV, NASB, NIV, RSV, NJB, dsb). Tetapi sekalipun demikian, tetap saja disebutkan 3 buah nama: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Hal ini menunjukkan adanya tiga pribadi yang setingkat / setara dan sekaligus menyatakan kesatuannya!

Untuk lebih memastikan kebenaran dari ajaran doktrin Tritunggal ini, dibawah akan saya tunjukkan berdasarkan ayat-ayat KITAB SUCI yang lain dan membuktikan bahwa tuduhan Frans Donald yang menganggap bahwa seluruh kitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak memuat ajaran Tritunggal, hanyalah klaim kosong belaka!



Frans Donald:
Apakah Doktrin Tritunggal/Trinitas Diajarkan oleh
Orang-Orang Kristen Mula-Mula?

Komentar dari para sejarahwan dan teolog :

“Kekristenan yang mula-mula tidak mempunyai doktrin Tritunggal seperti yang setelah itu dirinci dalam kredo-kredo”. The new International Dictionary of New Testament Theology.

“Namun orang-orang Kristen yang pertama pada awal mula tidak pernah mempunyai pikiran untuk menerapkan gagasan (Tritunggal) kepada kepercayaan mereka sendiri. Mereka memberikan pengabdian mereka kepada Allah Bapa dan Kepada Yesus Kristus, Anak Allah, dan mereka mengakui … Roh Kudus, tetapi tidak ada buah fikiran bahwa ketiga pribadi ini adalah suatu Tritunggal, setara dan dipersatukan dalam satu”. The Paganism in Our Christianity.

“Pada mulanya kepercayaan Kristen bukan kepada Allah Tiga Serangkai… Halnya tidak demikian pada zaman rasul-rasul atau sebelumnya, seperti diperlihatkan dalam Perjanjian Baru dan tulisan-tulisan Kristen yang awal lainnya.” Encyclopedia of Religion and Ethics.

“Perumusan ‘satu Allah dalam tiga Pribadi’ tidak ditetapkan dengan tegas, dan pasti belum dibelur sepenuhnya ke dalam kehidupan Kristen dan pengakuan imannya, sebelum akhir abad ke-4 Di antara Bapa-Bapa Rasuli, tidak pernah bahkan sedikit pun ada yang mendekati sikap atau pandangan seperti itu.” New Catholic Encylopedia.

“Kepercayaan tentang Allah yang terdiri dari beberapa pribadi (Tritunggal) keluar dari konsep Allah Yang Esa …”. Chief Rabbi J.H. Herzt, Pentateuch and Haftorahs, London, 1996 : 770.

Tanggapan saya:
Alkitab jelas mengajarkan doktrin Tritunggal. Dan karena itu, jika ada orang yang tidak mengakuinya, itu sama dengan menolak ajaran Kitab Suci! Sekalipun pada tahun 325 M (dalam sidang Gereja Nicea) ajaran Tritunggal itu dirumuskan, tetapi adalah omong kosong jika ajaran Tritunggal baru ada pada abad ke-4, apalagi dengan mengatakan bahwa para Bapa-bapa Rasuli / bapa Gereja tidak mengakuinya! Perhatikan kata-kata Philip Schaff (seorang ahli sejarah) berikut ini.

Philip Schaff: “dogma gereja tentang Tritunggal muncul; dan itu secara langsung atau tidak langsung menguasai bahkan theologia sebelum Nicea, sekalipun itu belum mencapai definisinya yang tetap sampai pada jaman Nicea” – (‘History of the Christian Church’, vol II, hal 565). 

Kemudian dalam buku Nelson’s Illustrated Encyclopedia of Bible Fact, juga dikatakan bahwa: “Orang-orang Kristen mula-mula mengaku bahwa mereka mengenal Allah dalam tiga oknum – Bapa, Anak dan Roh Kudus – dan ketiganya sepenuhnya mengambil bagian bersama dalam satu sifat ilahi”. (By: J.I. Packer, Merrill C. Tenney dan William White, Jr. Hal. 1132).

Ternyata, sekalipun ajaran Tritunggal baru dirumuskan pada abad ke 4, namun orang-orang Kristen yang hidup jauh sebelum konsili itu diadakan, sudah mengakui / menerima kebenaran dari ajaran tersebut. Misalnya saja Theophilus dari Antiokhia (wafat tahun 181 M), dia adalah orang yang pertama yang menggunakan istilah ‘trias’ untuk tritunggal yang kudus. Tertulianus (wafat +/- tahun 220 M) juga adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah ‘trinitas’.

Henry C. Thiessen: “Sekalipun istilah ‘trinitas’ tidak ada dalam Alkitab, tetapi istilah ini dipakai sejak awal di dalam gereja. Bentuk Yunaninya trias, nampaknya pertama kali dipakai oleh Theofilus dari Antiokhia (wafat tahun 181 M), sedangkan bentuk Latinnya, trinitas, pertama kali dipakai oleh Tertulianus (wafat +/- tahun 220 M)”. (‘Teologi Sistematika’, hal. 138).

Seorang bapa Gereja yang bernama Irenaeus (150-202) berkata: “gereja beriman kepada satu Allah Bapa pencipta surga, bumi, laut dan segala sesuatu yang ada didalamnya, dan kepada Yesus Kristus Allah dan Tuhan kita yang telah menjadi manusia untuk menyelamatkan kita, dan didalam Roh Kudus yang diproklamirkan melalui nabi-nabi” (Robert M. Bauman Jr; 1990: 29-30).
Bernhard Lohse, seorang guru besar dalam bidang sejarah gereja dan sejarah Teologi pada Universitas Hamburg, Jerman Barat, berkata: “Irenaeus mempunyai pendapat yang sama dengan kaum apologis dari gereja purba, khususnya Theofilus dari Antiokhia, ketika ia mengajarkan bahwa Allah sejak dari kekal telah bersama-sama dengan Firman dan hikmat-Nya. Inilah yang disebut hypostatis. Ia melahirkan Firman dan Hikmat-Nya sebelum segala sesuatu dijadikan. Anak dilahirkan sebelum adanya waktu. Irenaeus menolak setiap spekulasi yang mencoba untuk menembus misteri mengenai kelahiran Anak ini”. (Hal. 55).

Melito dari Sardis (abad ke 2 M), adalah bapa gereja yang memuja / menyembah Kristus dan percaya Yesus sebagai Allah yang kekal (Philip Schaff - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 738)

.
Dionysius dari Roma (tahun 262 M), dalam perdebatan dengan Dionysius dari Alexandria, mempertahankan sekaligus kesatuan hakekat dan perbedaan yang bersifat pribadi yang nyata dari ketiga anggota-anggota dari triad / tritunggal ilahi, dan menghindari ajaran tentang tiga Allah (Philip Schaff - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 570).

Gregory Thaumaturgus (Mati tahun 270 M), menurut Encyclopedia Britannica 2000, adalah rasul Kristen dari Asia Romawi pembela ajaran Tritunggal (sifat / hakekat dari Allah) yang menyatakan argumentasinya terhadap para penyesat dan merupakan penyiap jalan bagi pengakuan iman Nicea yang akan muncul pada awal abad ke 4.

Dari seluruh kutipan ini, kita mendapati bahwa para bapa gereja / jemaat awal, juga mengakui / percaya pada ajaran Tritunggal. Frans Donald rupanya hanya asal nyontek / kutip tulisan orang tanpa mempelajari / menelitinya sendiri!

Frans Donald:

APA KATA PARA PAKAR ALKITAB DAN
TEOLOG SOSIAL KEILAHIAN YESUS?
(Ditulis berdasar Seminar 28 April 07 di Semarang)

“Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak,
dan Allah Roh Kudus. Yang benar Bapa itu Allah,
Yesus itu jalan menuju Allah”

Tanggapan saya:
Bukankah karena Bapa itu Allah maka kita bisa menyebut Bapa dengan istilah ‘Allah Bapa’? Saya beri contoh: Frans adalah seorang manusia, lalu apakah kita tak boleh menyebut Frans dengan istilah ‘manusia Frans’? Harimau adalah seekor binatang, apakah tak boleh menyebutnya dengan istilah ‘binatang Harimau’? Yesus memang adalah satu-satunya jalan menuju Allah / surga (Yoh 14:6), mengapa? Karena Dia adalah Allah itu sendiri (Yoh 1:1). Adalah ketololan tingkat tinggi jika Yesus yang dianggap hanya seorang manusia biasa saja (atau malaikat), bisa membawa manusia yang beriman pada-Nya untuk masuk surga!

“Yesus menegaskan monotheisme.
Rumusan 100% Allah dan 100% manusia tidak tepat!
Ini rumusan Kalkedon, bukan kitab suci!”

Tanggapan saya:
Yesus memang mengakui bahwa Allah itu Esa (Mrk 12:29), tapi Dia juga mengakui bahwa diri-Nya dengan Bapa adalah SATU / setara (Yoh 10:30). Hal ini jelas menekankan keilahian-Nya dan sekaligus mengisyaratkan adanya ‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah. Karena Kitab Suci mencatat bahwa Yesus adalah Allah sejati dan juga manusia sejati, maka tak salah jika dirumuskan sebagai 100% Allah dan 100% manusia. Itu bukan rumus hasil ciptaan manusia (pendapat pribadi), tetapi ajarannya sangat jelas tertera dalam Alkitab!

“Rumusan Konsili Nakaia (325) inilah yang menjadikan
Yesus sebagai Allah Anak.
Yesus bukan Allah! Tapi jalan menuju Allah.
Daripada bahasa dogma, saya lebih memilih Bahasa Alkitab!”

Tanggapan saya:
Lagi-lagi hanya asal bicara saja! Alkitab mencatat bahwa Yesus adalah Allah (Misalnya Yes 9:5; Yoh 1:1; Roma 9:5; Fil 2:5b-7; Titus 2:13; Ibr 1:8; 2Pet 1:1; 1Yoh 5:20, dsb), lalu bagaimana mungkin mengatakan bahwa hal itu baru muncul tahun 325 M??? Ke-Allah-an Yesus bukan baru ada saat konsili di Nicea, tapi itu adalah kata-kata / ‘bahasa Alkitab’.

“Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah.
Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah!
Perjanjian Baru Berbicara Yesus sebagai Anak Allah
Dan tidak pernah Allah Anak”.

Tanggapan saya:
Benar, Yesus memang tidak pernah menyatakan diri-Nya sebagai ‘Allah’, tapi Dia mengakui bahwa diri-Nya adalah ‘Anak Allah’ dan istilah itu jelas sama dengan / setara dengan Allah (Yoh 5:18; 10:33, 36). Paulus tak pernah menyebut Yesus sebagai Allah? Ini adalah omong kosong, karena dalam Roma 9:5; Filipi 2:5-6 dan Titus 2:13, Paulus jelas menekankan keilahian dan menyebut-Nya sebagai Allah! Apakah kata-kata / tulisan Paulus itu harus dibuang??

Frans Donald:
Itulah beberapa kalimat-kalimat tegas dan berani yang telah dikemukakan oleh para teolog dan pakar Alkitab pada acara seminar dan Diskusi Interaktif KEILAHIAN YESUS KRISTUS DARI PERSKEPTIF ALKITAB, yang diselenggarakan oleh Yayasan Gema Kasih dan Majalan Rohani lintas denominasi Crescendo pada Sabtu, 28 April 2007 Pk. 10.00 – 16.00 di Alam Indah Resto Semarang, dengan mengundang empat orang narasumber yang ahli dalam teologi Alkitab, yaitu : Pdt. Drie S. Barotosudarmo, M.Th. (Dosen Kristiologi UKSW Salatiga), Profesor JB. Banawiratma (Dosen UKDW, Yogya), Romo Tom Jacobs (Guru besar Emeritus Tafsir Kitab Suci, Sanata Dharma, Yogyakarta), Hortensius F. Mandaru, SSL (Perwakilan dari Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta). Sebagai Moderator pemimpin acara adalah Hanna Li dari Majalah Rohani Crescendo.


Tanggapan saya:
Menurut saya, kalimat-kalimat itu sangat jelas merupakan kata-kata yang dilontarkan oleh para ‘teolog’ dan ‘pakar Alkitab’ jadi-jadian / gadungan! Sungguh sangat disayangkan jika Yayasan Gema Kasih dan Majalah Rohani Crescendo mengundang orang-orang sesat seperti itu!

Frans Donald:
Acara yang dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai denominasi gereja itu diperuntukkan kepada para aktivis gereja, pendeta, peminat teologi, mahasiswa teologi, dan dosen-dosen teologi. Diadakan untuk mengupas ‘tuntas’ sosok Yesus Kristus berdasarkan Alkitab.

Tanggapan saya:
Semoga ke – 150 orang itu tak bisa dipengaruhi oleh para ‘teolog’ asal-asalan itu! Tak benar jika dikatakan bahwa acara itu untuk ‘mengupas tuntas’ diri Yesus Kristus menurut Alkitab, yang benar adalah mengupas tuntas sosok Yesus Kristus berdasarkan pikiran / ajaran pribadi.

Frans Donald:
Mana yang benar, Yesus Kristus itu Anak Allah atau Allah Anak atau keduanya atau apa??? Itulah pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Crescendo (seperti tertulis dalam Crescendo edisi 323, 2007), dan pertanyaan controversial itu dijawab oleh para narasumber melalui makalah dan presentasi yang disampaikan di acara ‘langka tersebut. Masing-masing pembicara membawa makalah selama 20 menit dan dilanjutkan dengan diskusi Tanya jawab interaktif dengan para hadirin.

Tanggapan saya:
Sepertinya penyelenggara hanya memilih-milih pembicara yang sesuai dengan pandangan / ajarannya agar dapat mempengaruhi orang Kristen. Saya mengusulkan untuk mengundang seorang pembicara dari pihak Trinitarian yang telah terbukti kwalitas keilmuannya / ‘kehebatannya’. Kalau saya ditanya: “Mana yang benar, Yesus Kristus itu Anak Allah atau Allah Anak atau keduanya atau apa???” Maka saya akan menjawab dengan tegas: “Dua-duanya”!!!

Frans Donald:
Sebagai pembicara pertama, Pdt. Drie S. Brotosudarmo, M.Th.Dengan Suaranya yang lantang, beliau menyampaikan, “Yesus adalah Anak Allah, bukan Allah Anak, ini saya tegaskan”. Dalam Kesempatan berikutnya pembicara asal Salatiga itu menekankan pula bahwa “Di dalam Yesus kita dapat mengenal Allah”, jelasnya. Tetapi di pertengahan acara, beliau sempat pula berkata bahwa Yesus itu 100% Allah, dan 100% manusia. Sebuah statement yang sangat berbeda dengan ketiga pembicara yang lainnya.

Tanggapan saya:
Mungkin maksudnya bahwa dalam Alkitab, istilah ‘Allah Anak’ itu tidak tertulis, tapi hanya tertulis ‘Anak Allah’. Namun bukan berarti Yesus itu bukan Allah. Buktinya dia mengatakan bahwa Yesus itu adalah 100% Allah dan 100% manusia. Sebuah statement yang sangat bagus dan mantap!

Frans Donald:
Pembicara kedua, Prof. J.B Binawiratma meyampaikan, “Saya tidak mengatakan Yesus itu Allah”. Professor yang tahun 1980 memperoleh gelar doctoral teologi dari Universitas Insbruck Austria ini menyatakan bahwa dogma Yesus sebagai Allah itu adalah hasil rumusan Konsili Nikaia (325). “Konsili Nikaia inilah yang menjadikan Yesus sebagai Allah Anak” begitulah katanya. Beliau menegaskan pula bahwa konsili-konsili itu tidak Alkitabiah, ungkapnya “Kesalahannya adalah dogma teologi dianggap bisa memberikan kesimpulan (tentang trinitas, pen.) yang terjangkau, padahal tidak, Saya asing (maksudnya: tidak setuju) dengan bahasa dogma, saya lebih memilih yang sederhana yaitu bahasa Alkitab”, lanjutnya, “Yesus bukan Allah tapi Yesus jalan menuju Allah”. Beliau menekankan pula bahwa memang saat ini jemaat-jemaat sudah punya tradisi bahwa Yesus itu adalah Allah. “Gereja sangat sulit mengubah teks liturgis yang bernada dogmatis”, begitu ungkapnya. Beliau sempat mengungkapkan juga bahwa jika andaikata gereja-gereja memang berani sepakat untuk merombak dogma liturgis (mungkin maksudnya soal Trinitas, Pen.) ya silakan saja.

Tanggapan saya:
700 tahun sebelum kelahiran-Nya, nabi Yesaya telah menubuatkan bahwa Yesus akan disebut sebagai El Gibbor / Allah yang perkasa (Yes 9:5)! Rasul Yohanes juga menuliskan bahwa Sang Firman yang adalah Yesus itu, adalah Allah (Yoh 1:1). Paulus yang menulis Kitab Titus sekitar tahun 60-an M juga katakan bahwa Yesus adalah ‘ALLAH YANG MAHA BESAR’ (Titus 2:13). Lalu dari mana kesimpulan sang Professor bahwa Yesus sebagai Allah adalah hasil dari konsili tahun 325 yang tidak Alkitabiah? Saya anjurkan agar pak Binawiratma sebaiknya copot saja gelar ‘Doktor teologi’ yang disandangnya itu!
Jemaat-jemaat / gereja mengakui Yesus sebagai Allah bukan karena ‘tradisi’ yang diciptakan manusia, tapi itu adalah ‘tradisi Alkitab’. Hanya Gereja-Gereja tolol yang mau merombak doktrin Tritunggal yang jelas-jelas diajarkan dalam Kitab Suci!

Frans Donald:
Pembicara ke tiga, Romo Tom Jacobs. Guru Besar Ahli dogma lulusan Roma ini telah menyampaikan pendapat-pendapat yang sangat ‘tajam’ dan ‘berani’. Cara berbicara Romo Tom yang khas tenang tetapi tajam berwibawa dan tutur katanya enak didengar, tetapi berkali-kali apa yang disampaikannya tampak mengagetkan para hadirin yang mendengarnya, juga diantara hadirin ada seorang pendeta yang sempat terkesan seperti emosi ketika mendengar penjelasan-penjelasan Romo Tom. Beberapa perkataan Romo Tom yang lembut, tenang, tetapi ‘berani’ diantaranya: “Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus”, “Yesus itu jalan menuju Allah. Rumusan 100% Allah, 100% manusia itu tidak tepat”. “Rumusan 100% Allah, 100% Manusia ini hasil Kalkedon, bukan kitab suci”(di Alkitab) Yesus tidak pernah disebut sebagai Allah sejati”. Dan ketika ada salah seorang yang menanyakan Yohanes 1:1 (frase: ‘Firman itu adalah Allah’), Romo Tom menegaskan: “Yohanes justru menekankan bahwa Firman tidak sama dengan Allah, tapi bersama-sama dengan Allah”. Pendapat Romo Tom tersebut dikuatkan pula oleh Prof. B.J. Banawiratma dan Hortensius F. Mandaru, SSL. Dari LAI.

Tanggapan saya:
Soal istilah ‘Allah Bapa’, 100% Allah, dsb, sudah dijelaskan diatas. Inilah ‘kehebatan’ para bidat: selalu mempermasalahkan penggunaan suatu istilah dan bukan pada substansinya!
Lalu soal Yoh 1:1, Romo Tom menegaskan bahwa: “Yohanes justru menekankan bahwa Firman tidak sama dengan Allah, tapi bersama-sama dengan Allah”. Ini adalah benar-benar omong kosong! Kata-kata ‘pada mulanya’ dalam ayat itu, dalam bahasa Yunaninya menjelaskan tentang masa lampau yang tak terbatas. Sang Firman (Yesus) adalah pribadi yang kekal bukan hanya pada masa depan, tapi juga masa lampau. Juga ayat 3 dikatakan bahwa Sang Firman (Yesus) adalah pencipta segala sesuatu, lalu bagaimana mungkin Sang Firman itu bukan / tidak sama dengan Allah? Kata-kata ‘bersama-sama dengan Allah’ menunjukkan bahwa Yesus dan Allah (Bapa) adalah 2 pribadi yang berbeda dan bukan bukti bahwa Yesus bukan Allah! Oleh karenanya, tak salah jika rasul Yohanes menegaskan bahwa Sang Firman yang adalah Yesus itu adalah Allah!

Frans Donald: 
Pembicara ke empat, Hortensius Florimond Mandaru, seperti di catat majalah Crescendo, beliau menyelesaikan studi filsafat (S1) di Sekolah TInggi Filsafat “Driyarkara”- Jakarta (1989), S1 Teologi “Wedabhakti” Yogyakarta (1993) dan mendapat gelar Scred Scripture Licenciate (SSL) dari Pontifical Biblical Institute, Rima (1999). Beliau pernah menjadi Dosen Tafsir PB di STF Driyarkara Jakarta (1999-2002), Dosen Kitab Suci di Fakultas Pendidikan dan Keguruan Unika Atmajaya-Jakarta (2002-2003) dan sejak tahun 2004 menjadi Pembina Penerjemahan di Departemen Penerjemahan LAI-Bogor sampai sekarang. Dalam seminar 28 April 2007 soal keilahian Yesus itu, beliau mengungkapkan pula hal-hal yang senada dengan yang telah disampaikan kedua pembicara yang lain, diantaranya : “Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah”;”Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah”. Hortensius yang sangat paham bahasa Ibrani dan Yunani itu menegaskan pula : “Harus ditegaskan bahwa dalam Perjanjian Baru tidak pernah ada rumusan Yesus adalah Allah”.

Tanggapan saya:
Yesus memang tak pernah mengatakan dari mulut bibirnya sendiri bahwa Dia adalah Allah, tapi Dia menerima penyembahan manusia (Matius 8:2; 14:33, dsb). Hal itu justru membuktikan bahwa Dia adalah Allah! Lalu soal Paulus yang katanya tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah, silahkan lihat ayat ini:

Titus 2:13 – “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”

Rasul Paulus menyatakan dengan jelas bahwa Yesus Kristus adalah ALLAH YANG BESAR! Dan sekalipun ayat ini ditinjau dari sisi bahasa aslinya, hal ini cocok / sesuai dengan gramatika / hukum tata bahasa Yunani yang menunjuk pada satu pribadi. Rupanya gelar ‘sangat paham bahasa Ibrani dan Yunani’ yang diberikan untuk Hortensius seorang sarjana Teologi ini, hanyalah julukan yang asal jadi saja! Kemudian, apakah Hortensius hanya menyoroti kata-kata Paulus saja? Bagaimana dengan kata-kata Yohanes yang mengakui bahwa Yesus adalah Allah (Yoh 1:1), Petrus yang mengakui Yesus sebagai Allah (2 Pet 1:1) dan bahkan Allah (Bapa) sendiri yang menyebut Yesus sebagai Allah dan Tuhan (Ibr 1:8,10)? Jadi Perjanjian Baru tidak pernah ada rumusan Yesus adalah Allah? Nonsense!

Jika diatas Frans Donald telah memberi kutipan dari beberapa ‘pakar Alkitab jadi-jadian’ soal keilahian Yesus, maka disini saya akan memberi kutipan dari beberapa Teolog yang betul-betul ahli dalam Kitab Suci.

Dr. Henry Clarence Thiessen, mengajar di Dallas Theological Seminary dan menjabat ketua dewan pengurus pada Graduate School di Wheaton College. Beliau juga menulis Introduction to the New Testament. Buku Systematic Theology karangannya, telah dipakai sebagai buku acuan standar diberbagai sekolah Alkitab, perguruan tinggi dan seminari di Amerika Serikat dan di Negara-negara lain yang berbahasa Inggris. Soal keilahian Yesus, dia berkata: “Ajaran tentang keilahian Kristus sangat penting bagi iman Kristen… Memang Yesus adalah manusia yang paling luhur, namun Ia jelas jauh lebih besar dari pada manusia biasa. Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Dia adalah Allah dengan berbagai cara” (hal. 142). “…namun dalam Yohanes 5:18; 10:33, 36 pernyataan Yesus bahwa Ia Anak Allah jelas dimaksudkan untuk menunjuk kepada keilahian” (hal. 146)…”.

Dr. Paul P. Enss (B. R. E., Winnipeg Bible College; Th. M., Th. D., Dallas Theological Seminary) adalah dosen Teologi Sistematik di Dallas Theological Seminary dan Direktur dari The Tampa Extension. Dia dulunya adalah dekan di Tampa Bay Theological Seminary, the graduate school of Trinity College of Florida. Juga mengajar di North Western College di Minneapolis, Dallas Theological Seminaries dan Talbot Theological Seminaries. Dia juga menulis 4 jilid dari the Bible Commentary series: Joshua, Judges, Ruth, and Ezekiel. Dalam bukunya The Moody Handbook Of Theology, dia berkata: “Untuk meneguhkan bahwa Kristus adalah Allah tidaklah berarti hanya mengatakan bahwa Ia ‘seperti Allah’. Kristus secara mutlak setara dengan Bapa dalam pribadi dan karya-Nya. Kristus adalah ilahi yang tidak dapat dikurangi”. (Hal. 275).

B. B. Warfield, seorang teolog kenamaan lainnya, saat mengomentari frasa “(Kristus) ada dalam wujud Allah” di Filipi 2:6, berkata: “Ia mendeklarasikan, dalam ekspresi yang paling mungkin, untuk menjadi Allah sebagaimana adanya, untuk memiliki keutuhan atribut untuk menjadikan Allah adalah Allah”. (‘The Person and Work of Christ’ [Philadelphia: Presbyterian and Reformed, 1950], hal. 39).

Charles C. Ryrie, Th.D., Ph.D., Ketua Departemen Teologi Sistematika, Dekan pendidikan tingkat Sarjana, Dallas Theological Seminary, Dallas, Tex. Mengatakan: “Doktrin tentang pribadi Kristus teramat penting bagi iman Kristen. Hal ini mendasari Soteriologi (Doktrin keselamatan – pen), karena jika Tuhan kita tidak sesuai seperti apa yang telah menjadi pengakuan-Nya (bahwa Dia kekal, setara dengan Allah, dsb – pen), maka penebusan-Nya adalah pembayaran yang kurang sempurna, tidak cukup untuk melunasi hutang dosa”. (‘Teologi Dasar 1’, hal. 351-352). “Akan tetapi kematian bagi seorang manusia biasa tak dapat melunasi dosa yang abadi, sehingga Juruselamat tersebut juga harus Allah. Kita harus memiliki seorang Juruselamat manusia – Allah dan kita memilikinya dalam Tuhan kita (Ibr 10:1-10). [Hal. 363].

Thomas Schultz dalam disertasi ‘The Doctrine of the Person of Christ with an Emphasis upon the Hypostatic Union’ mengatakan: “Tidak seorangpun pemimpin agama yang diakui, apakah dia Musa, Paulus, dan lain-lainnya, yang pernah mengaku dirinya sebagai Tuhan; begitulah, kecuali Yesus Kristus. Kristus adalah satu-satunya pemimpin agama yang pernah mengakui keilahian-Nya dan telah meyakinkan sebagian besar umat manusia bahwa Dia adalah Allah”. (Dallas Theological Seminary, Mei 1961. Hal. 209).

Catatan: Yang saya maksud dengan istilah ‘ahli dalam Kitab Suci’, bukan dilihat dari jabatan atau gelar kesarjanaan yang disandangnya, tetapi karena pandangannya sesuai dengan Alkitab / Firman Tuhan!

Frans Donald:
Ketika ada peserta yang menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan teori dogma Trinitas bahwa Allah itu tiga pribadi tapi satu/esa, apakah kata Esa atau Echad di dalam Alkitab berarti ‘satu-tunggal’ secara numeric atau bisa diartikan ‘kesatuan/himpunan’? Hortensius dan Romo Tom bergantian menjawab dengan jawaban tegas yang senada : “Esa Echad itu betul-betul satu-tunggal, satu dalam numeric bukan kesatuan!”. Argumen tersebut sesuai juga dengan ayat 1 Timotius 2:5 dan Yosua 12 :9-24, yang berbicara tentang ke-Esa-an dalam arti numeric.

Tanggapan saya:
Lagi-lagi Hortensius dan Romo Tom hanya asal omong saja! Kata ‘Esa’ / ‘Echad’ itu, tidak harus selalu berarti ‘satu yang tunggal mutlak’. Sebagai contoh, kita bisa melihatnya dalam ayat dibawah ini.

Kej 2:24 – “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”.

Kata ‘satu’ dalam ayat diatas berasal dari kata Ibrani ‘Echad’. Jelas ‘Echad’ yang dimaksud tak bermakna satu yang semutlak-mutlaknya, tapi berarti ‘satu gabungan’. 1 Tim 2:5, juga Ul 6:4, dsb, menjelaskan tentang ketunggalan Allah, tetapi ayat-ayat seperti Kej 1:26; Yes 6:8; Yoh 1:1, dsb, adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang ‘kejamakan tertentu’ dalam diri Allah. Menekankan ‘ketunggalan Allah’ tetapi membuang ‘kejamakan-Nya’ akan menjadi Unitarianisme. Menerima ‘kejamakan tertentu dalam diri Allah’ dan membuang ‘ketunggalan-Nya’ akan menjadi Tritheisme / Polytheisme. Kedua bagian ayat ini harus digabungkan, dan dari situlah lalu muncullah doktrin Allah Tritunggal. Hanya orang yang tidak menghormati Kitab Suci yang hanya mau menerima salah satu bagian dari dua kelompok ayat itu!

Frans Donald:
Diujung acara seminar tersebut, salah satu hal yang sangat mengesankan (Mungkin mengagetkan bagi beberapa orang) adalah ketika ada seorang yang bertanya pada Romo Tom tentang bagaimana pengalamannya selama menjadi pengikut Yesus! Demikianlah Romo Tom menjawab dan menceritakan : “Itu adalah sebuah pertanyaan yang sangat bagus” jawab beliau sebelum kemudian melanjutkan, “Dulu sebelum tahun 1974, kehidupan saya tidaklah baik, dan saat itu sebelum 1974, saya yakin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, … tetapi, setelah tahun 1974 sampai sekarang, saya tidak lagi berdoa kepada Yesus, tapi saya berdoa kepada Allah, bersama-sama Yesus dengan dorongan Roh Kudus…… saya lebih Kristiani sejak percaya Yesus bukan Allah daripada sebelumnya (dulu ketika masih percaya Yesus Allah)…..” itulah ungkapan pengalaman hidup yang sempat disampaikan Romo Tom Jacobs.

Tanggapan saya:
Jadi Romo Tom Jacobs, si ‘Guru Besar Ahli dogma’ lulusan Roma ini tak mau lagi berdoa kepada Yesus? Hebat! Silahkan lihat ayat-ayat ini:

Kis 7:59-60 – “ Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku’. Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia”.

2 Kor 12: 8-9 “ Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”.

1 Kor 1:2 – “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”.

Kitab Suci mencatat dengan jelas bahwa para rasul dan orang disegala tempat BERDOA kepada Yesus Kristus, bahkan Yesus sendiri memerintahkan orang percaya untuk berdoa kepada-Nya (Yoh 14:14), lalu mengapa gerangan sang ‘Guru besar Emeritus Tafsir Kitab Suci’ ini tak mau berdoa kepada Yesus??? Apa dia merasa lebih hebat dari para rasul? Doa yang ditujukan kepada Yesus, membuktikan bahwa Dia adalah Allah itu sendiri! Anehnya, sang ‘ahli tafsir’ ini menganggap dirinya semakin ‘Kristiani’ semenjak percaya bahwa Yesus bukan Allah. Sungguh aneh bin ajaib!

Frans Donald:
Kesimpulan dan jawaban dari pertanyaan ‘Siapakah Yesus menurut Alkitab, apakah dia Allah Sejati atau bukan?’,Tiga hari empat narasumber (Prof. Banawiratma, Romo Tom dan Hortensius dari LAI) tampak sekali sepakat : Yesus itu bukan Allah sejati, Allah adalah Bapa dan Yesus itu utusan Allah yang menjadi jalan bagi manusia untuk menuju pada Allah. Titik.

Tanggapan saya:
Saya setuju bahwa Bapa itu adalah Allah dan Yesus juga adalah utusan Allah yang menjadi satu-satunya jalan / juruselamat (1 Yoh 4:9; Yoh 14:6). Tetapi dengan mengatakan bahwa Yesus bukan Allah sejati, ini jelas merupakan kesimpulan dan jawaban yang mengada-ada dan bertentangan dengan seluruh Alkitab! Sebetulnya pertanyaannya salah, bukan ‘Siapakah Yesus menurut Alkitab…?’, tetapi ‘Siapakah Yesus menurut para bidat…?’ Titik!

Frans Donald:
Arus utama Kekristenan yang mengimani rumusan konsili-konsili gereja menyatakan Yesus adalah pribadi kedua dari Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus). Mungkin banyak orang mengira bahwa dogma Trinitas (yang mengatakan Yesus adalah Allah Sejati) tentu saja diimani oleh setiap teolog dan pakar-pakar Alkitab, namun ternyata perkiraan itu tidak tepat karena kini terbukti ada beberapa pakar Alkitab dan teolog banyak yang tegas menyatakan bahwa Yesus itu bukanlah Allah sejati. Apakah ini artinya bahwa dogma Trinitas yang ‘lahir; dari hasil rumusan konsili-konsili gereja yang sarat intrik politik demi perebutan takhta kekuasaan ribuan tahun yang lalu itu kini sudah waktunya untuk betul-betul ditinjau ulang, atau dirombak, atau bahkan ditinggalkan sama sekali?

Tanggapan saya:
Lagi-lagi Frans Donald hanya asal nyontek pandangan orang tanpa mempelajarinya sendiri! Di bukunya yang lain (‘Allah dalam Alkitab dan Al-Quran’, hal. 25), dikatakan bahwa: “Yesus Kristus bagi sebagian umat kristen di zaman ini telah dipercayai sebagai Allah yang telah menjelma menjadi manusia. Pemahaman tersebut berasal dari dogma Kristen, dikenal sebagai dogma Trinitas, sebuah dogma yang telah diwariskan sejak abad ke 4”. Ini bukan hanya pandangan yang bertentangan dengan sejarah, tapi juga merupakan fitnah terhadap keKristenan! Doktrin Trinitas bukan baru ada sejak abad ke 4, tapi jauh sebelumnya, ajaran tentang hal itu telah ada (itu diakui oleh jemaat awal / para Bapa Gereja). Bahkan, Perjanjian Lama-pun sebetulnya menyiratkan hal tersebut!
Siapa yang mengatakan bahwa dogma Trinitas diimani oleh setiap / semua teolog dan pakar-pakar Alkitab? Saya tahu, jaman sekarang banyak nabi palsu (termasuk teolog palsu) sedang berkeliaran mencari ‘mangsanya’ untuk ditelan. Mereka memang menggunakan Alkitab sebagai dasarnya (termasuk para bidat Saksi Yehovah dan Unitarian), tetapi ayat-ayatnya telah disalahtafsirkan dan diputarbalikkan semaunya sendiri!

1 Yoh 4:1 – “ Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.

2 Pe 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

Kitab Suci memerintahkan kita untuk menguji setiap roh (termasuk setiap ajaran) yang muncul. Para nabi / guru palsu yang memberikan pengajaran-pengajaran sesat yang bertentangan dengan Kitab Suci, pasti akan binasa! Jangan terpesona dengan nabi / guru-guru palsu yg menguasai bahasa Ibrani dan Yunani. Perhatikan nasib orang – orang Yahudi yang menolak Tuhan Yesus & Firman-Nya , bagaimana akhir dari nasib mereka? Bukankah orang Yahudi itu menguasai bahasa Ibrani dan Yunani? Tapi toh mereka tetap saja dibuang ke NERAKA!

Hal yang sama juga sebaiknya diperhatikan oleh tiga pembicara dalam seminar yang diselenggarakan oleh Yayasan Gema Kasih dan majalah Crescendo yang bergelar ‘Profesor, Doktor Teologi’, dsb. Segeralah bertobat sebelum terlambat!

Soal Allah Tritunggal, saya akan mengutip kata-kata John Calvin seorang tokoh reformasi Gereja, teolog papan atas yang buku / tulisannya tetap menjadi ‘The Best’ hingga saat ini, dia berkata: “Allah menyatakan diri-Nya Esa dengan pengertian bahwa Dia hendak direnungi sebagai tiga pribadi yang berbeda-beda. Jika kita tidak berpegang pada yang Tiga itu, maka didalam benak kita hanya akan mengambang nama Allah yang hampa tidak berisi”. (‘Institutes of the Christian Religion’, I xiii 2).



Frans Donald:

KESAKSIAN ALKITAB
Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman’ Firman ituBersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”

KLAIM TRINITARIAN: pada Frase terakhir ayat ini menyatakan bahwa Firman (yang mengacu pada Yesus) itu adalah Allah. Bukanlah itu berarti Yesus sama dengan Allah?

JAWAB: Istilah kata “Allah/allah” dalam Alkitab merupakan padanan pada Elohiym (Ibrani), Theos (Yunani), God (Inggris). Sebagai catatan : dalam bahasa Ibrani [teks asli Alkitab, Perjanjian Lama] tidak ada pembedaan huruf besar-kecil. Jadi Allah dan allah sama saja, tidak ada bedanya. Istilah “allah” [elohiym/theos] dalam Alkitab bisa berarti dua macam makna.

Pertama, “allah” menunjuk pada ‘allah sejati’ [the True God] yaitu Bapa/Yahweh, satu-satunya Allah yang benar (Yohanes 17:3).

Kedua, “allah” yang tertulis dalam Alkitab juga bisa berarti ‘makhluk-makhluk ilahi/sorgawi’ atau divinity (bukan menunjuk pada Allah sejati). Seperti halnya kata theos di Yohanes 1:1 yang oleh LAI diterjemahkan sebagai “allah” (Firman itu adalah Allah) tidak dengan sendirinya menunjuk kepada Allah sejati, karena kata “allah” (elohiym/theos) di Alkitab digunakan secara umum dalam pengertian makhluk ilahi/sorgawi, atau bahkan nabi dan raja yang secara fungsional menjadi utusan Allah sejati juga bisa disebut sebagai “Allah”, sebagaimana tertulis dalam :

Keluaran 7:1. Musa, sebagai nabi/juru bicara/utusan dari Allah Sejati, dia juga disebut ‘allah” [elohiym].

Mazmur 82:6. Makhluk-makhluk sorgawi juga disebut sebagai “allah”[elohiym].

Tanggapan saya:
Memang, dalam Alkitab kata ‘Allah’ yang dalam Ibrani disebut Elohim atau Theos (Yunani), juga kata ‘Tuhan’ yang dalam Ibrani disebut Adonay atau Kurios (Yunani), itu bisa menunjuk pada Allah yang sejati atau juga bisa menunjuk pada yang bukan Allah sejati. Tetapi jika kata ‘Allah’ itu ditujukan kepada yang bukan Allah sejati, maka Alkitab selalu menunjukkan bahwa orang tersebut bukanlah Allah dalam arti yang sebenarnya / setinggi-tingginya. Misalnya dalam ayat-ayat dibawah ini:

1) Keluaran 7:1 "Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 'Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (ELOHIM) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu'".

Tuhan tidak memaksudkan untuk menjadikan Musa (seorang manusia) menjadi Allah (sekalipun ayat ini memang menyebut Musa sebagai 'Allah'), tetapi ada penjelasan lebih lanjut ‘bagi Firaun’. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Musa bukanlah Allah dalam arti yang sesungguhnya. Kita juga bisa melihat ayat-ayat selanjutnya:

Keluaran 7:2-5 – [7:2] Engkau harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel itu pergi dari negerinya. [ 7:3] Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir. [7:4] Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang berat. [ 7:5] Dan orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari tengah-tengah mereka."

Ketika Musa diangkat sebagai ‘Allah’, maksudnya Allah ingin agar Musa menjadi wakil-Nya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya bagi Firaun. Jadi, Musa punya kuasa / kewenangan atas Firaun dan kuasa itu diberikan oleh Allah.

2) Keluaran 20:3 "Jangan ada padamu allah (ELOHIM) lain dihadapan-Ku."

Kata ‘allah’ pada ayat ini jelas bukan menunjuk pada Allah yang sejati, karena merupakan allah yang lain (bukan Yahweh).

3) Mazmur 82:1-8 "(1) Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (ELOHIM) Ia menghakimi: (2) 'Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4) Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik! (5) Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman: 'Kamu adalah allah (ELOHIM), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. (7) Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.' (8) Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa".

Ada penafsir yang mengatakan bahwa kata ‘para Allah’ (ELOHIM) diayat 1 dan 6 ini, menunjuk pada para malaikat (atau yang disebut Frans Donald dengan istilah ‘mahluk-mahluk sorgawi’). Tetapi menurut Prof. Kyle M. Yates, Jr., Th.D, hal ini menunjuk pada para hakim sehingga merujuk kepada penguasa-penguasa yang tidak adil (‘The Wycliffe Bible Commentary’, hal. 203). Pdt. Budi Asali, M.Div, dalam tanggapannya atas ajaran Saksi Yehovah berkata: “Sekalipun mereka disebut 'allah-allah' (ELOHIM), tetapi mereka jelas bukan Allah dalam arti yang sesungguhnya, dan itu terlihat dari: mereka ini bukan satu orang tetapi sekelompok orang, sehingga tidak mungkin mereka adalah Allah semua, karena akan menimbulkan polythiesme. Mereka dihakimi oleh Allah (ay 1). Mereka menghakimi dengan tidak adil (ay 2-4), dan hidup dalam kegelapan (ay 5). Mereka akan mati sebagai manusia (ay 7).”

Jadi, kata 'Allah', jika itu digunakan untuk menunjuk kepada yang bukan Allah, maka Kitab Suci selalu memberi penjelasan yang jelas bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sejati / sungguh-sungguh.
Lalu bagaimana dengan kata ‘Allah’ yang dikenakan bagi Yesus? Apakah itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sejati atau bukan? Perhatikan sanggahan saya atas omong kosong Frans Donald berikut ini:

Frans Donald:
Ibrani 1:8 yang MENGUNTIP Mazmur 45:7-8 yang berbicara tentang pernikahan raja (“….. Tahtamu ya Allah …..”) dalam Perjanjian Lama, raja juga disebut “allah/elohiym” (dalam arti ‘hakim’ atau orang yang diagungkan/sangat dihormati).

Tanggapan saya:
Perhatikan ayatnya baik-baik:

Ibrani 1:8 – “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.’

Konteks Ibrani 1:8 jelas bicara tentang Yesus yang adalah Tuhan dan Allah dalam arti yang setinggi-tingginya, hal ini bisa dilihat di ayatnya yang ke 6, 10, 11 dan 12:

Ibr 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’…(10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan."

Ayat 6 menunjukkan bahwa semua malaikat harus menyembah Yesus (bdk. Mat 4:10). Lalu ayat 10 yang menegaskan bahwa Yesus adalah pencipta alam semesta (bdk Yoh 1:3 dan Kol 1:16). kemudian ayat 11-12 yang menegaskan ketidakberubahan dari Yesus. Segala sesuatu yang termasuk ciptaan akan berubah (ayat 10-12), tetapi berbeda dengan Yesus, Dia tetap sama / tidak berubah (bdk Ibr 13:8). Donald dan Elen Kristi (penulis buku ‘Bukan Allah tapi Tuhan’) sesumbar bahwa Yesus Pra-inkarnasi adalah malaikat, tetapi jelas, pribadi Anak / Yesus dan malaikat dalam ayat-ayat ini sangat dikontraskan! Ayat 6 menjelaskan bahwa semua malaikat harus menyembah Yesus. Jika Yesus pra-eksistensinya adalah malaikat, lalu apakah berarti malaikat menyembah malaikat? Bisakah malaikat disembah? Itu akan bertentangan dengan ayat 7 yang menegaskan bahwa malaikat hanyalah ‘pelayan’ dan bukan obyek yang harus disembah. Juga bertentangan dengan Mat 4:10 yang memerintahkan penyembahan yang hanya / harus ditujukan pada Allah saja. Konteks Ibr 1:8 memberi kita 3 point penting: 1]. Yesus adalah pribadi yang disembah, 2]. Yesus adalah pencipta alam semesta, 3]. Yesus tidak berubah. Tiga hal ini merupakan bukti kuat bahwa Yesus bukan hanya sekedar mahluk sorgawi / malaikat atau ciptaan Allah, tapi Dia adalah Allah itu sendiri.

Frans mengatakan bahwa Ibr 1:8 itu mengutip Mzm 45:7-8 yang bicara tentang ‘pernikahan Raja’. Hal itu memang benar, disini digambarkan tentang seorang Raja yang mempunyai takhta / pemerintahan, dsb. Tetapi, tak ada orang yang dapat mengidentifikasi siapakah raja itu selain menunjuk pada sang Mesias / Kristus.

TheWycliffe Bible Commentary: “Tiada harapan untuk mengidentifikasi raja tersebut atau masa hidupnya dalam sejarah, memberikan arti yang lebih ideal padanya. Penerjemah-penerjemah Yahudi yang belakangan menganggapnya mazmur Mesianis, sebagaimana penulis Kristen mula-mula (bdg. Ibr 1:8, 9). [Hal. 165-166]

Mzm 45 juga menjelaskan hal yang sama dengan Ibrani pasal 1.

Mzm 45:7-8 – “Takhtamu [kepunyaan] Allah (ELOHIM), tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”

Kata 'kepunyaan' pada ayat diatas sebetulnya tak ada. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah (ELOHIM) mempunyai takhta, tetapi jika ini menunjuk pada manusia atau malaikat, jelas tidak mungkin karena raja manusia bisa saja punya takhta didunia tapi pemerintahannya tak akan bisa berlangsung terus-menerus / kekal. Ini juga tak bisa menunjuk pada malaikat, karena Alkitab menjelaskan bahwa Allah-lah yang empunya takhta (bdk. Yes 66:1; Kis 7:49). Jika Donald mengartikan kata ‘Allah’ sebagai menunjuk pada ‘hakim’ atau orang yang dihormati (yang bukan Allah / YHWH), maka akan menentang konteks ayat ini dan juga bertentangan dengan Ibr 1:6-12. Bagaimana mungkin kedua bagian ayat dalam Kitab Suci ini bisa bertentangan satu dengan yang lainnya? Jadi, kata ‘Allah’ (ELOHIM) pada Mzm 45:7 atau kata ‘Allah’ (Theos) pada Ibr 1:8, jelas berarti Allah dalam arti yang sesungguhnya.

Frans Donald:
Yesaya 9:5, “Seorang anak telah lahir… namanya disebutkan orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, ….” Ayat ini berbicara mengenai anak raja Ahaz dan juga bisa ditafsirkan sebagai nubuatan yang mengacu kepada Yesus. Anak Ahaz disebut orang sebagai Allah yang Perkasa (karena di dalam anak itu Allah-Yahweh menyatakan kehadiran dan pertolongan-Nya).

Tanggapan saya:
Ahas pada waktu itu adalah raja Yehuda dan Tuhan melalui nabi Yesaya berbicara padanya tentang suatu pertanda dilahirkannya seorang anak laki-laki. Tetapi apa dasarnya mengatakan bahwa Yes 9:5 bicara tentang anak raja Ahas? Disini Donald sama sekali tidak memberi dasar argumentasi / alasan mengapa ayat ini berbicara soal anak raja Ahas (demikian juga saat dia membahas ayat ini di halaman 67), namun hanya asal ngoceh saja! Coba kita melihat latar belakang ayat ini mulai pasal 7. Disitu diceritakan bahwa raja Israel dan raja Aram menyerang Yehuda (sekitar tahun 735 SM), [ayat 1]. Yesaya diperintahkan Tuhan untuk menasehati Ahas agar percaya pada Allah yang akan memberi kelepasan. Kemudian Allah menawarkan Ahas untuk meminta suatu pertanda, namun itu ditolaknya. Sekalipun demikian Allah tetap memberi tanda dengan kelahiran sang Imanuel [ayat 14]. Pertanyaannya adalah, siapakah Imanuel itu? Hal yang pertama yang harus diketahui adalah, sang Imanuel dilahirkan oleh seorang ‘perempuan muda’ (Ibrani = ALMAH). Kata Ibrani ini berarti ‘perawan’ atau ‘seorang wanita muda sebelum nikah’ (‘Full Life Study Bible’, hal. 1051). Jika itu adalah anak Ahas, apakah itu diperolehnya dari seorang ‘perawan’? Tentunya Ini hanya cocok bagi Maria ibu Yesus yang tetap ‘perawan’ hingga Yesus lahir (Mat 1:18,25). Disamping itu, perawan Maria juga melahirkan anak yang akan diberi nama ‘Imanuel’ yang jelas menunjuk pada Yesus (Mat 1:23).

Mat 1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita.”

Kedua, Yes 9:5 adalah nubuatan Yesaya terhadap kelahiran seorang Anak dengan cara yang luar biasa. Ada 4 hal yang menjadi penekanannya: 1] Dia akan disebut ‘Penasehat Ajaib’ (Ibr = PELE). “Kata Ibrani pele hanya dipakai untuk Allah, tidak pernah untuk manusia atau pekerjaannya; bd. 28:29” (‘Full Life Study Bible’, hal. 1057). 2] ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani = EL GIBBOR). Ini adalah kata yang juga digunakan untuk TUHAN / YHWH! “Sebagai Allah yang Perkasa (kata yang jelas dipakai untuk TUHAN dalam Ul. 10:17; Yes 10:21; Yer 32:18)…” (‘The Wycliffe Bible Commentary’, hal. 464-465). 3] ‘Bapa yang kekal’ (Ibrani = ABI AD), seharusnya dipahami ‘Bapa dari kekekalan’ atau ‘Bapa pemilik kekekalan’. “Sebagai Bapa yang Kekal Dia bukan hanya menjadi Tuhan (penguasa) atas kekekalan, melainkan pencipta hidup kekal bagi orang yang ditebus.” (Wycliffe, hal. 465). 4] ‘Raja Damai’ (Ibrani = SAR SHALOM). “Dia akan memberikan ‘damai sejahtera’ seperti tersirat dalam makna lengkap dari shalom: yaitu kesehatan bagi jiwa yang sakit akibat dosa; suatu hubungan yang baik dan sehat antara orang berdosa dengan Allah, juga antara sesama orang berdosa; dan suatu keadaan yang sehat berupa kemakmuran dan keadilan universal berlaku dibumi.”(Wycliffe, hal. 465).

Jika Yes 9:5 bicara soal anak raja Ahas, dapatkah si anak itu memenuhi 4 kriteria ini? Tak ada seorang manusiapun yang dapat memenuhi hal ini selain Allah. Itu membuktikan bahwa sang Imanuel / Yesus itu benar-benar adalah Allah yang sejati!

Frans Donald:
Yohanes 10:35 menegaskan bahwa ‘penerima dan pembawa’ Firman [kepada siapa Firman itu disampaikan] bisa disebut sebagai “allah” juga.

Tanggapan saya:

Yohanes 10:34-35 – “Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”

Ini adalah jawaban Yesus pada orang Yahudi yang hendak melemparinya dengan batu karena Yesus menyatakan kesatuannya dengan Bapa (Yoh 10:30). Bagi orang-orang Yahudi, kata-kata “Aku dan Bapa adalah satu” merupakan penghujatan pada Allah. Mengapa? Karena dengan demikian, Yesus sedang menyetarakan diri-Nya dengan Allah (ayat 33). Yesus kemudian menjelaskan bahwa dalam Kitab Suci (ayat 34b adalah kutipan dari Mzm 82:6), ada orang yang disebut ‘allah’ tetapi bukanlah suatu penghujatan. Disini bukan berarti bahwa Yesus sedang menyamakan diri-Nya dengan para hakim itu yang memang bukan Allah yang sejati, tetapi Dia memaksudkan bahwa jika hakim yang adalah manusia biasa saja disebut ‘allah’ tapi bukan penghujatan, apalagi Dia / Yesus yang adalah Kristus / mesias pada waktu menyatakan diri-Nya sebagai ‘Anak Allah’, tentu bukanlah suatu penghujatan! Disini Yesus sedang menekankan bahwa Dia memang setara dengan Allah / benar-benar Allah dan itu bukan penghujatan!

Frans Donald:
Nah, dengan demikian kita bisa memahami bahwa DI DALAM ALKITAB : Musa disebut Allah, para malaikat disebut para allah, raja juga disebut allah, anak raja Ahaz juga disebut allah, Penerima dan Pembawa Firman juga disebut allah. Maka tidak masalah jika Yesus (sebagai Penerima dan Pembawa Firman, yang bergelar ho logos, sang Firman adalah Allah).
Dan bisa dipahami, bahwa sekalipun Musa, makhluk-makhluk sorgawi, raja, anak raja, dan penerima-pembawa Firman [termasuk Yesus], mereka semua bisa disebut sebagai “allah”, tetapi mereka semua tentu bukanlah Allah sejati. Musa, makhluk surgawi dan Yesus, mereka semua disebut ‘allah” tetapi bukan Allah yang benar, karena, “Satu-satunya Allah yang benar hanya Bapa/Yahweh” (Yohanes 17:3); Yahweh adalah Allah yang benar (Yeremia 10:10).

Tanggapan saya:
Diatas sudah saya buktikan bahwa ini hanyalah omong kosong yang tak bisa dipertanggungjawabkan secara Alkitabiah! Istilah ‘Allah’ memang bisa menunjuk pada manusia, malaikat dan bahkan setan! Tetapi untuk membedakan Allah yang benar (sejati) dengan yang bukan Allah, KONTEKS yang menentukannya! Saya akui bahwa Bapa adalah satu-satunya Allah yang benar. Namun hal ini tak boleh ditafsirkan bahwa Allah yang benar itu hanya Bapa saja, karena jika demikian, maka akan menentang banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan dengan eksplisit bahwa Yesus adalah Allah (Yes 9:5; Yoh 1:1; Ibr 1:8, dsb). Disamping itu, juga akan menentang ayat dibawah ini:

1 Yohanes 5:20 – “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”

Ayat ini dengan gamblang menjelaskan bahwa Yesus Kristus juga adalah Allah yang benar! Dalam hal ini kita tak boleh menafsirkan suatu ayat bertentangan dengan ayat yang lain. Mengapa? Karena Allah tak mungkin berbicara dengan lidah yang bercabang, Dia tak mungkin menentang kata-kata-Nya sendiri! Di bagian lain (Yoh 1:1) Yohanes berkata bahwa ‘Sang Firman’ yang adalah Yesus itu adalah Allah (dalam arti sebenarnya), lalu bagaimana mungkin dia tiba-tiba menyatakan bahwa hanya Bapa / YHWH saja Allah yang benar??

Frans Donald:

Dalam Yohanes 1:1 terjemahan Indonesia (LAI) kita jumpai adalah dua kata “allah”, di Frase kedua dan ketiga. Tanpa meneliti bahasa Yunaninya, maka pembacanya sering menangkap “allah” pada frase kedua dan ketiga dianggap sama. Namun, kalau kita meneliti bahasa aslinya, tampak jelas sekali bahwa “allah” pada frase “Firman itu bersama dengan Allah” mengandung perbedaan makna dengan “allah” pada Frase “Firman itu Allah”. Untuk lebih jelasnya, mari kita pahami Yohanes 1:1 dalam bahasa aslinya, Yunani :

a) “en arkhe en ho logos” (pada mulanya ada sang firman)
b) “Kai ho logos en pros ton theos” (Sang firman itu bersama-sama dengan allah/the god)
c) “kai theos en ho logos” (allah adalah sang firman)

Di bahasa Yunaninya, untuk “allah” pada frase b) dan frase c) tertulis berbeda : ‘ton theos’ dan ‘theos’. Yang pertama memakai kata sandang, sementara yang kedua tidak. Dengan kata sandang dan tanpa kata sandang tentu keduanya memiliki kandungan makna yang bisa berbeda.
Tampaknya bahasa Yunani “theos” bisa bermakna sebagai kata benda dan bisa juga sebagai kata sifat. Ton adalah kata sandang. Jadi ton theos (di Yohanes 1:1b) berarti The God atau Sang Allah, mengacu pada Allah sejati. Akan tetapi, tanpa kata sandang ton maka theos (di Yohanes 1:1c) bisa berarti suatu allah atau keilahian atau sifat ilahi (a god/divine).

Tanggapan saya:

Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.

Yunani: “en arkhe en ho logos kai ho logos en pros ton theon kai theos en ho logos”

Dalam Yoh 1:1, terdapat 2 kata benda; ‘ton theon’ (ada kata sandang) dan ‘theos’ (tanpa kata sandang). Apa dasarnya mengatakan ‘ton theon’ menunjuk pada Allah sejati dan ‘theos’ tidak menunjuk pada Allah yang sejati? Ini adalah pandangan yang sangat mengada-ada! Bandingkan dengan ayat ini:

2 Kor 4:4 - “Yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”. Kata ‘ilah’ di ayat itu, bahasa Yunaninya adalah ‘HO THEOS’ yang berarti ‘the God’ (menggunakan kata sandang), tetapi kata itu tidak menunjuk pada Allah sejati, namun untuk setan!

2Tesalonika 2:4 - "yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah [THEON]. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah [TOU THEOU]". Berdasar konteks, kata ‘Allah’ pada ayat ini tidak menunjuk pada Allah yang sejati, namun mungkin menunjuk kepada Antikristus.

Jika Frans Donald mengatakan bahwa kata ‘Theos’ yang diikuti dengan kata sandang itu menunjuk pada Allah yang sejati, lalu bagaimana dengan 3 ayat ini:

Titus 2:13 – “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”. Kata Allah pada ayat ini dalam bahasa Yunaninya disebut TOU THEOU (dengan kata sandang).

Ibr 1:8 – “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran’”. Kata ‘Allah’ pada ayat ini menggunakan kata sandang HO THEOS.

Wahyu 1:8 - "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." Kata ‘Allah’ di ayat ini, juga menggunakan kata sandang HO THEOS.

Ketiga ayat ini jelas berbicara tentang Yesus dan disini Dia disebut dengan istilah TOU THEOU / HO THEOS, kalau mau konsisten dengan penafsirannya, maka di bagian ini Donald harus mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Allah! Jadi, dengan atau tanpa kata sandang, belum tentu menunjuk pada Allah yang sejati. Semuanya tergantung dari konteksnya.

Frans Donald:

Sebagai perbandingan kata, sama halnya seperti si manis tidak sama artinya dengan manis. Tambahan kata sandang “si” membuat si manis bermakna sebagai kata benda, tetapi tanpa si maka manis mengacu pada kata sifat.

Tanggapan saya:
Ilustrasinya salah! ‘Manis’ adalah kata sifat, kemudian setelah diberi kata sandang ‘si’ maka kata ‘manis’ menjadi kata benda. Ini jelas sangat tidak cocok karena kata ‘theos’ (tanpa kata sandang) adalah kata benda, dan sekalipun diberi kata sandang ‘ton’ menjadi ‘ton theon’, kata ini tetap adalah kata benda. Contoh: ‘Sang raja’, ini adalah kata benda. Kalau kata sandang ‘sang’ dihilangkan, maka menjadi ‘raja’. Lalu, apakah kata ‘raja’ itu berubah menjadi kata sifat? Tidak!

Frans Donald:
Dengan pemahaman yang lazim, “theos” dalam penggalan Yohanes 1:1c (firman itu adalah allah : kai theos en ho logos) memiliki arti yang berbeda dengan “ton theos” dalam penggalan kedua (Firman itu bersama-sama dengan allah, kai ho logos en pros ton theos). Penggalan yohanes 1:1c terjemahan Indonesia yang saat ini terbaca “Firman itu adalah Allah”, tampaknya lebih tepat dipahami sebagai : “Firman itu adalah suatu allah” atau “firman itu bersifat ilahi” atau “allah/ilahi adalah sang firman”

Tanggapan saya:
Berikut akan dibuktikan lebih lanjut berdasarkan Yohanes pasal satu, bahwa Yesus adalah Allah.

Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Kata ‘Firman’ dalam ayat ini, jelas berbicara tentang Yesus (lihat ayat 14-18). Yesus Kristus, sebelum hadir didunia adalah ‘Sang Firman’, Allah yang kekal !

Dr. Chris Marantika: “Kata-kata ‘pada mulanya’ diterjemahkan dari ungkapan kata-kata bahasa Yunani ‘en’ yang berarti ‘di dalam’ atau ‘pada’ dan ‘arche’ yang berarti ‘purbakala’ (tanpa artikel), maka ini berarti purbakala itu tak terbatas (timeless existence). Ditambah pula dengan penggunaan bentuk ‘imperfect’ yaitu keterangan waktu ‘past continuous’ bagi kata ‘adalah’ (en), maka teranglah sudah yang dimaksudkan disini adalah masa lampau yang tak terbatas atau kekekalan masa lampau. Kata ‘bersama-sama dengan’ berasal dari kata ‘pros’ (face to face) yang dalam pikiran Yunani berarti satu kesatuan, menunjukkan bahwa Kristus yang adalah Firman itu bukan saja ada terus menerus di masa lampau yang tak terbatas (kekal), juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah” (‘Yesus Kristus Allah, manusia sejati’. Hal 15-16).

Jelas sekali bahwa jika ditinjau dari sisi bahasa Yunani, Yesus pra-Inkarnasi adalah pribadi yang kekal, Dia bukan hanya kekal pada masa depan, tetapi juga pada masa lampau. Dia terus menerus ada dan tidak pernah suatu saat Dia tidak ada. Kalimat ‘bersama-sama dengan Allah’ dalam bahasa Yunani disebut ‘Pros ton Theon’, secara hurufiah berarti ‘berhadapan muka dengan Allah’, ini menunjukkan bahwa saat itu ‘Firman’ dan Allah adalah 2 pribadi yang berbeda. Tetapi sekalipun demikian, mereka ada didalam satu kesatuan. Kemudian, jika kita melihat Yoh 1:3, disitu dikatakan bahwa Yesus adalah pencipta segala sesuatu. Jadi, berdasarkan konteksnya, maka kalimat “kai theos en ho logos” (Firman itu adalah Allah), jelas menunjuk pada Allah yang sejati. Donald mengklaim bahwa kata-kata itu harus dipahami sebagai “Firman itu adalah suatu allah” atau “firman itu bersifat ilahi” atau “allah/ilahi adalah sang firman”. Ini jelas kurang ajar! Karena jika dilihat dari sudut tata bahasa Yunani, kalimat itu harus diterjemahkan “Firman itu adalah Allah”!

Henry C. Thiessen: “Yesus disebut Allah sebanyak beberapa kali dalam Perjanjian Baru. Dalam Yoh 1:1 penekanannya sangat kuat dalam bahasa Yunani. Ayat itu berbunyi, ‘Dan Firman itu adalah Allah’. Ketiadaan kata sandang sebelum istilah theos menunjukkan bahwa Allah dalam kalimat ini berfungsi sebagai predikat. Yang dipertanyakan dalam ayat itu bukan siapa Allah itu, tetapi siapa logos. Ia bukan saja Anak yang tunggal, tetapi juga Allah yang tunggal (Yoh 1:18)” (‘Teologi Sistematika’, hal. 147). 

Dr. Charles C. Ryrie: “Pernyataan Yohanes yang gamblang mengatakan bahwa Kristus adalah Allah (Yoh 1:1). ‘Firman itu adalah Allah.’ Bukannya Firman itu bersifat ilahi, seperti dikatakan, Moffat dan Goodspeed, (karena dalam bahasa aslinya tertulis ‘Theos’ – Allah - ; dan bukan ‘theios’ – bersifat ilahi, seperti dalam Kis 17:29 dan 2 Ptr. 1:3) Yohanes juga tidak mengatakan bahwa Firman itu adalah suatu allah (seperti diterjemahkan oleh penganut Saksi Yehuwa). Kata benda definitif yang mendahului kata kerja biasanya bukan kata sandang definitif (lihat Leon Morris, Commentary on the Gospel of John [Grand Rapids: Eerdmans, 1971], hlm. 77n). 

Jadi, kata ‘Firman’ yang menunjuk pada Yesus dalam Yohanes 1:1 jelas adalah Allah yang sejati! 

Frans Donald:

Dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris, Yohanes 1:1c menjadi sangat jelas bahwa Firman itu adalah suatu allah (a god, bersifat ilahi) The word was a god. Namun, sayangnya sering kaum Trinitarian mengklaim bahwa yang menterjemahkan frase terakhir Yohanes 1:1 The Word was a god” itu hanyalah ALkitab New World translation milik sekte Saksi Yehuwa [yang dianggap sesat], sementara Alkitab lainnya menerjemahkan sebagai The word was God (sang firman adalah Allah sejati). Tetapi argumentasi serta penyangkalan tersebut ternyata tidaklah benar, karena ternyata Yohanes 1:1c di dalam banyak fersi Alkitab justru semakin jelas mencatat bahwa “sang firman itu adalah suatu allah/bersifat ilahi [a god/divine]”, sama sekali bukan “sang firman itu adalah Allah sejati [the god]”. Bukti-bukti akurat tersebut diantaranya tercatat dalam banyak sekali terjemahan berbagai versi Alkitab berikut ini:

1. An the word was a god I (Newcome, 1808)
2. The word was God’s (Crellius, as quoted in The New Testamen in an Improved Version)
3. And the Word was a divine being (La Bible du Centenaire, L’Evangile selon Jean, By Maurice Goguel, 1928)
4. The logos was a god (John Samuel Thompson, The Montessoran; nor The Gospel History According to the Four Evangelists, Baltimore; Published but the translator, 1829)
5. The Word was divine (Goodspeed’s An American Translation, 1939).
6. The word was a god (Revised Version-Improved and Corrected)
7. And godl-ly/-like] was the Word.(Prof. Felix Just, S.J. Loyola Marymount University).
8. The lagos was divine (Moffatt’s The Bible, 1972)
9. “the Word Was God”[ftn. Or Deity, Divine, Which is a better translation, because the Gree definite article is not present before this Greek word](International English Bible-Extreme New Testament, 2001).
10. And the Word was a god.(Reijnier Rooleeuw, M.D The New Tastment of Our Lord Jesys Christ, Translated from the Greek, 1964).
11. [A]s a god the Command was (Hermann Heinfetter, A Literal Translation of the New Testament, 1863).
12. The Word was a God (Abner Kneeland The New Testament in Greek and English, 1822)
13. [A]nd a Gpd (i.e.a Divine Being) was The Word (Robert Young, LL.D (Concise Commentaru on the Holy Bible (Grand Rapids: Baker, n.d.) 54)1885).
14. The Word was a god (Belsham N.T 1809)
15. And the logos was a god “ (Leicester Ambrose, The Final Theology, Volume 1, New York, New York; M.B Sawyer and Company, 1879).
16. The Word Was Deistic” [= The Word was Godly] (Charles A.L. Tottenm The Fospel of History, 1900).
17. ‘[A]nd was a god”(J.N Jannaris, Zeitschrift fur die Newtestameutlich Wissencraft, (German Periodical) 1901, International Bible Translators N.T. 1981)
18. “[A’] Divine Person” (Sauel Clarke, M.A., D.D., rector of ST. Jamees, Wstminster, A. Paraphrase in the Gospel of John, London)
19. “a God”(Joseph Priestley, LL.D F,R,S, [Philadelphia; Thomas Dobson, 1794]37]].
20. “a God”(Lant Carpenter, LL.D (In Unitarianism in the Gospels [London : C. Stower, 1809], 156))
21. “a God” (Andews Norton, D.D [Cambridge : Brown, Shattuck, and Company, 1833],74)
22. “a god” (paul Wernle, (In The Beginnings of Christianity, Vol. 1, The Rise of Religion [1903], 16)).
23. “and the [Marshal][Word] was a god”(21st Century Liberal)
24. “[A]nd (a) God Was the word” (George William Horner, The Coptic Version of the New Testament, 1911).
25. “[A]nd the Word was of divine nature” (ernest Findlay Scott, The Literature of the New Testament, New York Columbia University Press, 1932).
26. “[T]he Word was a God” (james L. Tomanec, The New Testament of our Lord and Savior Jesus Anointed, 1958)
27. “The Word had the same nature as God”(Philip Harner, JBL, Vol. 92, 1974)
28. “And a god(or, of a divine kind) was the Word” (Siegfried Schulz, Das Evangelium nach Johannes, 1975).
29. “and godlike sort was the logos” (Johannes Schneider, Das Evangelium Nach Johannes, 1978).
30. “the Word was a divine Being” (Scholar’s Versionb- The Five Gospels, 1993).
31. “The Divine word and wisdom was there with God, and it was what God was” (J.Madsen, New Testament A Rending, 1994).
32. “a God/god was the Logos/logos”(Jurgen Becker, Das Evangelium Nach Johannes, 1979).
33. “The Word/word was itself a divine Being/being” (Curt Stage, The New Testament, 1907).
34. “The Word was of divine kind” (Lyder Brn (Norw. Professor of NT theology), 1945).
35. “was of divine Kind/kind” (Fredrich Pfaefflin, The New Testament, 1949).
36. “godlike Being/being had the Word/word” (Albrecht, 1957)
37. “the word of the world was a divine being” (Smit, 1960)
38. “God(=godlike Being/being) was the Word/word”(mange, 1961)
39. “divine (of the category divinity) was the Logos” (Haenchen (tr. By R. Funk), 1984).
40. “And the Word was divine”(William Temple, Archbioshop of York, Readings in St. John’s Gospel, London, Macmillan dan Co., 1933)
41. “The Word of speech was a God” (John Crellius, latin form of German, The 2 Books of John Crellius Francus, Touching One God the Gather, 1631).
42. “The Word was with Alah [God] and the word was a god” (Greek Orthodox/Arabic Valendar, incorporating portions of the 4 Gospels, Greek Orthodox Patriarchy or Beirut, May, 1983.
43. “And the Word was Divine” (Ervin Edward String ellow (Prof. of NT Language and Literature/Drake University, 1943).
44. “and the Logos was divine (a divine being)”(Robert Harvey, D.D., Professor of New Testament Language and Literature, Wesminster College, Cambridge, in The Hostoric Jesus in the New Testament, London, Student Movement Christian Press 1931).
45. “The word was a devide being” (Jesuit John L, McKenzie, 1965, wrote in this Dictionary of the Bible : “Jn. 1:1 Should rigorously be translated …’ the word was a divine being”
46. “In a beginning was the Word, and the Word was with the God, and a god was the Word” (Interlineary Word for Word English Translation-Emphatic Diaglott)

Tanggapan saya:
Semua kutipan ini sama sekali tak ada gunanya! Percuma memberi banyak kutipan jika tak sesuai dengan teks bahasa aslinya. Adanya banyak versi yang menterjemahkan demikian, bukan patokan untuk menilai benar tidaknya suatu ajaran. Jika dilihat dari bahasa asli PB, kalimat terakhir itu memang harus diterjemahkan “The Word was God” bukan “The word was a god”. Bandingkan dengan berbagai versi Alkitab berikut ini:

KJV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
NAS: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
NIV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
RSV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
NJB: "In the beginning was the Word: the Word was with God and the Word was God."
YLT: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God;"
WEB: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
TNT: "In the beginnynge was the worde and the worde was with God: and the worde was God."
TNIV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
NLT: "In the beginning the Word already existed. The Word was with God, and the Word was God."
NKJ: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God."
ASV: "In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God".

Frans Donald:
Kesimpulan: Frase “Firman itu adalah Allah” di dalam Yohanes 1:1c tidak bermakna bahwa Yesus itu adalah Allah sejati. Yohanes 1:1 tidak tepat untuk dijadikan dasar ayat guna membuktikan seolah-olah Yesus itu adalah Allah sejati (The true God) seperti klaim kaum Trintiarian. Yohanes 1:1 sama sekali tidak menerangkan bahwa Yesus itu adalah Allah sejati/The true God. “Firman itu Allah” (kai theos en ho logos) hanya akan tepat dipahami sebagai “sang firman itu adalah suatu allah/makhluk yang bersifat ilahi”.

Tanggapan saya:
Diatas sudah dijelaskan dengan panjang lebar, jika ditinjau dari gramatika Yunani dan konteks ayat tersebut, sangat jelas bahwa ‘Sang Firman’ / Yesus adalah benar-benar Allah dalam arti yang sesungguhnya / sejati. Kesimpulan yang anda ambil itu adalah kesimpulan yang mengada-ada dan ngawur!

Frans Donald:

Jika Yoh 1:1 (sebagai awal Injil Yohanes) ‘dipaksakan’ digunakan untuk seolah-olah membuktikan Yesus sebagai Allah Sejati, maka hal itu akan bertentangan dengan isi dan akhir dari Injil Yohanes itu sendiri, karena :
Pertama, tulis Injil Yohanes memahami kesaksian Yesus tentang dirinya sendiri sangatlah terang benderang berkali-kali mengatakan bahwa Yesus adalah UTUSAN ALLAH (bukan Allah itu sendiri). Hal itu tertulis di antaranya :

Yohanes 5:23, “… Bapa yang mengutus dia(Yesus)”
Yohanes 5:24 . “… Dia (Bapa) yang mengutus aku”.
Yohanes 5:30, “… AKu tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku”.
Yohanes 5:36, “… Bapa mengutus aku”
Yohanes 5:37, “Bapa yang mengutus aku …”
Yohanes 5:38, “Dia (Yesus) yang diutus-Nya”.
Yohanes 6:29, “Hendaklah kamu percaya kepada Dia yang diutus Allah”.
Yohanes 6:38, “AKu telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus aku”
Yohanes 6:44, “….Bapa yang mengutus aku”
Yohanes 6:57. “Bapa yang hidup mengutus aku…”
Yohanes 7:16, “Ajaranku tidak dari diriku sendiri, tetapi dari Dia yang mengutus aku”
Yohanes 7:28, “… Aku datang bukan atas kehendakku sendiri, tetapi aku diutus oleh Dia yang benar yang kamu kenal”.
Yohanes 7:29, “Aku kenal Dia sebab aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus aku”.
Yohanes 7:33, “… aku akan pergi kepada Dia yang mengutus aku”
Yohanes 17:3, kunci hidup kekal : “Mengenal satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus utusan Allah”

Dan ayat-ayat lainnya yang banyak menyebut Yesus sebagai UTUSAN!

Tanggapan saya:
Tak ada yang aneh dengan istilah ‘utusan’ yang ditujukan pada Yesus, Dia memang utusan Allah. Ada yang menafsirkan bahwa ayat-ayat ini bicara tentang sisi kemanusiaan Yesus, sebagai manusia / utusan, Dia memang lebih rendah dari yang mengutusnya (bdk. Yoh 13:16). Tetapi jika kita melihat ayat-ayat yang lain (mis. 1 Yoh 4:9; Yoh 3:17; 6:38; 8:42; 10:36; 17:18, dsb), disitu dijelaskan bahwa Yesus diutus Allah (Bapa) bahkan sejak sebelum Dia berinkarnasi.

1 Yoh 4:9 “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.

Yoh 3:17 “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

Kalimat yang saya garis bawahi itu, menunjukkan bahwa Yesus sudah adalah ‘Anak’ bahkan sebelum kehadirannya didunia. Kata-kata ‘Anak-Nya yang tunggal’ / ‘Anak-Nya’ jelas menunjuk pada keilahian Yesus (Bdk. dengan istilah ‘Anak Allah’ di Yoh 5:18 dan 19:7). Jika ditinjau dari sudut ini, maka sebetulnya yang benar adalah ‘Allah mengutus Allah’. Pengutusan Bapa terhadap Anak-Nya bukan menunjukkan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, itu hanyalah demi keteraturan. Misalnya dalam suatu keluarga, ada Ayah, ibu dan anak. Dihadapan Allah, ketiga orang / pribadi itu sama / setara. Mereka adalah ‘anak Allah’ (orang-orang yang beriman pada Yesus). Tetapi demi keteraturan, maka ibu harus taat / tunduk pada suami, anak-anak harus tunduk pada ibu dan bapak. Demikian pula halnya dengan ketiga pribadi Allah (Bapa, Anak dan Roh Kudus). Adanya ‘Bapa mengutus Anak’, lalu ‘Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus’ (Yoh 14:26; 15:26), menunjukkan bahwa ‘Bapa’, ‘Anak’ dan ‘Roh Kudus’ adalah 3 pribadi yang berbeda dan bukan bicara soal perbedaan posisi / kedudukan mereka. Hal ini lagi-lagi membuktikan kebenaran ajaran Tritunggal! Jika memang Yesus adalah utusan dalam arti bahwa posisinya lebih rendah dari Bapa, maka itu akan menentang banyak ayat yang menyatakan keilahian dan kesetaraan-Nya dengan Bapa (Yoh 10:30; Fil 2:5-6).

Frans Donald:
Kedua, berdasar bagian akhir Injil Yohanes, menurut kesaksian Penulisnya (di Yohanes 20:31), secara terus terang menegaskan bahwa : SEMUA Hal yang dicatat dalam Injil Yohanes adalah bukan supaya orang percaya bahwa Yesus itu Allah sejati atau Allah itu Tritunggal, tidak!, melainkan supaya orang percaya bahwa Yesus adalah MESIAS, Anak Allah! Injil Yohanes tegas tidak mengatakan : Yesus sebagai Allah Anak/Allah sejati sebagaimana klaim Trinitarian, melainkan Yesus adalah Mesias [yang diurapi oleh Allah/utusan Allah]. Satu-satunya Allah yang benar hanya Bapa saja (Yohanes 17:3). Maka secara keseluruhan dari sejak awal isi sampai akhir Injil Yohanes secara utuh menjelaskan bahwa Yesus adalah MESIAS/UTUSAN YANG DIURAPI OLEH ALLAH.

Tanggapan saya:
Aneh, Frans Donald justru menggunakan ayat yang menjelaskan keilahian Yesus!

Yoh 20:31 “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”

Ayat ini menjelaskan maksud dari Injil ini dicatat: supaya manusia percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah! Apakah yang dimaksud dengan istilah ‘Anak Allah’ itu? Dalam mengartikan suatu istilah dalam Kitab suci, maka kita harus mengartikan sesuai dengan jaman / penulisnya. Jaman sekarang, Anak Allah berarti mulanya Allah cuma satu, lalu waktu muncul Yesus, sekarang Allahnya jadi 2. Itu salah! Kalau ingin mengartikannya, maka kita harus kembali pada 2000 tahun yang lalu ketika istilah itu di munculkan. Pada saat itu, pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai Anak Allah, semua orang Yahudi tahu bahwa Ia memaksudkan diriNya sebagai Allah, atau dengan kata lain bahwa Ia adalah Allah sendiri.

Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: sesungguhnya Engkau Anak Allah”. 

Orang-orang yang ada di kapal ini adalah orang Yahudi yang Monotheisme. Kalau Anak Allah bukan Allah, lalu kenapa di sembah? Ingat dalam Mat 4:10, Yesus melarang berbakti dan menyembah pada siapapun juga selain pada Allah. Makanya ketika Petrus di sembah (Kis 10:25-26), Paulus / para rasul di sembah (Kis 14:14-18), dan Rasul Yohanes menyembah malaikat, itu di tolak dan di alihkan pada Allah. Beda dengan Yesus, waktu Dia di sembah, Dia tidak menolaknya tetapi justru menerimanya. Itu membuktikan bahwa Dia adalah Allah sendiri. 

Yoh 5:17,18- “ Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga’. Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah”.

NIV : “. . . Making himself equal with God” (‘menyetarakan diri-Nya’).

Saat Yesus menyatakan bahwa Ia Anak Allah, orang-orang Yahudi mengerti bahwa Dia menyetarakan diri-Nya dengan Allah. Karena itu mereka ingin membunuhNya.

Yoh 19:7- “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah”. Bdk. Mrk. 14:61-64.

Pengakuan Yesus sebagai ‘Anak Allah’, bagi mereka merupakan penghujatan terhadap Allah. Jelas, ‘Anak Allah’, berarti sama dengan Allah. Scotehmer menyimpulkan bahwa “Baik murid-murid maupun musuh-Nya mengerti berdasarkan latar belakang Yahudi mereka bahwa istilah ‘Anak Allah’ mempunyai arti yang ilahi. Sebanyak seratus empat kali, Kristus menyebut Allah sebagai ‘Bapa’.’” (Felder, Hilarin. Christ and the Critics. Diterjemahkan oleh John L. Stoddard. London: Burns Oates and Washburn Ltd., 1924).
Tidak benar bahwa sejak awal sampai akhir dari tulisan Yohanes, dia hanya menekankan Yesus sebagai Mesias / Anak Allah dalam arti ‘bukan Allah sejati’. Sudah dijelaskan bahwa arti dari istilah ‘Anak Allah’ jelas sama / setara dengan Allah. Disamping itu, banyak ayat-ayat dalam Injil Yohanes yang menjelaskan keilahian Yesus:

Yoh 2:24-25 “Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.

Yoh 5:23 “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.”

Yohanes 8:46 “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?”

Yoh 8:58 “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’"

Yoh 9:38 “Katanya: ‘Aku percaya, Tuhan!’ Lalu ia sujud menyembah-Nya”.

Yoh 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu."

Yoh 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.”

Yoh 14:6 “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.

Yoh 14:14 “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Yoh 14:23 “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’”.

Yoh 16:30 “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."

Yoh 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Yoh 20:28 “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’"

Sekalipun Yohanes bicara soal Bapa yang adalah Allah (Yohanes 17:3), namun dia juga sangat menekankan keilahian Yesus dan bahkan secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri (Yoh 1:1)! Dari seluruh penjelasan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tulisan Yohanes (Injil) ini ada, tujuannya adalah agar manusia percaya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN / ALLAH !!!

KESIMPULAN

Kitab Suci dengan jelas mengajarkan doktrin Allah Tritunggal; Bapa itu Allah, Yesus adalah Allah dan Roh Kudus juga adalah Allah. Mereka adalah tiga pribadi yang berbeda namun ada dalam satu esensi. Seluruh tulisan Frans Donald dalam bukunya ‘Menjawab Doktrin Tritunggal’ adalah serangan yang hanya didasari oleh pikiran pribadi (ajaran manusia) dan bukan ajaran Kitab Suci. Sekalipun dia memberi dasar Alkitab pada seluruh tulisannya, namun ayat-ayatnya di tafsirkan secara salah dan sembrono!

Karena dalam bukunya, Donald menitikberatkan pada ke-Allah-an Yesus, maka disini saya akan mengutip kata-kata dari C.S. Lewis (seorang professor dari Universitas Cambridge yang pernah menjadi seorang agnostik), saat dia bicara soal Yesus Kristus: “Disini aku berusaha untuk mencegah orang mengucapkan suatu kebodohan seperti yang sering dikatakan oleh orang-orang tentang Dia: ‘Aku sih tidak keberatan menerima Yesus sebagai pengajar moral yang hebat, tapi aku tidak bisa menerima pengakuan-Nya bahwa Dia adalah Allah.’ Ini adalah sesuatu yang tidak patut kita katakan. Seorang manusia biasa yang mengatakan hal-hal yang dikatakan Yesus tidak mungkin menjadi seorang guru moral yang hebat. Dia bisa seorang gila – sama seperti orang yang mengatakan bahwa dia adalah sebuah telur dadar – atau dia bisa seorang iblis dari neraka. Jadi anda harus memilih. Apakah menurut anda orang ini adal;ah Anak Allah, yang memang benar demikian: atau seorang gila atau yang jauh lebih buruk dari pada itu.”

C. S. Lewis menambahkan: “Saudara dapat menghardiknya sebagai seorang tolol, anda dapat meludahi dan membunuhnya sebagai iblis; atau anda dapat bersimpuh dibawah kaki-Nya dan memanggil-Nya Tuhan dan Allah. Tapi jangan membuat kesimpulan konyol dengan menganggap-Nya guru manusia yang hebat. Dia tidak memberi pilihan itu kepada kita.” (‘Apologetika’, Josh McDowell. Vol. 1. hal. 172).

Dari seluruh penjelasan tentang keilahian Yesus Kristus menurut Alkitab yang telah dipaparkan diatas, sekarang saya ingin bertanya pada para pembaca sekalian: Siapakah Yesus Kristus itu menurut anda? Sepertinya Lewis memberi 3 pilihan bagi saudara:

1] Yesus adalah seorang pendusta / orang tolol.
2] Yesus adalah orang gila.
3] Yesus betul-betul adalah Anak Allah / Allah sendiri.

Pdt. Budi Asali M.Div: “Yang mana dari ketiga pilihan di atas ini yang saudara pilih? Ingat, saudara tidak punya pilihan lain! Kalau saudara tidak mau mempercayai Yesus sebagai Allah, maka saudara tidak bisa mempercayaiNya sebagai nabi, malaikat, orang saleh, dsb, tetapi saudara harus mempercayai Dia sebagai pendusta, orang tolol, atau orang gila!”

Pilihan ada di tangan saudara!

1 komentar:

  1. artikel yang sangat bagus membangun dan membuktikan maaf menambahkan Esistensi TRITUNGGAL Sudah ada dari semulanya dalam Kitab Kejadian 1ayat 1-3 = ALLAH menciptakan ROH ALLAH melayang layang FIRMAN ALLAH menciptakan tku JCbus

    BalasHapus