Minggu, 23 Oktober 2011

APAKAH ALKITAB SUDAH DIPALSUKAN? SEBUAH APOLOGI ATAS PANDANGAN UMAT ISLAM (BAGIAN KEDUA)

Oleh: Albert Rumampuk


Setelah dibagian pertama dari tulisan ini saya telah menunjukkan latarbelakang historis dan kredibilitas dari Alkitab, maka dibagian kedua dari tulisan ini, saya akan menjawab serangan para pengkritik dari umat Islam tentang sudah ‘dipalsukannya’ Injil / Alkitab itu.

Setahu saya, tidak semua umat Islam mengakui bahwa Alkitab yang dipakai umat Kristen sudah di manipulasi, direkayasa atau dipalsukan oleh tangan manusia. Namun kenyataannya, memang ada orang-orang tertentu dalam Islam yang terang-terangan mengatakan bahwa Alkitab itu telah mengalami perubahan, perombakan atau tidak asli lagi. Anggapan seperti ini diyakini karena didasari pada kata-kata dari Al-Qur’an dan bahkan Alkitab itu sendiri.

Para pengkritik dari kaum Islam juga telah menerbitkan buku-buku yang mendiskreditkan Alkitab, seperti ‘Jesus Prophet of Islam’ (Muhammad ata ur-rahim), tulisan Mokoginta L, Insan yang berjudul ‘Mana yang Porno: Alkitab atau Alquran?’ dan bahkan ada yang menterjemahkan buku dari para teolog liberal seperti ‘Salib di Bulan Sabit’ yang ditulis oleh seorang penganut kritik historis, Jerald F. Dirk, dengan judul asli The Cross & The Cresent.

Sayangnya, tuduhan yang dilontarkan para kritikus dari umat Islam tentang adanya ‘pemalsuan’ Alkitab, tidak didukung oleh fakta sejarah yang valid. Seperti, kapan Alkitab itu dipalsukan? Oleh siapa? Atau bahkan menunjukkan kutipan dari para ahli sejarah seperti yang saya lakukan untuk membuktikan kebenaran Alkitab.

Dalam beberapa forum dialog Kristen-Islam, saya sudah berkali-kali mempertanyakan hal ini, tetapi tak satupun yang bisa menjawabnya! Seorang anggota forum bernama Arda Chandra (yang mengutip dari Alkitab), memang menyatakan ‘pemalsuan’ itu dilakukan setelah Musa dan Isa sudah tidak ada lagi, tetapi itu didasari pada penafsiran yang eisegesis!

Ada lagi sebagian umat Islam yang menyatakan bahwa titik awal terjadinya pengubahan / pengeditan Alkitab, itu dilakukan pada tahun 325 M yaitu saat diadakannya sidang Nicea. Tetapi sayang seribu sayang, ini justru membuktikan bahwa penuduh ini ‘buta sejarah’!

Benarkan Alkitab sudah dipalsukan?

Kelihatannya para pengkritik dari umat Islam sangat yakin bahwa Alkitab telah di manipulasa dan dirubah. Benarkah Alkitab sudah dipalsukan? Sekarang saya akan menanggapi bebagai tuduhan para pengkritik dari umat Islam tersebut.

Tuduhan Pertama

“Ali Ibn Hazm (994-1064) dalam bukunya Al-Fashlu fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal, pada gilirannya melancarkan perang teologis yang terutama diarahkan untuk menyerang integritas Alkitab Kristen… Ibn Hazm secara konfrontatif menulis mengenai apa yang dianggapnya “pertentangan-pertentangan dan pemalsuan yang terang-terangan dalam kitab yang disebut oleh kaum Yahudi Taurat dan kitab-kitabnya yang lain, serta dalam Injil yang empat.” (The History of Allah, Bambang Noorsena, Penerbit ANDI, hal 56)

Tanggapan saya:

Ini kelihatannya merupakan tuduhan yang paling awal dari umat Islam, karena sepanjang pengetahuan saya, dalam empat abad pertama (tahun 600-1000 M) setelah wafatnya Muhammad, nabi dari umat Islam, tidak ada satupun dari para ulama yang menuduh bahwa ayat-ayat dalam Alkitab / Injil itu sudah dipalsukan
Mungkin ada yang mempertanyakan umat Kristen pada saat itu, tetapi bukan mempersoalkan kesahihan Injil, tetapi sedang menyoroti penafsiran umat Kristen terhadap ayat-ayat Alkitab. Jika demikian, bukankah secara implicit, umat Islam (sebelum Ibn Hazm menulis bukunya), sebenarnya mengakui bahwa Alkitab / Injil itu sahih?    


Menurut Bambang Noorsena, “pada zaman Ibn Hazm menulis bukunya tersebut, perjumpaan Islam-Kristen sudah bergeser dari hubungan yang bersifat alamiah cultural ke arah apologetic dan polemic, karena tantangan umat Islam pada waktu itu ialah bagaimana membangun soliditas ajaran teologis menghadapi komunitas intelektual Kristen, yang dianggap sebagai ancaman serius bagi mereka” (The History of Allah, Bambang Noorsena, Penerbit ANDI, hal 57).

Saya menyoroti kata-kata “ancaman serius” pada kutipan diatas. Apakah yang dimaksudkan adalah bahwasannya umat Islam takut / khawatir jika para intelektual Kristen itu akan memurtadkan umat Islam sehingga keberadaan mereka disana menjadi sebuah ancaman yang serius dan karena itu, mereka lalu berusaha mencari ayat-ayat Alkitab yang diyakini sebagai ‘kontradiksi’? Jika tuduhan ‘pemalsuan’ Alkitab itu didasari pada motif seperti ini, jelas sekali menunjukkan bahwa itu hanyalah sekedar tuduhan yang dicari-cari hanya demi menyelamatkan kelestarian agama Islam.

Lalu bagaimana dengan tuduhan adanya ‘pertentangan / kontradiksi’ dalam Alkitab yang dijadikan bukti bahwa Alkitab sudah dipalsukan? Jawab: Adanya hal-hal yang sepertinya terlihat ‘kontradiksi’, memalukan, dsb, justru membuktikan bahwa Alkitab itu belum mengalami perubahan / pengeditan!

Sebagai contoh, dalam Alkitab ada hal-hal yang memalukan (khususnya bagi orang Yahudi). Ruben anak tertua diceritakan melakukan insect dengan Bilha ibu tirinya (Kej 35:22). Itu dosa yang paling memalukan! Kalau memang sudah ada pengeditan, kenapa tidak di edit? Bukankah ini bisa diserang oleh para pengkritik untuk menyatakan bahwa Alkitab adalah Kitab suci ‘porno’?

Yang kedua, ada bagian-bagian tertentu dalam Alkitab yang terlihat seperti ‘kontradiksi’. Seperti dalam Ef 2:15 dikatakan bahwa Yesus telah membatalkan hukum Taurat, tetapi dalam Mat 5:17 disebutkan bahwa Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat. Ini adalah hal-hal yang seharusnya mendapat perhatian serius dari para ‘pemalsu’ Alkitab. Tapi mengapa tetap disalin??

Sekali lagi saya tekankan, jika memang telah terjadi ‘pengeditan / pemalsuan’ Alkitab, lalu mengapa orang Yahudi dan Kristen tetap mempertahankan hal-hal yang semacam demikian??

Dalam Alkitab, kita memang bisa menemukan perbedaan-perbedaan. Tetapi itu bukan bukti bahwa Alkitab salah, “Sebab perbedaan-perbedaan tersebut  justru megungkapkan kekayaan data informasi, yang sebenarnya bukan kontradiksi melainkan kesukaran-kesukaran yang memerlukan hikmat ilahi dalam pemahamannya” (Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 90).

Tuduhan Kedua

Rahmatullah Alhindih: “Orang-orang pemeluk agama samawi seperti Yahudi dan Kristen telah merusak keaslian Wahyu, terutama tentang dasar keimanan monoteisme, kebangkitan dan misi para nabi terdahulu. Alqur’an berulangkali menjelaskan hal ini dengan menggunakan berbagai gaya untuk menarik perhatian. Peristiwa di masa nabi-nabi tersebut dijelaskan dalam ayat berulang-ulang dengan gaya yang berbeda, menunjukkan kefasihan ketuhanan dalam ayatnya”  (‘Mukjizat Al-Quran dalam pandangan Rahmatullah Alhindi’, Alhindi dan Deedat, Mukjizat Al-Quran Versi Kristolog, terj. Masyhud [Surabaya: Pustaka Da’I, 2000], 117).

Tanggapan saya:

Ada tiga hal yang dijadikan dasar oleh Alhindih untuk membuktikan bahwa keaslian wahyu Alkitab / Injil telah ‘dirusakkan’, yaitu “dasar keimanan monoteisme, kebangkitan dan misi para nabi terdahulu”. Saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan “kebangkitan dan misi para nabi terdahulu”, apakah maksudnya misi para nabi terdahulu adalah mengajarkan monotheisme?

Sepertinya Alhindih sedang menolak keilahian Yesus dan menunjukkan bahwa ajaran Alkitab tentang itu, sudah tidak asli lagi. Hal yang senada juga diungkapkan oleh seorang Islam lain yang bernama Arda Chandra.

Mungkin mereka lupa atau mengabaikan Perjanjian Lama / Taurat sebagai Kitab suci yang ada ribuan tahun sebelum Al-Qur’an, dimana dalam kitab itu terdapat nubuatan tentang kelahiran Yesus yang adalah Allah itu sendiri (misalnya Yes 9:5):

“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” 

Banyak orang yang anti Trinitarianisme (termasuk Islam) menganggap bahwa ini bukan berbicara tentang Yesus. Ada yang mengatakan bahwa ayat ini bicara tentang anak raja Ahas, dsb. Tetapi semua gelar ini (‘Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, dan Raja Damai’) sangatlah mustahil untuk diterapkan pada manusia yang bukan adalah Allah.

Ajaran ini kemudian diteruskan oleh Perjanjian Baru / Injil yang juga adalah Kitab Suci Kristen, yang telah ada sebelum Muhammad menerima ‘wahyu’.  Ayat-ayat seperti Yoh 1:1; 1 Yoh 5:20; Titus 2:13; Ibr 1:8, dst, adalah beberapa ayat yang menyatakan secara eksplisit bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sejati.
Lalu apakah Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil (Perjanjian Baru) tidak mengajarkan monotheisme? Baik PL maupun PB, sama-sama mengajarkan monotheisme! Ini terlihat dari banyak ayat-ayat dalam Alkitab, diantaranya:


Ulangan 4:35  “Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia.”

Ulangan 6:4 “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”

Maz 86:10  “Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah.”

Yes 44:6  “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.’”

1Tim 2:5  “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.

1Kor 8:4  “Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’"

Yak 2:19  “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”

Pertanyaannya adalah, ‘apa dasar Alhindi untuk menuduh Yahudi dan Kristen tidak mengajarkan monotheisme?’ Bukankah ajaran monoteisme itu ada dalam Taurat (Kitab Suci Yahudi) dan Perjanjian Baru / Injil yang juga adalah Kitab Suci Kristen? Apakah hanya karena itu berbeda dengan ajaran ‘monoteisme’ yang dilaporkan Al-Qur’an? Perjanjian Lama (Taurat) adalah Kitab Suci sebelum Al-Qur’an ada dan telah digunakan dan dipelihara oleh orang Yahudi secara ketat. Terlepas dari bagaimana penafsiran mereka terhadap ayat-ayat di PL / Taurat, tetapi yang jelas, orang Yahudi terkenal sebagai orang yang sangat menghormati Taurat, dan tentunya sangat tidak masuk akal jika mereka memasukkan ajaran lain (yang bukan di wahyukan Allah) sebagai tambahan pada Kitab Suci Taurat / PL.

Alhindi mengakui bahwa ‘perusakan’ wahyu Allah itu (Alkitab) oleh Yahudi dan Kristen, didasarinya pada kata-kata dalam Al-Quran. Pertanyaan selanjutnya adalah dari mana para penulis Al-Qur’an tahu bahwa orang Yahudi dan Kristen telah merusak keaslian wahyu Allah itu? Adakah bukti sejarah yang mencatatnya? Perlu diketahui, Yahudi dan Kristen itu saling bertolak belakang! Orang Yahudi sebenarnya anti pada Kristen. Yahudi gunakan PL, tetapi Kristen gunakan PL + PB, bagaimana mungkin bersatu untuk ubah Alkitab? Jika sudah diubah mengapa Yahudi tetap gunakan PL dan Kristen tetap memakai Alkitab, padahal sudah dibuat salah???

Sebenarnya Rahmatullah Alhindih mengakui adanya ‘Alkitab’ yang asli, sebelum mengalami pemalsuan: “Alkitab sebenarnya, menurut Alhindih, memuat wahyu yang asli, yang diulang dalam bentuk deskripsi dalam Al-Qur’an, khususnya tentang tauhid (dasar keimanan monoteisme), hari kebangkitan dan kehidupan para nabi dahulu. Tetapi para pemeluk agama Yahudi dan Kristen telah merusak keaslian wahyu itu.” (Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 77).

H.Bey Arifin dalam bukunya ‘Maria, Yesus dan Muhamad’ bahkan mengutip sura Al-Angkabuut 46 yang menjelaskan bahwa umat Islam juga menerima / percaya pada Kitab suci Kristen (Alkitab) seperti mereka juga percaya pada Al-Qur’an. Jadi menurut mereka, posisi Alkitab sebagai wahyu asli sebelum dirusakkan / dipalsukan, itu sebenarnya sejajar dengan Al-Qur’an sebagai Kitab Suci dari Allah.

Nah, jika memang Alkitab yang asli itu memang pernah ada sebelum mengalami pemalsuan, maka silahkan umat Islam menunjukkan mana Alkitab / Injil yang asli itu?

Ketika hal ini saya tanyakan pada seorang Islam, dia sama sekali tak bisa menunjukkannya dan bahkan akhirnya mengakui bahwa memang itu sudah tidak ada saat saya jelaskan tentang autograph. Rupanya para pengkritik dari umat Islam sedang berhayal tentang adanya Alkitab yang asli (autograph) yang sebenarnya sudah tidak ada lagi.

Jika saya memiliki uang yang palsu dan yakin bahwa itu memang palsu, lalu apa dasar dari keyakinan saya itu? Hanya mengatakan “ya, uang itu sudah dipalsukan”? Bagaimana anda bisa tahu bahwa itu memang palsu? Bukankah dengan membandingkannya dengan uang yang asli? Menurut saya hal ini penting, karena jika Alkitab dituduh sudah dipalsukan, maka penuduh itu harus menunjukkan mana Alkitab yang asli itu, lalu gunakan seluruh ajaran didalamnya sebagai dasar argumentasi untuk membuktikan kebenaran tuduhannya itu.
Lucunya, setelah tak bisa menunjukkan Injil yang asli, seorang pengkritik mengatakan bahwa Injil yang asli itu ada dalam Al-Qur’an. 


Jika memang diakui bahwa Alkitab yang asli itu sudah tidak ada, maka yang menjadi pertanyaan saya adalah kapan Alkitab / Injil yang asli itu hilang atau musnah? Sebelum zaman Muhammad, pada zaman Muhammad atau sesudahnya? Siapa penulis Injil yang asli itu? Tahun berapa dia menuliskannya? Bagaimana isi ajaran Injil itu? Apakah umat Islam bisa menunjukkan salinannya, sebelum Injil yang asli itu musnah? Namun jika memang salinannya sudah tidak ada juga, lalu bagaimana mungkin umat Kristen bisa yakin dan percaya bahwa tuduhan dari para pengkritik itu memang benar??

Silahkan para pengkritik dari umat Islam menjawab semua pertanyaan saya ini!

Tuduhan Ketiga

“Ahmed Deedat memandang bahwa ayat-ayat Alkitab merupakan buatan manusia, tidak memiliki sifat ilahi, dan oleh karenanya manusia penulis itu berbuat kesalahan” (‘Mukjizat Al-Quran dalam pandangan Ahmed Deedat’, Alhindi dan Deedat, Mukjizat Al-Quran Versi Kristolog, 39. Dikutip dari Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 79).

Tanggapan saya:

Saya akan menjawab tuduhan dari Deedat ini dengan memberi dua bukti bahwa Alkitab itu memang adalah Firman Allah / bersifat ilahi dan bukan buatan manusia.

[1]. Alkitab ditulis dalam kurun waktu lebih dari 1500 tahun, dalam lebih dari 40 generasi, oleh sekitar 40 penulis dengan latarbelakang yang berbeda (seorang nelayan, gembala, panglima perang, pembawa minum raja, perdana menteri, dokter, raja, penagih pajak, rabbi, dsb). Diberbagai tempat yang berbeda; Palestina, Babilonia, Yunani, Roma, Asia Kecil, dan dalam tiga benua. Tetapi anehnya, Alkitab bisa bersatu dan harmonis!

Perhatikan ilustrasi dari Pdt. Budi Asali M.Div dalam bukunya ‘Fondasi Kekristenan’:  “Kalau saya memberikan 40 buku kepada 40 orang dan menyuruh mereka menuliskan suatu karangan sesuka hati mereka, maka hasilnya pasti tidak akan bisa dikumpulkan menjadi satu buku. Mengapa? Karena isinya pasti akan bertentangan satu sama lain, atau sama sekali tidak berhubungan satu sama lain. Tetapi kalau saya mengontrol / mengarahkan 40 orang itu, misalnya dengan menyuruh si A mengarang tentang mata manusia, si B tentang telinga manusia, si C tentang jantung manusia, si D tentang paru-paru manusia dst, maka besar kemungkinan hasilnya bisa dibukukan menjadi satu, menjadi buku biologi. Jadi, kalau hasil dari 40 penulis Alkitab itu bisa dibukukan menjadi suatu buku yang bersatu dan harmonis, maka pastilah ada ‘Satu Orang’ yang menguasai / mengontrol dan mengarahkan ke 40 penulis tersebut. Dan siapakah yang bisa menguasai / mengontrol dan mengarahkan 40 orang yang hidup dalam jangka waktu 1500-1600 tahun? Hanya ada ‘Satu Orang’ yang  bisa melakukan hal itu, dan itu adalah Allah sendiri.”


D. James Kennedy menulis:

“Perhatikan bahwa tidak ada penerbit [manusia] yang memesan penulisan Kitab demikian. Tidak ada penyunting yang mengemukakan rencana; tidak ada komite penyunting yang meninjau perkembangannya; tidak ada yang membagi-bagikan garis besar kepada para penulis yang berbeda itu. Meskipun adanya fakta-fakta tersebut, di dalam Alkitab terdapat segala macam sastra, termasuk prosa dan puisi; sejarah dan hukum, biografi dan perjalanan; genealogi, teologi dan falsafah. Dan entah bagaimana, semua unsur ini berpadu untuk memberi kesatuan yang luarbiasa dari Kejadian sampai Wahyu.” (Bagaimana jika Alkitab tidak pernah ditulis? Penerbit Interaksa. hal 14)

Saya yakin kaum Islam akan menolak hal ini dan berusaha untuk mencari ayat-ayat yang kelihatannya ‘bertentangan’ satu dengan yang lainnya. Tetapi seperti yang sudah dikatakan diatas, itu bukan menunjukkan adanya kontradiksi / ketidak harmonisan, melainkan kesukaran-kesukaran yang memerlukan hikmat ilahi dalam pemahamannya. Alkitab adalah Kitab Suci yang diilhamkan oleh pribadi yang Maha Sempurna, tetapi manusia adalah mahluk yang sangat terbatas. Maka wajarlah jika kita menemukan kesukaran-kesukaran didalamnya. Dengan menerapkan sistim hermeneutic yang tepat dan komprehensif, kita pasti bisa memahaminya.

[2]. Semua ramalan (nubuatan) yang tercatat dalam Alkitab digenapi dengan sempurna!
Dalam Perjanjian Lama ada sekitar 2000 nubuatan yang sudah digenapi! Sekitar 333 diantaranya adalah nubuat tentang Yesus. Nubuat tentang berbagai bangsa dan kota, dsb, juga digenapi secara literal.

D. James Kennedy dalam bukunya ‘Bagaimana jika Alkitab tidak pernah ditulis?’ berkata: “Kitab Suci unik, ialah bahwa dalam Perjanjian Lama saja, ada lebih dari dua ribu nubuatan yang sudah digenapkan. Anda akan sia-sia mencari sesuatu yang demikian handal seperti ini di dunia.” (hal 307)

Nubuat-nubuat tersebut diantaranya meliputi nubuat tentang Kristus, mulai dari
Sifat-sifat-Nya: Keberadaannya sebelum segala sesuatu (Mik 5:1), akan menjadi seorang nabi (Ul 18:18), sebagai Imam (Maz 110:4), Hakim (Yes 33:22), Raja (Maz 2:6), disebut Tuhan / Yahweh (Maz 110:1; Yer 23:6).
Garis keturunan-Nya: Keturunan seorang wanita (Kej 3:15), Keturunan Abraham (Kej 22:18), Keturunan Ishak (Kej 21:12), dari suku Yehuda (Kej 49:10), keturunan / anak Daud (2 Sam 7:12-16; Yer 23:5), dsb.
Kelahiran-Nya: Dari seorang perawan (Yes 7:14), dilahirkan di Betlehem (Mikha 5:1), cara kelahirannya (Yes 7:14), dinamakan Imanuel (Yes 7:14).
Kehidupan-Nya: Pendahulu-Nya (Yes 40:3), Misi-Nya (Yes 61:1), Pelayanan-Nya (Yes 53:4), Pengajaran-Nya (Maz 78:2), Presentasi-Nya (Zak 9:9), Penolakan-Nya (Maz 118:22).
Kematian-Nya: Kematian yang menyakitkan (Maz 22), Kematian yang kejam (Yes 52-53).
Kemenangan-Nya: Kebangkitan-Nya (Maz 16:10), Kenaikan-Nya (Maz 68:19).
Dsb.



Nabi Yesaya yang berasal dari Yerusalem menubuatkan kelahiran Kristus sejak 700 tahun sebelum kelahiran-Nya. Nabi Mikha dari kota kecil Moresyet-Gat yang hidup sezaman dengan Yesaya juga menubuatkan kelahiran Kristus. Bahkan, nabi Daud yang menubuatkan penderitaan-Nya, hidup sekitar 1000 tahun sebelum Yesus! Nubuat tentang penghianatan, pengadilan, kematian, dan penguburan Yesus, diucapkan dalam berbagai kesempatan oleh berbagai orang sepanjang lima abad dari tahun 1000 sampai tahun 500 sM. Semuanya itu sungguh-sungguh digenapi secara sempurna!

Dunia memang mengenal apa yang disebut dengan ilmu ramal tetapi tak ada yang memberikan ramalan yang begitu mendetail tentang suatu peristiwa besar yang akan terjadi jauh ke depan.

“Wilbur Smith, yang mempunyai koleksi perpustakaan pribadi sebanyak 25.000 jilid berpendapat bahwa ‘Alkitab satu-satunya buku yang pernah ditulis oleh seseorang atau sekelompok orang, yang didalamnya terdapat sejumlah besar nubuat tentang bangsa-bangsa tertentu, tentang Israel, tentang semua orang dibumi, tentang kota-kota tertentu, dan tentang kedatangan Dia yang akan mejadi Mesias. Dunia purba mengenal berbagai cara untuk melihat ke masa depan, yang disebut ilmu ramal, tetapi dalam seluruh kesusasteraan Yunani maupun Latin, meskipun mereka juga memakai kata-kata nabi dan nubuat, kita tidak pernah menemukan ramalan yang spesifik tentang suatu peristiwa sejarah besar yang akan terjadi di masa yang masih jauh ke depan, atau nubuat tentang seorang Juruselamat yang akan muncul dari antara umat manusia…’” (Josh McDowell, Apologetika, Bukti yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, Gandung Mas. Vol 1. hal 51).

Perhatikan beberapa ayat berikut:

Yesaya 44:7 berkata: “Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami!”

Ulangan 18:22  “Apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya."

Yes 44:7 menyatakan bahwa hanya Allah yang bisa menubuatkan tentang masa depan. Dan Ul 18:22 mengemukakan bagaimana ciri-ciri seorang nabi utusan Allah; perkataan / nubuatannya terjadi dengan tepat. Maka nubuat-nubuat yang digenapi dalam Alkitab menunjukkan bahwa Alkitab adalah Kitab Suci yang diilhami oleh pribadi yang ilahi.

Dari mana para nabi / penulis Perjanjian Lama bisa tahu / menubuatkan segala hal tentang Yesus dengan begitu mendetailnya, padahal mereka hidup ratusan bahkan ribuan tahun sebelum kelahiran Yesus? Ini jelas menunjukkan bahwa para penulis itu diilhami oleh Allah dan sekaligus membuktikan bahwa Alkitab adalah FIRMAN TUHAN !! 

SERANGAN BALIK: Silahkan tunjukkan, Kitab Suci mana yang ada didunia ini yang mempunyai nubuatan begitu banyak dan yang digenapi secara tepat dan sempurna seperti yang dituliskan dalam Alkitab??? Apakah ada penganut agama / aliran kepercayaan tertentu yang dapat menunjukkan adanya nubuatan tentang kedatangan nabinya yang diucapkan ratusan tahun sebelum kelahirannya?

Sekarang bandingkan dengan klaim Deedat yang menyatakan bahwa “ayat-ayat Alkitab merupakan buatan manusia, tidak memiliki sifat ilahi, dan oleh karenanya manusia penulis itu berbuat kesalahan”.

Jika memang Alkitab tidak bersifat ilahi, lalu mengapa ke-66 Kitab-nya bisa bersatu dan harmonis? Jika memang itu adalah kitab buatan manusia, mengapa ada ribuan nubuatan yang tergenapi secara sempurna?? Tuduhan Deedat ini sebetulnya menunjukkan bahwa dia belum mengerti atau mempelajari Alkitab secara benar dan bertanggungjawab tetapi hanya asal melempar tuduhan saja!

Tuduhan keempat

Ada sebagian umat Islam yang menjelaskan bahwa titik mula terjadinya pengubahan Alkitab, itu dilakukan saat diadakannya sidang gereja Nicea tahun 325 M. Menurut mereka, saat itu ajaran Tritunggal telah ‘tercipta’ dan digunakan secara resmi oleh ‘gereja Paulus’. Ini adalah detik-detik awal sebuah ajaran baru yang katanya bertentangan dengan ajaran Yesus / Injil asli yang mengajarkan Tauhid.

Qosim Nurseha Dzulhadi dalam bukunya ‘Teologi Islam vs Kristen’ berkata: “Sejatinya, ide dogma Trinitas merupakan ide Saul (Paulus), kemudian diadopsi oleh bapak-bapak Gereja… Padahal apa yang diusung oleh Arius dan para pengikutnya merupakan ajaran Tauhid yang benar-benar diajarkan oleh Yesus. Namun dalam konsili Nicea (325 M) ajaran itu ‘disulap’ jadi Trinitas yang membingungkan” (Hal 44).

Tanggapan saya:

Ini adalah tuduhan yang bersifat ‘umum’ karena bukan hanya pihak Islam saja yang menyatakannya, tetapi juga sekte sesat seperti Unitarianisme, dsb. Bagi mereka yang memahami sejarah, tuduhan seperti ini sangatlah mudah untuk dipatahkan!

Para uskup yang berkumpul di sidang Gereja itu (sekitar 318 uskup), tentunya bukan sedang membicarakan atau mencipta sebuah ajaran baru, tetapi untuk mendiskusikan pemahaman / penafsiran terhadap teks Alkitab dan kemudian merumuskannya. Konfrontasi antara pengikut Arius (seorang penatua dari Alexandria) dan Athanasius bukan karena kelompok Athanasius akan membuat Kitab Suci baru, tetapi sedang menentang pemahaman Arianisme yang bertentangan dengan Alkitab!
Teks dalam Yoh 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu,” dipahami sebagai kesatuan kehendak, bukan kesamaan hakikat / esensi. Bagi Arius, kehendak adalah yang utama, bukan esensi (Robert Letham, ALLAH TRINITAS Dalam Alkitab, Sejarah, Theologi, dan Penyembahan. Penerbit Momentum, 2011, hal 117).

Arius yang memahami bahwa sang Anak memiliki suatu asal yang ex nihilo (dari yang tidak ada) dimana posisinya lebih rendah dari Bapa inilah yang kemudian dinyatakan sesat / dikecam dalam sidang Nicea.

Seorang ahli sejarah yang bernama Philip Schaff mengatakan bahwa doktrin itu sudah ada bahkan sebelum sidang Nicea: 

“dogma gereja tentang Tritunggal muncul; dan itu secara langsung atau tidak langsung menguasai bahkan theologia sebelum Nicea, sekalipun itu belum mencapai definisinya yang tetap sampai pada jaman Nicea” – (‘History of the Christian Church’, vol II, hal 565).

Saya balik bertanya pada orang yang menjadikan tahun 325 sebagai titik awal dipalsukannya Alkitab: ‘apakah anda sudah belajar sejarah?’ Ataukah hanya persepsi anda sendiri, yang lalu menciptakan tuduhan yang didasari pada sebuah ‘dongeng’ dan mengabaikan fakta sejarah??  
Tuduhan Kelima

Seorang Islam yang bernama Arda Chandra (lawan diskusi saya disalah satu forum diskusi Kristen-Islam), mengatakan bahwa Al-Qur’an sendiri yang menyatakan tentang sudah dipalsukannya Injil. Dia bahkan mengutip ayat-ayat Alkitab untuk mendukung pandangannya itu. Apakah benar demikian? Berikut adalah pernyataannya dan yang langsung akan saya tanggapi.

Arda Chandra:
“Al-Qur’an tidak menyebut kapan waktunya, misalnya tahun berapa, dst, tapi menyatakan bahwa Taurat dan Injil dipalsukan setelah disampaikan oleh Musa dan Isa Almasih, setelah kedua nabi tersebut sudah tidak ada ditengah-tengah umatnya.

Tanggapan saya: Kapan saatnya Alkitab itu dipalsukan, adalah hal yang sangat penting sebagai salah satu bukti untuk membenarkan tuduhan tersebut. Jika tidak dapat menunjukkannya, lalu bagaimana umat Kristen bisa mempercayainya?

Anda mengatakan pemalsuan itu terjadi setelah kedua nabi tersebut sudah tidak ada ditengah-tengah umatnya? Dapatkan anda menunjukkan data sejarahnya?

Arda Chandra: 59.'Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni'mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil 63. Dan tatkala 'Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan ta'atlah (kepada)ku". 64. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.

[5:46] Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.

Ketika Isa Almasih datang, beliau menyatakan bahwa ajaran yang disampaikan membenarkan (artinya menyatakan Taurat yang disampaikan kepada Musa adalah suatu kebenaran yang datang dari Allah), lalu menyatakan ‘menjelaskan sebagian isi Taurat yang diperselisihkan oleh Yahudi yang ada dijaman beliau’. Artinya Taurat yang ada pada Yahudi tersebut sudah berubah dari Taurat yang diajarkan oleh Musa, bercampur antara ajaran dengan tradisi yang dibuat-buat setelah Musa wafat.

Tanggapan saya: Sama dengan Alhindih dan H.Bey Arifin yang mengutip sura Al-Angkabuut 46 yang menjelaskan bahwa umat Islam percaya pada Kitab suci Kristen (Alkitab) seperti mereka juga percaya pada Al-Qur’an, andapun menunjukkan ayat lain dalam Qur’an yang menyatakan bahwa Taurat dan Injil berisi petunjuk dan pengajaran yang benar.

Saya yakin, yang anda maksudkan disini adalah Injil + Taurat yang asli, sebelum ‘dipalsukan’.  Saya tertarik untuk terus bertanya ‘kapan persisnya Injil dan Taurat itu dipalsukan?’ Sejak Zaman sebelum Muhammad, zaman Muhammad atau setelah Muhammad? Dari kutipan Qur’an diatas, anda mengakui bahwa Taurat itu telah mengalami perubahan pada zaman Isa Almasih. Benarkah demikian?

Saya akan menunjukkan beberapa kutipan untuk menyanggah pernyataan anda:

Menurut Dr. Hasan Ibrahim hasan, agama nasrani masuk ke jazirah Arab pada abad ke IV, dimana juga bermunculan gereja-gereja (Sejarah dan kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam mulia. 2001 hal 131).


“Arthur Jeffery, dalam bukunya The Foreign Vocabulary of the Qur’an, mencatat informasi penting mengenai umat Yahudi dan Kristen di sekitar zaman kelahiran Islam sebagai berikut: ‘Orang-orang Yahudi di Arab utara dan wilayah Syria membaca Alkitab di Sinagoga dalam bahasa Ibrani, tetapi dalam kajian domestic mereka barangkali memakai terjemahan Aram yang juga di pakai orang Kristen. Beberapa kata terdapat dalam Qur’an terbukti telah masuk melalui saluran Aram ini’” (The History of Allah, Bambang Noorsena, hal 44,45).

“Alkitab telah diterjemahkan dalam bahasa Arab dari bahasa Yunani, Koptik dan Syria. Kendati Bar Hebraus (Mar Gregorius Abu al-Faraj al-Ibri), salah seorang bapa Gereja Ortodoks Syria, menyatakan bahwa terjemahan agak lengkap Alkitab dalam bahasa Arab telah dilakukan antara tahun 631-640 M oleh Mar Yuhanna Abu Sedra II, Patriarkh Antiokhia dan seluruh dunia timur serta pemimpin tertinggi Gereja Orthodoks Syria, atas perintah pangeran Arab ‘Amr bin Sa’d…” (The History of Allah, Bambang Noorsena. hal 43).

Para ahli sejarah muslim mengatakan masyarakat Arab pra-Islam telah mempelajari Taurat dan Injil: “Bahkan ahli-ahli sejarah muslim juga mencatat bahwa sebagian masyarakat Arab pra-Islam telah mempelajari Taurat dan Injil. Sedangkan Yusuf al-Athir, dalam bukunya al-Bidayat al-Ula li al-Isra’iliyyat fi al-Islam, menekankan bahwa syair-syair jahiliah pra-Islam telah memuat kata-kata, sejumlah ungkapan dan pemikiran yang bersumber kekristenan, seperti keesaan Allah, larangan menyembah berhala, kefanaan dunia dan manusia, ibadah salat dengan ruku dan sujud, bertasybih memuliakan Allah, serta gambaran kehidupan Yesus dan para muridnya.” (The History of Allah, Bambang Noorsena, hal 51).

Dr. Hasan Ibrahim hasan berkata: “Waraqah bin naufal, putra pamannya Khadijah istri Rasululah s.a.w adalah seorang lanjut usia yang hafal Injil” (Sejarah dan kebudayaan Islam. Jakarta:Kalam mulia. 2001 hal 133,134).

“Culver bahkan menunjuk hadis Bukhari, yang menyebutkan bahwa Waraqa menyalin Injil ke dalam bahasa Ibrani, mempelajari dan menguasai Kitab suci Kristen. Waraqa juga yang meyakinkan nabi Muhammad ketika ragu tentang kebenaran malaikat Jibril…” (Inerrancy, Ketaksalahan Alkitab, Dr. Arnold Tindas. hal 87).

Dari seluruh kutipan ini, saya mendapati bahwa setidaknya, Taurat dan Injil itu belum dipalsukan pada masa pra-Islam atau bahkan disekitar zaman kelahiran Islam (abad ke-7). Mengapa? Yang pertama karena agama nasrani masuk ke jazirah Arab pada abad ke IV. Orang Yahudi mungkin telah ada sebelumnya. Mereka tentunya membawa Kitab Sucinya sekalipun mungkin masih menggunakan bahasa-bahasa non Arab. Kedua, para ahli sejarah muslim sendiri mengatakan bahwa Taurat dan Injil telah dipelajari oleh masyarakat Arab. Bahkan, menurut catatan Islam sendiri (hadis Bukhari), Waraqa yang juga hidup di zaman Muhammad, telah menyalin Injil, mempelajari, dan bahkan menguasainya! Ketiga, seorang yang bernama Mar Yuhanna Abu Sedra II atas perintah pangeran Arab ‘Amr bin Sa’d, telah menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Arab (tahun 631-640 M).

Pertanyaan yang kemudian timbul dalam pikiran saya adalah: Mungkinkah orang-orang Arab ini sedang menterjemahkan, menyalin, mempelajari, dan menguasai sebuah kitab yang telah mengalami ‘pengeditan / pemalsuan’? Saya pikir mereka tak mungkin sebodoh itu!

Yesus Kristus, yang sebagian orang menganggapnya sebagai ‘Isa Almasih’ (sekalipun menurut saya kedua ‘tokoh’ itu tidak sama) hidup pada abad pertama tarikh Masehi. Jadi, pendapat Chandra yang mengatakan bahwa Alkitab / Taurat telah dirubah dan dinyatakan oleh Isa Almasih pada jamannya, itu menentang fakta bahwa Kitab itu ternyata juga tetap diterima / digunakan oleh orang-orang (termasuk orang Arab di jaman Muhammad).

Catatan: ingat, pada masa itu dan bahkan empat abad setelah kematian Muhammad, tidak ada seorang ulama-pun yang menuduh bahwa Taurat dan Injil / Alkitab itu tidak sahih lagi!.

Jika kita mendasari pada fakta-fakta ini, maka kemungkinan ‘pemalsuan’ itu dilakukan pada zaman sesudah Muhammad. Namun anehnya, ada tokoh-tokoh ulama terkenal (abad ke-9) yang justru mengakui kesahihan Alkitab (Bandingkan dengan kutipan ayat Al-Qur’an oleh para pengkritik dari umat Islam yang menyatakan bahwa Taurat itu sudah berubah pada zaman Isa Almasih [?]). Atau apakah para pengkritik itu telah salah memahami Al-Qur’an?

Tidak pernah ditemukan dalam sejarah dimana orang Yahudi menambah ataupun mengurangi (mengubah) Taurat / membuat Kitab Suci baru! Tauratnya tetap ada / tidak berubah, tetapi penafsirannya yang disimpangkan / ditambah-tambahkan oleh mereka. Misalnya hukum tentang penyebutan nama Tuhan di Keluaran 20:7

Kel 20:7 “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”

Melihat perintah ini, orang Yahudi kemudian menafsirkannya secara berlebihan, dengan tidak boleh sama sekali menyebut nama TUHAN (YHWH) karena itu nama yang sangat kudus / sacral. Sehingga dalam setiap pembacaan Taurat, dsb, setiap kali menjumpai kata YHWH, mereka selalu menggantinya dengan ADONAI. Hal ini terjadi selama beratus-ratus tahun, sehingga zaman sekarang, tak seorangpun yang bisa menyebutkan nama itu secara tepat dan pasti. Aneh saja, jika ada kelompok tertentu dalam kekristenan yang menolak penggunaan nama ‘Allah’ dan mengklaim bahwa sebutan yang benar adalah ‘Yahweh’! 
Memang orang-orang Yahudi juga menekankan tradisi / adat istiadat (makanya Yesus sering ‘menghajar’ para ahli Taurat dan Farisi itu), tetapi isi kandungan dari Taurat / PL itu sendiri tetap sama dan tidak sedikitpun diubah!

Arda Chandra: Dari catatan alkitab yang dilihat dari kacamata Islam :
Ulangan 31:16-18 TUHAN berfirman kepada Musa: “Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan mengingkari perjanjian-Ku yang Kuikat dengan mereka. Pada waktu itu murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap mereka, Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, sehingga mereka termakan habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta kesusahan. Maka pada waktu itu mereka akan berkata: Bukankah malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada di tengah-tengah kita? Tetapi Aku akan menyembunyikan wajah-Ku sama sekali pada waktu itu, karena segala kejahatan yang telah dilakukan mereka: yakni mereka telah berpaling kepada allah lain.

Ulangan 31:24-29 Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab sampai perkataan yang penghabisan, maka Musa memerintahkan kepada orang-orang Lewi pengangkut tabut perjanjian TUHAN, demikian: “Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau. Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati. Suruhlah berkumpul kepadaku segala tua-tua sukumu dan para pengatur pasukanmu, maka aku akan mengatakan hal yang berikut kepada mereka dan memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap mereka. Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu.”

Tanggapan saya:Penekanan ayat-ayat ini adalah mengenai kedegilan / kejahatan / ketidaktaatan dari bangsa Israel terhadap Tuhan / hukum-Nya. ‘Penyimpangan dari jalan Tuhan’ yang dimaksud ayat diatas, tidaklah berarti bahwa saat itu Taurat telah diubah / dipalsukan oleh orang Yahudi, tetapi sedang berbicara tentang sifat / prilaku orang dimasa itu. Kitabnya tetap sama / tak berubah, tetapi pelaksanaannya yang tidak sesuai.

Arda Chandra:Matius 23:13-36 : Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh, dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku (coba diganti dengan : Allah) mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!”

Tanggapan saya:Ayat ini dilatarbelakangi oleh perkataan Yesus yang sedang menelanjangi kebobrokan orang Yahudi. Bandingkan ayat 3:

Mat 23:3  “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”

Para Farisi dan ahli Taurat suka mengajarkan Firman Tuhan, tetapi apa yang diajarkan itu tidak sesuai dengan perbuatan mereka (bdk. ayat 4). Semua perbuatan yang mereka lakukan hanyalah agar dilihat orang dan untuk menyombongkan diri. Memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang, duduk ditempat terhormat dan paling depan, suka dihormati, dsb. Ajaran yang tidak sesuai dengan tindakan dan dilandasai dengan motivasi yang salah ini, yang kemudian di kecam oleh Yesus!

Kemunafikan para ahli Taurat dan orang Farisi, membuat Yesus ‘menghajar’ mereka (Mat 23:13-36). Berulangkali Ia menyebut mereka dengan istilah ‘munafik’. Istilah ini menunjukkan bahwa apa yang mereka katakan / ajarkan tidak cocok dengan perbuatannya.

Arda Chandra:Jadi berdasarkan alkitab sendiri, Tuhan, Musa maupun Yesus memberikan pernyataan kalau isi ajaran yang disampaikan kepada Musa dan Yesus diselewengkan oleh Yahudi. Ketika Yesus menyatakan bahwa dia tidak datang untuk menghilangkan Taurat’, maksud Taurat disini adalah ajaran yang disampaikan oleh Musa yang datang dari Tuhan, bukan apa-apa yang dipraktekkan Farisi (sudah bercampur-campur antara Taurat dengan tradisi yang dibuat-buat belakangan), makanya Yesus menyatakan dalam Mat 23:2 ‘ahli Taurat telah menduduki kursi Musa…’.

Tanggapan saya:‘Penyimpangan’ terhadap hukum Tuhan (dalam Ul 31), seperti yang sudah disinggung diatas, bukan berarti bahwa mereka telah MENGUBAH setiap kalimat / kata-kata dalam Taurat / PL (membuat Kitab Suci baru), tetapi itu berbicara tentang sikap / perilaku mereka yang tidak taat pada hukum Taurat. Dalam Matius 23, Yesus juga menjelaskan hal yang sama, dimana orang Farisi dan ahli Taurat telah berprilaku buruk (munafik).

Saya setuju dengan kalimat anda ini: “Ketika Yesus menyatakan bahwa dia tidak datang untuk menghilangkan Taurat’, maksud Taurat disini adalah ajaran yang disampaikan oleh Musa yang datang dari Tuhan, bukan apa-apa yang dipraktekkan Farisi (sudah bercampur-campur antara Taurat dengan tradisi yang dibuat-buat belakangan)”.

Orang-orang Yahudi memang menekankan tradisi lahiriah seperti keharusan ‘membasuh tangan’ (Mat 15:2), agar tidak najis (bdk. Mark 7:2,5), dsb. Ini adalah ajaran mereka sendiri (kebiasaan turun-temurun) yang sebenarnya tidak diatur dalam Taurat. Kebiasaan ini tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi lebih bersifat ‘seremonial’. Tradisi bahkan dianggap ‘lebih besar’ dari pada Taurat itu sendiri. Tetapi hal ini bukan menjelaskan bahwa mereka telah memalsukan Taurat dengan membuat ‘Taurat tandingan’!

Kata-kata ‘ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa’ dalam Mat 23:2, maksudnya bahwa mereka telah menduduki tempat Musa sebagai penafsir Taurat. Orang-orang Yahudi telah salah memahami hukum Tuhan dan bahkan menafsirkannya secara berlebihan. Hal ini kemudian diaplikasikan lewat tindakan mereka.

Arda Chandra: Sedangkan penyimpangan ajaran Injil diberitakan Al-Qur’an terjadi setelah kepergian Isa Almasih dengan ayat : [5:116] Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah ?". 'Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

Chandra juga memberi ayat ini:

[4:171] Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

Al-Qur’an menyampaikan bahwa dalam Injil yang disampaikan kepada Isa Almasih sama sekali tidak memuat soal ‘pelantikan’ beliau sebagai Tuhan, maka kalau ada suatu kitab yang mengaku bernama Injil dan isinya mengajarkan hal tersebut, itu artinya kita tersebut sudah dipalsukan, dan ini terjadi setelah beliau tidak ada ditengah-tengah umatnya.

Tanggapan saya:KeTuhanan Yesus Kristus bukan hanya ada di Injil / PB, tapi telah dinyatakan bahkan sejak sekitar abad ke-6 SM bahkan 1000 tahun sebelum kelahiran-Nya didunia.

Mzm 110:1  “Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’" (Bdk Luk 2:11 dan Mat 22:43-45).

Ayat ini berbicara tentang sang Mesias (Yesus Kristus). Kata ‘tuanku’ diayat ini menunjuk pada ‘ADONAI’ (Tuhan) dari Daud.

Sumber Yahudi: Midrash Tehilim, sebuah komentar tentang Kitab Mazmur, dari tahun 200-500 M, mengatakan tentang Mazmur 21:2: “Allah memanggil raja Mesias dengan nama-Nya sendiri. Tetapi siapakah nama-Nya? Jawabnya: Tuhan itu pahlawan perang, Tuhan (Yahwe), itulah nama-Nya” (Kel 15:3). [Theodore Laetsch. Bible Commentary: Jeremiah. St. Louis: Concordia Publising House, 1953. hal 193. Dikutip dari buku ‘Apologetika’ vol 1. Josh McDowell, hal 241,242].

Bandingkan Yeremia 23:6

Yer 23:6  “Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN--keadilan kita.”

Konteks ayat ini sedang menubuatkan tentang sang raja yang berasal dari keturunan Daud yang akan memerintah di Israel. Sejak abad ke-6 SM nabi Yeremia telah menyebutnya sebagai TUHAN / YAHWEH. Nubuat ini menunjuk pada Mesias, Yesus Kristus.

“’Siapakah nama Mesias?’ R. Abba ben Cahana (200-300 M) mengatakan bahwa Yahwe adalah nama-Nya, dan ini dibuktikan oleh ‘inilah nama-Nya’” (Yer 23:6). [Theodore Laetsch. Bible Commentary: Jeremiah. St. Louis: Concordia Publising House, 1953. hal 193. Dikutip dari buku ‘Apologetika’ vol 1. Josh McDowell, hal 242]

Hal ini cocok dengan berita dalam Injil / Perjanjian Baru yang secara explicit menyatakan keilahian Yesus (Misalnya Yoh 1:1; Yoh 20:28; Rom 9:5; Titus 2:13; Wah 1:8, dsb). Bagaimana mungkin anda mempersalahkan kitab Taurat / PL (yang digunakan Yahudi) yang telah ada ribuan tahun dan Injil / PB (yang digunakan Kristen) yang telah ada ratusan tahun sebelum Al-Qur’an (yang juga digunakan oleh orang-orang Arab pra-Islam) dengan mengklaim bahwa Taurat dan Injil itu salah dan sudah dipalsukan?

Anda mengatakan: “Al-Qur’an menyampaikan bahwa dalam Injil yang disampaikan kepada Isa Almasih sama sekali tidak memuat soal ‘pelantikan’ beliau sebagai Tuhan, maka kalau ada suatu kitab yang mengaku bernama Injil dan isinya mengajarkan hal tersebut, itu artinya kita tersebut sudah dipalsukan, dan ini terjadi setelah beliau tidak ada ditengah-tengah umatnya.”

Saya heran dan lucu melihat pernyataan seperti ini. Sebenarnya bukan pihak Islam yang harus mempertanyakan ajaran Kristen / Alkitab tentang keilahian Yesus, tetapi   seharusnya orang Kristenlah yang bertanya ‘mengapa Al-Qur’an tidak mencatatnya?’ Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang adalah Kitab Suci sebelum Muhammad menerima ‘wahyu’ semuanya ‘sepakat’ mengenai hal ini. Mengapa hanya Al-Qur’an yang berbeda???

Arda Chandra:Dari sumber alkitab dalam perspektif Islam tercatat peringatan Yesus kepada pengikutnya bahwa sepeninggal beliau akan terjadi pemalsuan ajaran dengan mencatut nama beliau :
(15) Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Nabi palsu itu berasal dari kalangan Kristen yang memanggil Yesus sebagai Tuhan, bernubuat atas nama Yesus, dll, satu-satunya umat yang melakukan demikian adalah umat Kristen, maka nabi palsu datang dari kalangan internal Kristen, bukan umat diluar itu.

Tanggapan saya:Seperti biasanya, anda dan mayoritas umat muslim selalu menafsirkan ayat-ayat Alkitab secara out of context! Silahkan lihat Mat 7 ayat 15. Istilah ‘nabi palsu’ itu menunjuk pada ‘serigala yang buas’. Mereka sesungguhnya hanya menyamar sebagai ‘domba’ (orang Kristen sejati). Mereka memang suka memanggil “Tuhan, Tuhan…” (ayat 21) tetapi kelakuan mereka jahat (ayat 23). Imannya tidak cocok dengan perbuatannya. Ini adalah penggambaran dari ‘nabi palsu’ yang bukan orang Kristen sejati.

Disini Yesus bukannya MELARANG orang untuk memanggil-Nya TUHAN, tapi sedang mengajarkan bahwa iman pada-Nya harus disertai / dibuktikan lewat tindakan / perbuatan yang baik dan benar.
Saya setuju bahwa nabi palsu / para guru sesat (yang menggunakan Alkitab sebagai dasarnya) memang ada, seperti sekte saksi Yehovah, Unitarian dan bahkan dikalangan Kristen sendiri. Tetapi ada perbedaan di antara kedua kelompok ini. Yang satu (saksi Yehovah) telah membuat / mencipta ‘Kitab suci’ baru dengan sengaja mengubah / memutarbalikkan / memalsukan kata-kata dalam Alkitab, tetapi kelompok yang lain (Kristen tertentu) sama sekali TIDAK membuat kitab suci baru, namun hanya berhubungan dengan sistem Hermeneutika / penafsiran yang seringkali keliru.  


Arda Chandra kembali telah asal comot ayat dan yang kemudian ditafsirkan semaunya sendiri tanpa melihat konteksnya. Justru orang seperti inilah yang seharusnya disebut ‘nabi palsu’!! 

Semua ayat-ayat Alkitab yang anda kutip, sama sekali tidak berbicara tentang adanya pengubahan / pemalsuan setiap kata-kata dalam Taurat dan Injil dimana mereka (orang Yahudi dan Kristen) akhirnya membuat Kitab Suci baru setelah Musa dan para nabi lain / rasul menyatakan hukum Taurat, Injil, dan kitab-kitab lainnya.

Tidak ada satupun nabi atau rasul mulai dari Musa yang menulis Pentateukh sampai kitab Wahyu yang ditulis Yohanes yang menyebutkan adanya pemalsuan Kitab Suci. Ini hanyalah sebuah ‘pemaksaan kehendak’ yang dilakukan oleh seorang yang memahami setiap ayat-ayat Alkitab dengan ‘kaca mata’ Al-Qur’an!

Arda Chandra:Kesimpulan : Kapan Injil dan Taurat dipalsukan..??? terjadinya ketika Musa dan Isa Almasih sudah tidak berada ditengah-tengah umatnya..”

Tanggapan saya:Kesimpulan ini didasari karena kecerobohan Chandra yang sembarang mengutip ayat Alkitab dan menafsirkannya menurut maunya sendiri (disesuaikan dengan Al-Qur’an). Orang ini telah terlebih dahulu punya konsep / pandangan yang kemudian dipaksakan masuk ke dalam Alkitab sekalipun itu menentang maksud dari teks itu sendiri. Ini yang disebut dengan eisegesis! Buat apa saya mengikuti kesimpulan yang amburadul seperti itu???

Disamping itu, karena tak ada satupun umat Islam yang bisa menunjukkan data sejarah yang valid tentang adanya pemalsuan Alkitab tersebut, maka kesimpulan ini tentu hanyalah kesimpulan yang dibuat-buat / dicari-cari saja!



[Bersambung dibagian ketiga]

2 komentar: